Budak Nafsu Ketua Gangster

WARNING!! NOVEL INI MENGANDUNG KEKERASAN, DAN KETIDAK NYAMANAN, JIKA KALIAN MEMILIKI KETAKUTAN BERLEBIH MOHON JANGAN MEMBACA INI KARENA KEDEPANNYA AKAN ADA BEBERAPA KEKERASAN.

"Tidaakk.... Cukupp.... Aku benciii.... Aku membencinya.... Mmhhhbbb..... Mnnngghhh...."

Aaron langsung menarik tubuh Laura dan membuatnya menungging, lalu dengan sekali dorongan milik Aaron sudah kembali masuk.

"AAAGHHH!!!" Laura hampir terjerembab maju, itu adalah dorongan kuat yang kasar, miliknya seperti di paksa di masuki untuk kedua kalinya.

Kemudian kedua tangan besar Aaron yang berurat dan kekar, dengan telapak tangan yang sedikit kasar karena ia selalu memegang senjata meremaass dan mencengkram kedua belah bokongg montokk itu, sembari memompa pinggulnya cepat.

"KHEEGGHH UGHHH....!!!" Aaron mendesaah karena miliknya benar-benar terasa seperti di remass dengan kuat.

Sedangkan Laura perlahan-lahan, kenikmatan juga mulai menjalar pada kepalanya, tubuhnya merespon namun Laura tak mau, ia lebih baik mati dari pada ia harus mendesaah dan merasakan kenikmatan itu, seolah ia adalah pelacurr yang menikmatinya.

"Mendesaahlah Laura, rasakan kenikmatan yang ku berikan." Kata Aaron.

"AKU TIDAK MAU!!" Kata Laura mencengkram sprei dengan kedua tangannya.

Aaron pun kemudian mengangkat tubuh Laura, dan kini Aaron duduk di twpi ranjang, ia membuka bera kedua kaki Laura, dan menunjukkannya di cermin, dengan tangannya yang kasar, Aaron mencengkram dagu Laura agar Laura melihat ke arah cermin.

Laura berusaha untuk tidak merasakan apapun dari apa yang Aaron lakukan padanya, ia juga tidak mau melihat cermin, namun Aaron mencengkram kuat dagu Laura hingga terpaksa Laura pun menuruti Aaron.

Laura yang duduk di atas paha Aaron membelakanginya, dengan Aaron membuka lebar kedua kakinya dan kaki Laura membuat, miliknya yang besar masuk ke dalam milik Laura pun terlihat, Aaron terus mengarahkan dagu Laura untuk tegak melihat ke arah cermin. Sembari Aaron terus memompa tubuh dan pinggulnya bergerak.

"Lihatlah Laura, kau pelacurr yang kini akan menjadi budakku, kau akan terus seperti ini, lihat baik-baik kondisimu..." Kata Aaron.

Di sana terlihatlah bagaimana kondisi Laura yang sudah berantakan dan lemas, Laura terus menggigit lidahnya agar tak mendesaahkan kenikmatan.

Laura membencinya meski berkali-kali Laura ingin menyerah dan merasakan kenikmatan yang akan membuainya, namun ketika ia mengingat bahwa Aaron melakukan hal itu hanya karena balas dendam dan bukan karena Aaron mencintainya atau menginginkannya Laura merasa bahwa itu hanya akan membuatnya sama dengan pelacurr yang hanya di buat mainan.

Aaron kemudian meremas kedua payudaraa Laura dengan kedua tangan kekarnya sembari menggerakkan pinggulnya.

"Mmmmhhh... Aaahh... " Satu desahan lolos dari Laura.

"Ya seperti itu... Budakku... Kau sudah seperti pelacurr sungguhan, lanjutkan dessahannmu.." Bisik Aaron.

Laura kemudian kembali sadar dan menggigit bibirnya, ia seprti tak bisa lagi menahannya, itu terlalu nikmat dan terlalu merangsaang.

"Kau ibliss..." Kata Laura.

"Dari dulu aku memang iblis." Kata Aaron.

Kemudian Aaron membaringkan Laura kembali dan mengangkat kedua kaki Laura ke atas bahu nya, Aaron langsung memasukannya lagi, dan itu membuatnya jauh lebih dalam.

"Aahhh... Mmhhggg.... Aahhhh...." Gerakan Aaron yang liar dan cepat tentu membuat Laura sepersekian detik lepas kendali.

"Budakku... Kau akan menjadi budakku... Pelacurr yang akan melayaniku setiap waktu." Kata Aaron.

"Aku tidak sudi." Kata Laura.

"Sudi atau tidak, ini sudah menjadi takdirmu." Kata Aaron sembari meremas kedua payudara sintal Laura.

"Aaahhh... Aku... Tidak suka... Aku bencii!!" Kata Laura.

"Ucapanmu adalah kebalikannya. Lebih baik kau menyerah dan akui saja kau pelacurr ku." Kata Aaron.

"Milikmu kecil dan tidak membuatku suka." Ucao Laura marah.

Aaron menyunggingkan sudut bibirnya sedikit.

"Kecil ya..." Kata Aaron.

Laura hendak membuat Aaron tak percaya diri, namun nyatanya Laura justru memprovokasi Aaron, Aaron justru semakin kasar dan semakin membuat Laura kesulitan.

Milik Aaron tentu begitu besar, hingga membuat sesak perut Laura, namun mendengar provokasi yang di lakukan Laura, membuat Aaron marah dan langsung memutar tubuh Laura.

Saat itu Aaron langsung menarik tangan Laura untuk bangun dan mendudukkannya di pangkuannya, hingga membuat jarak Laura dan Aaron begitu dekat.

Aaron kemudian terus memacu pinggulnya, dan Laura memeluk lehee Aaron.

"Oohhh tidakk... Tidaakkk... Jangann...."

Gerakan Aaron yang semakin cepat, dan Aaron yang akhirnya mengulum payudaraa Laura dengan ganas membuat Laura pada akhirnya jebol pertahannya, Laura menikmatinya, ia tak kuasa menahannya, ia tak bisa, kepalanya hampir meledak karena selama permainan Laura menahannya dan tak ingin hanyut dalam kenikmatan.

Kini Aaron terus mengulum dan menyesap kedua payudara itu, Laura memeluk kepala Aaron hingga kuat, Aaron juga masih memacu pinggulnya secepat mungkin, membuat Laura kalang kabut.

"Aahh... Ohhh... Aaaahh... Tidaakk... Aahhhh .....!!!

Laura pada akhirnya merasakannya untuk oertama kalinya, yaitu kenikmatan yang tak bisa Laura jelaskan, semua setruman langsung menyerang seluruh sel syarafnya, menjadikannnya seperti tersetrum. Tubuh Laura berkedut-kedut tegang, dan ia mengalami orgasmenyaa.

"Bagus... Budakku pintar... Sekarang kau resmi menjadi pelacur... Bagaimana enak bukan?" Kata Aaron melanjutkan terus memacu pinggulnya.

Sedangkan Laura menangis dan tak bisa memaafkan dirinya yang menikmatinya, meski hanya satu kali, namun ia merasa sangat bersalah dan menyesal.

"Aku membencimu..." Kata Laura dan akhirnya ia pingsan.

Sedangkan Aaron terus saja menggempur Laura, meski Laura sudah pingsan.

******

Pagi hari yang suram, pagi dimana awan mendung lebih mendominasi dengan cuaca yang dingin. Burung yang biasanya bertengger di balkon dan saling bergantian terbang pergi dan kembali pun tak terdengar kicauan nya, mungkin burung pun lebih suka berada di sangkarnya daripada keluar karena dinginnya cuaca pagi itu.

Perlahan mata Laura terbuka, namun ia merasa bahwa tubuhnya seperti menghilang dari dirinya, kemudian ketika kesadarannya mulai penuh barulah ia merasakan tubuhnya seperti remuk redam. Tulang-tulangnya seperti patah dan tak saling menyatu.

Laura tak bisa bergerak. Ingatannya kembali melayang pada wajah dan tubuh Aaron yang menurutnya seperti monster. Pria monster itu seperti melampiaskan semua kemarahannya pada Laura.

Berkali-kali Aaron menggunakan tubuh Laura, pria itu penuh nafssu yang bahkan mungkin iblis pun akan bertepuk tangan karena semua hal yang iblis sukai ada pada Aaron.

Seperti monster yang kalap, Aaron seolah ingin melahap dan mengunyah Laura. Sepanjang malam, Aaron memutar, membolak balikkan tubuh Laura dan melampiaskan semua kekuatannya, hingga Laura merasakan tubuhnya panas seperti terbakar.

Berkali-kali pula Aaron membuat Laura kesusahan, karena Laura tak mau merasakan kenikmatan itu menjalar di seluruh tubuhnya.

Laura berjanji, apapun yang Aaron lakukan pada dirinya, Laura tak akan menikmatinya, Laura tak akan mengeluarkan suaranya untuk mendesah. Namun, semua itu gagal, ia kini benar-benar merasa seperti pelacurr yang hina.

Pagi itu Laura sudah bangun dan kesadarannya sudah kembali sempura, meski semalaman, Laura kelelahan melayani nafssu Aaron yang seperti tak ada habisnya dan kemudian ia pingsan, namun tetap saja mata Laura terbuka ketika pagi telah tiba. Itu kebiasaan Laura yang selalu bangun pagi.

Air mata Laura kembali mengalir, ketika ia membuka selimut dan mendapati dirinya masih telanjang, ia juga tak melihat ada Aaron di kamar tersebut.

Semalaman, saking benci dan marahnya Laura pada Aaron, ia bahkan tak ingin melihat wajah Aaron, meski berkali-kali Aaron mengatakan pada Laura, bahwa harus melihatnya, agar Laura tahu, siapa yang akan menjadi seseorang yang membuatnya menderita sepanjang usianya.

Bersambung~