🌹Luke Tobias Russel & Rara Kanazawa🌹
Luke diharuskan untuk menikahi wanita yang tidak dia cintai oleh kakeknya. Keadaan bertambah rumit ketika Rara ikut masuk ke dalam hubungan Luke dan Medina. Dan semua itu kesalahan Luke.
Apa yang terjadi? Kenapa pembantu dari calon istrinya terlibat dalam kehidupan Luke yang sempurna?
P.S : Ini adalah buku ketiga dari serries persahabatan David - Sebastian - Luke.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejujuran Rara
🌹JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE YA, RATING LIMA, ULASAN BAGUS SAMA KOMENTAR BAIK. AJAK JUGA TEMAN TEMANNYA UNTUK MEMBACA INI.🌹
🌹FOLLOW JUGA IGEH EMAK DI : @REDLILY123.🌹
🌹SELAMAT MEMBACA, EMAK SAYANG KALIAN.🌹
Lima bulan kemudian…….
“Kita harus membeli lahan sendiri yang jauh dari pemukiman, juga jangan lupa memperhatikan lingkungan. Pabrik beroperasi tidak boleh mencemari apapun.”
“Tapi bagaimana dengan limbahnya, Tuan?”
“Itu sebabnya aku bilang kita butuh lahan sendiri, supaya kia membuat pembuangan limbah.”
“Itu akan merogoh uang cukup dalam,” ucap lawan bicara Luke.
“Tidak masalah. Kita harus menyuarakan untuk mencintai lingkungan. Investor akan datang dengan sendirinya. Kurasa itu jelas, yang aku inginkan adalah membeli lahan yang kondusif untuk membangun pabrik dan pembuangan limbahnya. Selamat siang,” ucap Luke berdiri dan keluar dari ruangan rapat.
Saat berjalan di loeong, Luke melonggarkan dasinya. Dia tipe pria yang sedikit malas dengan pakaian rapi, apalagi memakai dasi. Luke lebih suka memakai kaos dan ditutupi mantel.
“Dev kau pastikan mereka menuruti semua permintaanku.”
“Baik, Tuan,” jawab Dev yang senantiasa selalu ada di belakangnya. Dan saat melangkah, Dev memeriksa pesan yang membuatnya menggeleng tidak percaya. “Tuan, ada Nona Medina di ruangan anda.”
Seketika Luke berhenti melangkah dan membalikan badannya. “Apa mereka tidak melarangnya? Mencegahnya? Aku membayar mereka.”
“Anda tahu bagaimana Nona Medina.”
“Oh ini membuatku mulai pusing,” ucap Luke memijat kepalanya yang terasa pusing.
Dia melangkah menuju ruangannya untuk melihat apa yang dilakukan Medina. Setelah setuju untuk mengikuti perkataan kakeknya, Medina menyiapkan semuanya. Dan untuk bulan ini, mereka memilih untuk melakukan pertunangan dahulu sebelum menikah yang akan terjadi dua bulan kemudian.
Saat masuk ke ruangannya, Medina menyambut Luke dengan senyuman manis. “Hallo, Luke Sayang. Apa kau lelah? Ingin makan siang bersama?”
“Tidak, aku masih kenyang.”
“Tapi aku ingin makan siang denganmu,” ucap Medina mengerucutkan bibirnya.
Dan Luke sudah terlanjur kehilangan perasaannya, jadi dia tidak terlalu menanggapi.
“Kenapa kau datang?” tanya Luke.
“Aku ingin memperlihatkan gaun pertunangan kita.”
“Aku menyetujui apa pun yang kau pilih.”
“Tidak, lihat dulu,” ucap Medina menarik tangan Luke agar duduk di sampingnya. “Lihat ini, apa kau suka?”
Luke menatap sesaat sampai akhirnya mengangguk.
“Untuk pernikahan, kita akan memakai gedung yang berbeda. Ini berada di atap hotel, kita akan menyewa satu hotel penuh. Bagaimana?”
“Terserah padamu.”
“Untuk pesta pertunangan kita gunakan gedung yang memiliki taman, jadi semi outdor. Kau suka?”
“Aku hanya mengikuti,” ucap Luke memberi isyarat lewat tatapan mata sesaat pada Dev untuk segera membuatnya menjauh dari sana.
“Tuan, ada sesuatu yang harus kita lakukan. Tuan Mured ingin mmendiskusikan sesuatu.”
“Aku harus pergi.”
“Lagi?” tanya Medina melihat kepergian Luke.
Dia menarik napasnya dalam. Saat Luke keluar, dia menyandarkan punggungnya di kursi. Dia sendiri merasa lelah terus berpura pura seperti ini. “Rasanya menyebalkan tersenyum terus. Setidaknya jika aku sudah menikah dengannya, semuanya aman meski aku kembali sibuk menjadi model.”
🌹🌹🌹🌹🌹
Saat pulang dari pekerjaannya, Luke menyempatkan diri pergi ke rumah kakeknya. Karena kondisinya membaik, jadi Kakek Nobles bisa dirawat di rumah.
“Dimana Kakek?” tanya Luke pada pelayan di sana.
“Tuan ada di atas, baru saja selesai makan malam.”
Luke segera berlari menaiki tangga untuk melihat keadaan sang kakek. “Bagaimana keadaan Kakek?”
Pria tua yang sedang duduk membelakangi sambil membaca itu menoleh. “Luke, kau datang.”
“Kakek baik baik saja?”
“Aku baik, apalagi hari ini Medina menyebarkan undangan pertunangan kalian. Ini menyenangkan sekali.”
Luke hanya tersenyum.
“Besok kau akan bertemu dengan keluarga Medina, kau masih ingat mereka bukan?”
Luke mengangguk.
“Tapi Kakek dengar mereka memiliki rencana, semoga saja dibatalkan. Tapi meskipun tidak datang besok, mereka akan datang di hari pernikahanmu.”
Luke hanya mengangguk. “Aku ke sini memastikan Kakek baik baik saja.”
“Kenapa kau begitu dingin sekarang? Ayo cerialah, Kakekmu ini bahagia. Dan Medina juga sudah berubah menjadi lebih baik. Dia bahkan sering mengirim pudiing ke sini.”
Luke kembali mengangguk, untuk saat ini dia hanya ingin Kakeknya lekas sembuh dan membaik untuknya, terus sehat dan menemaninya.
“Pertunanganmu sebentar lagi, perlakukan dia dengan baik. Oke?”
“Akan aku coba, Kakek.”
“Kau sudah melupakan jal🌹ng kecil itu bukan? Wanita pembunuh yang menggodamu?”
“Bagaimana aku bisa lupa jika Kakek terus mengingatkan.”
“Kakek tidak bermaksud begitu. Lupakan dia, dia hanya menggodamu. Tidak sebaik Medina dalam merawatmu.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Rara terbangun dari tidurnya saat dia mendengar sebuah suara mobil yang memasuki pekarangan. Dia mendudukan dirinya sambil memegang perutnya yang sudah membuncit. Usia kehamilannya kini sudah enam bulan.
Dan semakin lama Rara merasakannya, semakin dia mulai menyadari betapa pentingnya nyawa bayi itu di dalamnya.
Rara masih tinggal di villa milik Isa, kini mereka menjadi teman baik. Rara merawat villa itu, dan Isa memberinya upah berupa makanan dan tempat tinggal.
Isa sengaja tidak memberikan Rara uang supaya dia tidak kabur. Dan Isa juga selalu datang setidaknya sebulan sekali untuk memastikan Rara baik baik saja dan membawnya ke dokter setiap bulan.
Perlahan Isa masuk ke dalam villa karena mengira Rara sudah tidur.
“Kenapa kau datang malam malam?”
“Oh astaga! Kau mengagetkanku,” ucap Isa dengan mata melotot dan menatap Rara yang menuruni tangga. “Oh astaga, perutmu semakin membesar. Kita akan mengontrolnya minggu depan, besok aku harus keluar kota lagi.”
“Kau benar benar berhenti menjadi model?”
“Ya, aku focus pada pekerjaanku sebagai animator. Aneh bukan? Tapi setidaknya persaingan di sini sehat, hatiku juga lebih tenang,” ucap Isa mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Lihat ini.”
“Apa?” tanya Rara mendekat.
“Undangan pertunangan dari Medina.”
“Medina?” tanya Rara tidak percaya, dia menatap undangan itu sesaat sebelum membacanya. Dan nama Luke yang tertera di sana membuat Rara sedikit sedih. Rasanya ada yang aneh, dia merasa tidak menerima ketika pria itu menanam dan pergi dengan seenaknya. Membuat Rara benar benar membencinya.
“Rara, ada apa? Kenapa kau menangis?”
Sampai bibir itu akhirnya mengatakan, “Dia adalah ayah dari anakku.”
“Apa?”
🌹🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE