Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.
Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.
Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.
"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.
Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Ternyata Anak Pak Harimurti
Amira tersentak kala sang ayah tiba-tiba muncul dan masuk kamarnya dengan muka terkejut. Reaksi yang sama diperlihatkan sang bunda.
"Ayah dan Bunda kenapa? Kaget begitu?" Amira balik bertanya. Daisya dan Ferdi sejenak saling pandang, terhenyak tapi lama kelamaan terlihat sumringah. Ada aura bahagia terpancar di sana. Tapi, Amira masih sangat bingung dan tidak paham dengan reaksi yang diperlihatkan kedua orang tuanya yang menurutnya agak gokil plus aneh ini.
"Benar dia Kapten Prayoda Pratama?" yakin Daisya menyela Ferdi yang tadinya mau bicara.
"Iya, benar. Kenapa, apa Bunda dan Ayah familiar dengan nama itu? Amira jadi takut dan malah kepikiran yang enggak-enggak." Amira langsung insecure menanggapi reaksi kedua orang tuanya yang selalu kompak, tapi kadang-kadang aneh karena sesekali kedua orang tua Amira suka melucu.
"Huhhhh, jangan buat jantung Amira loncat atau bahkan hampir copot. Katakan, kenapa Ayah dan Bunda tersentak lalu kemudian gembira?" selidik Amira penasaran.
"Apa Amira tidak tahu kalau Pak Harimurti sempat datang dan mengungkap keinginannya dua bulan lalu?" Ferdi membalas dengan sebuah pertanyaan.
Amira mengerutkan kening dalam, dia sungguh tidak paham dengan maksud pertanyaan sang ayah. Sebab dia tidak kenal nama Pak Harimurti yang disebut Ferdi barusan.
"Pak Harimurti, siapa, Amira tidak kenal?" Amira masih penasaran dan tidak sabar ingin tahu siapa Pak Harimurti yang dikatakan ayahnya barusan.
"Sepertinya memang Amira tidak tahu kalau Pak Harimurti itu ada kaitan langsung dengan anaknya," ujar Ferdi masih belum dipahami Amira.
"Ayah ini muter-muter. Kenapa tidak katakan saja siapa Pak Harimurti, dan kaitan erat dengan anaknya. Lalu anak siapa yang berkaitan langsung dengan Pak Harimurti?" protes Amira semakin dilanda penasaran.
"Pak Harimurti pernah mendatangi ayah dan bunda lewat om kesayanganmu Dallas. Pak Harimurti adalah adik leting atau rekan terdekat om kamu. Lalu dia ...."
Amira memotong ucapan sang ayah dengan cepat. Wajahnya sudah berkabut penasaran, penjelasan ayahnya menurutnya terlalu berbelit-belit dan bertele-tele.
"Lalu dia apa? Ayah ini kelamaan dan berbelit-belit. Bikin Amira pusing." Amira protes dengan wajah kesal.
"Baik, ayah lanjutkan, ya? Amira jangan bicara dulu, karena kita harus serius menyampaikannya pada Amira," tukas Ferdi.
Amira kesal sampai tubuhnya menyamping menghindar tatap kedua orang tuanya yang masih saja memberinya teka-teki mengenai siapa Pak Harimurti.
"Kurang lebih dua bulan yang lalu, Pak Harimurti sempat mendatangi kami dengan diantar om kamu ke sini." Ferdi memulai bercerita, tapi tetap saja masih membuat Amira kesal, sebab kedua orang tua itu belum mau berkata secara gamblang.
"Apa hubungannya dengan Om Als? Ayah ini bikin Amira mual, karena muter-muter kayak helikopter. Kalau gitu, Ayah dan Bunda tidak usah cerita, Amira lebih baik tidur." Amira merajuk.
"Ehhh, Amira jangan merajuk. Sekarang Ayah mau cerita yang sebenar-benarnya. Dengar baik-baik, ya. Om Als dengan Pak Harimurti adalah rekan satu kantor dan adik leting yang paling dekat dengan om kamu. Tujuan Pak Harimurti datang ke rumah tempo bulan lalu, ialah ingin anaknya dijodohkan dengan anak ayah dan bunda, yakni Amira."
Amira terbelalak, karena dia memang tidak tahu kalau pernah ada yang datang ke rumah orang tuanya untuk meminta anaknya dijodohkan dengannya.
"Dan Amira tahu tidak siapa anak dari Pak Harimurti?" jeda Ferdi sengaja. Lagi-lagi hal itu membuat Amira kesal.
"Amira tidak tahu, Yah. Nanya kok sama Amira," dengusnya makin kesal saja.
Sebelum Ferdi melanjutkan ucapannya, dia melirik Daisya sambil tersenyum. Mereka tertawa kecil dan sengaja mengulur waktu agar anak gadis bungsunya itu semakin penasaran dan dongkol.
"Beneran Amira mau tahu siapa anaknya Pak Harimurti? Dia adalah, jeng jeng jeng ...."
"Ahhhhh... sudahlah, kalau Ayah nggak mau cerita, lebih baik Amira tarik selimut. Bye ...."
"Amira dengar dulu. Amira pengen tidurnya nyenyak bukan?" tahan Daisya menahan bahu Amira. Amira mendilak kesal, dia seperti sedang dipermainkan kedua orang tuanya.
"Anak dari Pak Harimurti itu adalah, Kapten Prayoda Pratama. Nama yang sama seperti yang Amira bilang tadi," sambung Daisya.
Sontak Amira terkejut. Sejenak dia terbelalak tidak percaya, mulutnya juga ikut menganga. Amira seakan sedang bermimpi. Ternyata Yoda merupakan rekan om nya yang pernah mendatangi rumah orang tuanya dan meminta orang tuanya untuk menjodohkan anaknya dengan Amira.
"Apa? Kak Yoda adalah anak dari rekan Om Als? Pak Harimurti temannya Om Als?"
Ferdi dan Daisya mengangguk kompak. Wajah keduanya diliputi bahagia.
"Iya. Itu benar. Kalau memang pria aparat yang mengantar Amira tadi adalah anaknya Pak Harimurti, besok atau lusa ajak dia kemari untuk kami tanya.
"Tanya? Untuk apa?" Amira terkejut.
"Untuk kami tanya, apakah dia serius atau tidak sama Amira," cetus Daisya penuh tekanan.
***
Lampu hijau sudah Amira dapatkan. Tanda setuju nyata di depan mata. Amira yang awalnya masih ragu dengan Yoda, kini keyakinannya meningkat. Kini, tinggal mengajak Yoda ke rumah seperti yang kedua orang tuanya mau.
"Kira-kira Kak Yoda benar-benar serius nggak sih? Kalau iya serius, maka aku akan ajak ke rumah besok seperti yang Ayah dan Bunda mau. Sekarang aku harus ke rumah Om Als, mau ceritakan. Hehehe sambil minta duit dan traktiran. Asikkkkkkkkkkkkk."
Amira kegirangan sambil menyusun rencana.
Sehari kemudian, di Sabtu pagi yang cerah, Amira sudah berdandan sederhana tapi tetap khas gaya Amira yang lucu dan cantik. Setelah menghabiskan martabak kemarin malam yang sengaja dia endap di kulkas, dia segera bergegas menuju pintu depan.
"Amira, mau ke mana? Janga-jangan mau janjian dengan putranya Pak Harimurti." Daisya dari balik pintu ruang tengah menghentikan langkah Amira.
"Bunda. Nggak kok Bun. Amira hanya mau pergi ke rumah cinta kedua Amira."
Jawaban Amira sukses memancing kerutan di dahi Daisya. "Cinta kedua? Maksud Amira siapa?"
"Masa Bunda nggak tahu cinta kedua Amira setelah Ayah? Om Als kan cinta kedua Amira."
"Ohhh, kirain mau ke mana. Sebentar, kalau Amira mau pergi ke rumah Om Als, titip ini buat Tante Syafa. Ada makanan kecil juga bt Alf dan Syafina." Daisya menuju dapur tergesa. Tidak berapa lama dia kembali dengan membawa kantong kresek yang dalamnya makanan untuk Syafa dan anak kembarnya.
"Ini saja, Bun?"
"Iya. Amira mau naik motor atau jalan kaki?"
"Jalan kaki saja. Lagipula kaki Amira masih ngilu bekas kecelakaan kemarin Bun."
"Baiklah. Tapi, Amira hati-hati, ya." Daisya memberi peringatan.
Amira berpamitan pada Daisya, setelah itu dia segera bergegas menuju rumah Dallas yang hanya terhalang satu gang saja.
Hai, jangan lupa kasih dukungannya ya. Jangan lupa mampir ke sini juga apabila kalian sedang menunggu up datean Author.
semoga amira yoda lolos babak 40🤲🤲🤲🤲🤲
Semoga dokter Serelia gak buat ulah ya 😡🙏🏻
bisa bahaya