Reksa pemuda tampan yang berusia 20 tahun,ia memiliki rahasia yg ia sembunyikan yaitu memiliki hobi makeup hingga menjadi vloger beauty/selegram terpopuler,banyak brnd terkenal yang ingin mengendorsnya.shutt...ini kisah Reksa tidak ada yang tau kecuali dirinya sendiri.
no plagiat.
real karya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanesya elyin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
Setelah kejadian semalam,besoknya Reksa bener bener ga dianggap ada oleh semua orang kecuali Arin sepupu kecilnya,Arin merasa bersalah telah membongkar rahasia Kakanya hingga dijauhi oleh semua.tapi Reksa menerima itu semua,bagaimanapun ini adalah balasan karena telah mempermalukan reputasi keluarganya.
Ia juga belum berani menghubungi Bagas,bahkan menolak pangggilan dari Bagas.
Sorenya ia pamit untuk pergi kembali ke Bandung,bermodal mobil dan atm hasil jerit payahnya,kartu yang biasa di kasih Ayah semua disita,toh dia gak pernah pake dan gak masalah,ia juga punya penghasilan melebihi saldo ayahnya,mungkin.
Setelah kepergiannya semua orang rumah bener bener seakan ga menganggapnya ada lagi,seperti tak terjadi apa apa.
..
Hujan turun deras saat malam mulai menelan sisa-sisa cahaya kota. Jalanan licin, lampu-lampu kendaraan berpendar seperti bayangan basah di kaca jendela.
Handphone-nya bergetar, notifikasi dari dari Bagas ia abaikan.
Saat berada di jalan tol kendali mobilnya hilang arah,terlalu lama bengong tak sadar mobilnya oleng hingga banting setir dan akhirnya.BRAK!!
Disela kesadaran ia bergumam"Ba..gas"sebelum akhirnya jatuh pingsan.
📍RUMAH SAKIT
Bagas hampir melempar helmnya saat tiba di IGD. Bajunya basah kuyup, napasnya tersengal. Ia memaksa masuk, menerobos larangan petugas, panik tak terkontrol.2 hari ga ada kabar,sekali ngabarin Reksa kecelakaan.
“REKSA! Dia di mana?!”
Seorang perawat mengenalinya, menahan pelan. “Tadi masuk IGD dengan cedera kepala ringan dan beberapa luka di kaki. Dia sadar, tapi masih lemas.”
Langkah Bagas gontai menuju ruang rawat. Begitu melihat sosok itu—terbaring, pucat, selang infus menusuk punggung tangannya—jantungnya terasa remuk.
“...Sa,” bisiknya, nyaris tak terdengar.
Mata Reksa terbuka perlahan. Pandangannya masih kabur, tapi sudut bibirnya terangkat lemah.
“lo... dateng,” suaranya serak.
Bagas langsung mendekat, duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan Reksa erat-erat. Air matanya tak bisa ia tahan, jatuh begitu saja tanpa suara.
“Bodoh... kenapa ngebut?kenapa selama disana lo ga angkat telpon gue,bales WA gue aja engga,lo kenapa si Sa” gumam Bagas. “Kalau sampai lo kenapa-kenapa, gue…”
Reksa tersenyum tipis, meski wajahnya masih tampak lemah. “Maaf...."
"Jangan nangis kayak gitu, ntar aku beneran jatuh cinta."candanya.
Hening sesaat.
Bagas membeku. Lalu, tanpa kata, ia menunduk dan memeluk Reksa pelan. Bukan karena luka, bukan karena takut—tapi karena baru sadar... seberapa dalam orang itu berarti untuknya.
Sudah tiga hari sejak kecelakaan itu. Reksa diizinkan pulang, tapi belum bisa banyak gerak karena cedera di kakinya. Maka, jadilah Apartemen itu berubah jadi semacam klinik kecil—dengan Bagas sebagai ‘perawat pribadi’ yang... agak berisik.
“Bangun, jam obat,” seru Bagas sambil membuka gorden lebar-lebar.
Matahari langsung menyorot wajah Reksa yang lagi meringkuk di kasur, berselimut hoodie.
“Ngapain sih kaya sinetron,” gerutu Reksa sambil menutupi wajahnya.
“Lo pikir ini drama sore? Ini realita, pasien harus disiplin.” Bagas datang bawa air putih dan tablet kecil. “Minum, terus sarapan.”
Reksa menatap Riyan lama. “Lo...selalu cerewet kaya gini ga sih ke semua orang?”
“Gak,” jawab Bagas cepat. “ke lo doang. Soalnya lo paling bandel.”
Siangnya…
Bagas nguplek di dapur, membuat bubur untuk Reksa.selesai.ia bawa kekamar dimana Reksa berada.
"Sa..makan buburnya,gue buatin special buat lo"
"Ga mau Agas udah 3 hari ini makan bubur mulu,gue pengen makan ayam goreng"cemberut.
"Ck...ngeyel banget,lo masih sakit ga usah aneh aneh,cepet buka mulutnya gue suapin"meniup niup agar bubur nya g terlalu panas.
"Aaa..."Bagas menyodorkan sendok di depan mulut Reksa.dan Reksa pun terpaksa memakannya ,menghargai usaha Bagas.
Malam hari...
Reksa belum tidur. Ia duduk di kasur, kaki disangga bantal. Bagas duduk di lantai, punggung bersandar ke ranjang.
“Gas..,” suara Reksa pelan, “Kenapa lo segitunya ngerawat gue?”
Bagas diam sejenak, matanya tetap menatap lurus ke depan.
“Soalnya... lo pernah bilang gak ada yang tahu sisi lo yang lain. Sekarang gue gak mau lo ngelewatin ini sendiri.”
Reksa menatap punggung Bagas lama.
"Sekarang keluarga besar gue udah tau Gas.Tinggal publik ,dan gue ga tau sampai kapan ini akan bertahan,gue capek"batin nya sedu.
Dan malam itu, sebelum tidur, Bagas membetulkan selimut Reksa dengan pelan... dan mengecup keningnya sambil berbisik:
“Cepet sembuh, biar gue bisa marahin lo lagi.”