NovelToon NovelToon
Pernikahan Dadakan

Pernikahan Dadakan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: penaadelia

Aslan yang mengunjungi sebuah kota kecil untuk bisnis sekaligus mengobati patah hatinya justru membuat ia menikah dengan seorang gadis cantik yang bernama Nayla Putri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penaadelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17

Saat ini Nayla sudah berada di dalam taxi menuju apartemen. Dikampusnya tadi setelah keluar dari kantin ia tak menemukan keberadaan Arumi di manapun. Bahkan Arumi juga membolos mata kuliah setelah kejujuran Nayla tadi. Hal itu membuat Nayla dirundung rasa sedih. Ia sudah mencoba menghubungi sang sahabat namun tak diangkat.

Tak lama kemudian ia telah sampai di apartemennya. Setelah turun dari taxi. Ia segera masuk ke dalam lift lalu menekan angka tempat dimana apartemennya berada.

Malam harinya Nayla dan Aslan saat ini sedang makan malam. Aslan memperhatikan wajah Nayla yang saat ini sedang murung.

"Nay kamu ada masalah?" Tanya Aslan setelah selesai makan.

"Masalah apa mas?". Tanya Nayla balik.

"Ya saya nggak tau tapi kenapa wajah kamu murung kaya gitu. Kamu lagi mikirin apa?".

"Aku hanya kepikiran sama Arumi mas. Dia marah sama aku karena aku sembunyikan pernikahan kita. Dia bilang aku nggak anggap dia sebagai sahabat. Padahal maksud  aku nggak kaya gitu."

"Apa kamu sudah kasih tau dia alasan kamu sejujurnya tentang pernikahan kita."

"Belum sempat mas. Aku baru mau jelasin tapi dia malah ninggalin aku di kantin tadi." Ujar Nayla.

"Mungkin dia butuh waktu untuk mencerna semuanya. Kalau memang dia menganggap kamu sahabat pasti dia akan mengerti. Sudah kamu tidak usah pikirin itu lagi." Kata Aslan menenangkan Nayla.

Malam semakin larut. Kini Nayla dan Aslan masih terjaga. Keduanya sedang menonton TV.

"Nay besok kita kerumah ayah. Untuk membicarakan kepindahan kita." Ujar Aslan.

"Iyah mas aku nurut aja. Terus masalah kuliah aku gimana mas.?"

"Kamu tenang aja. Aku sudah suruh asisten aku untuk mengurusnya."

Kemudian mereka melanjutkan acara nontonnya. Tak lama kemudian Aslan melihat Nayla yang tertidur di sofa. Kemudian ia memindahkan nayla ke kamar agar tidurnya lebih nyenyak. Selama mengangkat Nayla ia memperhatikan wajah yang cantik alami itu.

Setelah meletakkan Nayla dikasur. Ia kemudian menaikkan selimut sebatas dada wanita itu. Kemudian ia juga berbaring di samping Nayla.

Pagi harinya Nayla bangun. Namun ia merasa ada yang menimpa bagian pinggangnya. Iapun membuka selimut yang membungkus tubuhnya dan ternyata tangan Aslan yang memeluknya dengan erat. Ia langsung membalikkan badannya dan langsung berhadapan dengan wajah tampan Aslan. Ia memperhatikan wajah yang terpahat dengan sempurna. Alis tebal, hidung mancung dan rahangnya yang tegas.

Tak lama kemudian ia merasakan pergerakan Aslan. Lalu ia pura-pura menutup matanya. Ia akan merasa malu jika kedapatan memperhatikan Aslan.

Aslan membuka matanya dan  terlihat begitu kaget karena wajah Nayla tepat berada di depannya saat ini. Karena mengira Nayla masih tidur. Aslanpun mengecup bibir Nayla.

Cup

"Morning kiss".lirih Aslan. Namun Nayla masih dapat mendengarnya.

Mendapatkan perlakuan seperti itu Nayla jadi membeku. Entah mengapa hatinya serasa berbunga-bunga.

Kemudian Aslan bangun dari tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah memastikan Aslan telah tiada disampingnya. Nayla lalu membuka matanya.

Nayla bangun dari tidurnya juga lalu merapikan kasur. Beberapa menit kemudian Aslan sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Nayla sudah terbiasa melihat pemandangan itu. Namun ia tetap merasa malu. Ia mulai menyiapkan pakaian kerja Aslan dan membantunya memakai dasi.

"Nay kamu nggak usah buat sarapan hari ini. Kita sarapan diluar saja. Sekalian kita singgah dirumah ayah terlebih dahulu."ujar Aslan setelah Nayla membantunya memakai dasi.

"Iyah mas. Kalau begitu aku mandi dulu."lalu nayla masuk kedalam kamar mandi sambil membawa handuk sedangkan  Aslan ia berjalan menuju ruang kerjanya. Ia mengambil beberapa file yang ia butuhkan untuk di kantor hari ini.

Saat ini Aslan dan Nayla sudah dalam perjalanan menuju rumah ayah Fandi.

"Nay kamu mau sarapan apa?". Tanya Aslan.

"Gimana kalau kita sarapan bubur ayam. Di depan kompleks rumah ayah ada pedagang bubur ayam langganan aku. Buburnya enak loh mas." Jawab Luna yang mengingat jika dulu sebelum menikah dengan Aslan ia selalu beli bubur ayam disana.

"Yaudah kamu tunjukkin aja sebentar tempatnya yang mana."

Tak lama kemudian Nayla melihat gerobak pedagang bubur itu.

"Mas stop. Itu tempatnya." Seru Nayla antusias sambil menunjuk pedagang kaki lima itu.

Aslan melototkan matanya melihat arah tunjuk Nayla. Ia kira tempat itu semacam restoran tapi dugaannya salah besar. Nayla yang melihat keterkejutan Aslan mulai bertanya.

"Kamu kenapa ekspresinya gitu mas."

"Nay kamu yakin mau sarapan di sana?" Tanya Aslan dengan wajah tak yakin.

"Iyah mas itu bubur ayam langganan aku. Emang kenapa?".

"Kita cari tempat lain saja. Aku tidak yakin makanan di sana enak dan higienis. Kalau kita sakit perut setelah makan bagaimana. Aku tak mau mengambil resiko itu."

Nayla yang mendengar ucapan Aslan tak mampu menahan tawanya.

"Dasar orang kaya. Masa hanya makan di pedagang kaki lima bisa sakit perut sih." Ucap Nayla dalam hati sambil tertawa.

"Mas kamu tenang aja. Aku sering kok makan disana dan aku nggak apa-apa. Disana juga higienis dan rasanya tak perlu diragukan lagi. Pokoknya kamu harus coba." Lalu Nayla keluar dari mobil.

"Tapi Nay..." Ucapan Aslan terpotong karena ia melihat Nayla yang sudah lebih dulu memesan bubur ayam itu.

Mau tidak mau ia terpaksa keluar. Ia duduk di samping Nayla yang saat ini wajahnya sangat terlihat bahagia.

Beberapa menit kemudian pesanan mereka sudah jadi.

"Ini neng Nayla buburnya. Tunggu-tunggu ini teh siapa neng?" Tanya tukang bubur itu saat melihat Aslan.

"Ini suami saya mang."jawab Nayla.

"Walaaah ganteng pisan. Serasi dengan neng Nayla yang cantik. Semoga pernikahannya langgeng ya sampai maut memisahkan. Tapi neng teh nikah kapan atuh?"

"Makasih mang. Kita nikah itu sudah hampir sebulan."

"Oh begitu. Ya sudah Selamat menikmati buburnya neng dan suami." Ucap tukang bubur lalu kembali ke depan gerobak karena masih banyak yang membeli.

"Mas kamu tim makan bubur diaduk atau nggak di aduk?".tanya Nayla pada Aslan yang saat ini hanya diam membisu sambil menatap bubur itu tanpa minat.

"Aku nggak suka yang di aduk."

"Sama dong mas. Kalau di aduk biasanya suka eneg. Ayo kita makan." Lalu Nayla mulai memakan dengan lahap bubur ayamnya. Sedangkan Aslan memperhatikan ekspresi wajah Nayla saat ini. Nayla yang sadar sedang di perhatikan langsung menoleh dan melihat bubur punya Aslan masih utuh.

"Mas kok kamu nggak makan sih buburnya ini enak tau."

"Nay aku boleh jujur nggak"

"Jujur apa mas?"

"Aku sebelumnya nggak pernah makan di tempat yang seperti ini. Biasanya aku akan makan di restoran yang higienisnya itu terjamin."

"Mas kamu serius nggak pernah makan di pinggir jalan kaya gini."

Aslan hanya menganggukkan kepalanya. Nayla merasa bersalah karena sudah mengajak Aslan makan di tempat yang seperti ini.

"Kalau begitu kita cari restoran saja. Aku kira kamu tadinya hanya gengsi mas. Tapi kalau kamu keberatan kita pergi aja dari sini." Ajak Nayla.

"Nggak usah Nay. Liat ekspresi kamu saat makan bubur ini entah mengapa aku jadi ngiler. Aku penasaran sama rasanya sampai kamu sangat menyukainya."

Baru saja Aslan akan memasukkan satu sendok bubur ke dalam mulutnya. Namun Nayla menahannya.

"Jangan mas. Nanti kalau kamu sakit bagaimana?" Tanya Nayla dengan panik.

"Nggak bakalan kok. Mending kamu lanjut makan juga." Lalu Aslan mulai memakan bubur itu. Ia meresapi rasa dari bubur itu lalu tersenyum ke arah Nayla yang masih menatapnya ragu.

"Benar kata kamu Nayla. Bubur ini sangat enak" ujarnya lalu melanjutkan memakan bubur ayam itu. Mau tidak mau Nayla ikut melanjutkan makannya.

Setelah bubur keduanya habis Aslan berdiri lalu berjalan kearah tukang bubur itu. Ia kemudian memberikan uang berwarna merah sebanyak lima lembar pada sang penjual.

"Ini mang uang buburnya."

"Kenapa banyak dekat mas. Harga bubur ayam saya seporsi itu cuma lima belas ribu." Ujar tukang bubur.

"Nggak papa. Anggap saja rezeki. Lagi pula buburnya sangat enak."

"Alhamdulillah terima kasih mas dan neng. Semoga semakin banyak rezekinya." Katanya sambil berkaca-kaca.

"Amin. Terima kasih kembali mang. Kalau begitu saya dan suami pergi dulu." Pamit Nayla lalu ia dan Aslan kembali ke mobil.

"Pokoknya setiap kita kerumah ayah. Kita harus mampir ke sana buat makan bubur lagi Nay. Kayaknya aku ketagihan deh."ujar Aslan saat mengendarai mobil.

"Iyah mas." Jawab Nayla.

1
mumu
Ceritanya bagus Thor. Semangat ya 😊😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!