Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.
Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 : Urutan Dari Rencana
Pintu rumah sakit di buka secara kasar. Pria itu geram ketika melihat putranya di bungkus perban, terbaring di rumah sakit. "Gracio! Siapa yang melakukan ini padamu?" Tanya sang ayah.
Pria itu berdiri di samping tempat tidur, matanya terpaku pada putranya yang terbaring lemah.
"Fonix, dia sudah kembali," jawab Gracio dengan suara yang lemah. "Dia berkata, kalau Shani adalah bibinya."
Sang ayah terkejut, matanya melebar dengan tak percaya. "Fonix? Anak Seiya? Apa hubungan dia dengan Shani?" tanya sang ayah dengan nada yang keras.
Gracio mencoba untuk mengangkat tubuhnya, tapi sakit yang menusuk membuatnya kembali terbaring. "Ayah, aku tidak tahu mereka memiliki hubungan apa. Tapi dia bilang, kalau Shani adalah adik dari ibunya," jawab Gracio dengan suara yang lemah.
Sang ayah menggigit bibirnya, kesedihan dan kemarahan yang bercampur menjadi satu. "Ayah akan mencari tahu apa yang terjadi, dan ayah akan membuat Fonix membayar untuk apa yang dia lakukan padamu," kata sang ayah dengan nada yang dingin.
...***...
Shani hanya meringis ketika sebuah tamparan mendarat telak di pipinya. Saat ini, kedua orang tuanya tengah murka, setelah mendengar kalau putra dari keluarga Harlan, terbaring di rumah sakit. Sang ayah memandang Shani dengan mata yang penuh kemarahan, sementara sang ibu memandang putrinya dengan mata yang berkaca-kaca. Shani hanya bisa menundukkan kepalanya, merasa takut.
"Siapa orang yang berani mengantarkanmu semalam? Dan siapa yang telah membuat putra dari keluarga Harlan terbaring di rumah sakit?" Tanya sang ayah tajam.
Shani hanya diam. Sang ayah memandang Shani dengan mata yang tajam, seolah-olah menantang Shani untuk berbohong. Sang ibu memandang Shani dengan mata yang berkaca-kaca, dia terlihat sedih dan kecewa.
"Shani, apa yang terjadi?" tanya sang ibu dengan suara yang lembut, tapi tetap ada nada keras di dalamnya.
Shani hanya bisa menundukkan kepalanya, merasa tidak berdaya. Dia tidak tahu bagaimana cara untuk menghadapi kemarahan ayahnya dan kekecewaan ibunya. Dia hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, semuanya akan menjadi baik-baik saja. Tapi untuk sekarang, dia hanya bisa menahan rasa takut dan kesedihan.
"Aku sudah bilang, kalau aku tidak menyetujui perjodohan ini.." ucap Shani. "Aku tidak ingin menikah dengan Gracio, Ayah. Aku tidak mencintainya," kata Shani dengan suara yang lembut.
Sang ayah memandang Shani dengan mata yang penuh kemarahan. "Kamu tidak memiliki pilihan, Shani. Perjodohan ini sudah disepakati oleh keluarga kita dan keluarga Harlan. Kamu harus menikah dengan Gracio," kata sang ayah dengan nada yang tegas.
Shani merasa putus asa, dia tidak tahu bagaimana cara untuk menghadapi ayahnya. Dia hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, ayahnya akan memahami perasaannya.
"Sekarang katakan, siapa yang membuat Gracio terbaring di rumah sakit?" Tanya sang ayah tajam.
"Maaf, aku tidak bisa mengatakannya.." Ucap Shani.
"Anak kurang ajar!" Ayah Shani hendak kembali menampar dirinya, tapi sang ibu dengan segera menahannya sambil menggeleng.
Sang ibu memandang suaminya dengan mata yang meminta untuk tidak melakukan kekerasan lagi. Sang ayah menghela napas, mencoba untuk menahan amarahnya. Sang ayah memandang Shani dengan mata yang tajam, "Baiklah, kamu tidak perlu memberitahu sekarang. Tapi kamu harus ingat, perjodohan ini akan tetap terjadi. Kamu tidak bisa menolaknya," kata sang ayah dengan nada yang tegas.
Shani berlari ke kamarnya sembari menangis. Gadis itu tidak tau bagaimana caranya lepas dari situasi ini. Dia sama sekali tidak mencintai Gracio sedikitpun. Shani tau dengan jelas, kalau Gracio adalah seorang playboy. Dia sangat suka bermain perempuan. Entah berapa orang yang sudah dia tiduri. Shani tidak bisa membayangkan, jika dia harus menjadi istri dari orang seperti itu. Selamanya, Shani tidak akan mau.
Shani mengunci kamarnya, kemudian jatuh ke ranjang sambil menangis. Dia merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa dia kendalikan. Dia tidak ingin menikah dengan Gracio, tapi ayahnya tidak mau mendengarkan. Shani memikirkan tentang Fonix, anak kakanya yang telah membuat Gracio terbaring di rumah sakit. Dia tidak tahu apa hubungan antara Fonix dan Gracio, tapi dia berharap bahwa Fonix bisa menjadi jalan keluar dari situasi ini. Tapi, Shani juga merasa takut dengan Fonix. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika ayahnya mengetahui bahwa Fonix adalah orang yang membuat Gracio terluka. Shani hanya bisa berharap bahwa Fonix bisa menjadi penyelamatnya, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.
Sementara itu, di rumah sakit, Gracio masih terbaring di tempat tidur. Ayahnya masih berdiri di sampingnya, memandang putranya dengan mata yang penuh kesedihan dan kemarahan. Dia tidak akan berhenti sampai dia menemukan Fonix dan membuat dia membayar untuk apa yang telah dia lakukan.
...***...
"Tuan muda.." Himea menghampiri Fonix yang tengah memeriksa beberapa berkas di ruang tamu.
"Ada apa?" Tanya Fonix tanpa menoleh.
"Saya mendapatkan informasi dari pelayan dari keluarga Natio. Saat ini, bibi anda, Shani Indira tengah berada dalam situasi yang kacau. Kedua orang tuanya, sangat marah ketika mengetahui putra keluarga Harlan terbaring di rumah sakit, begitu juga dengan anda yang mengantarkannya semalam. Saya juga mendapatkan informasi dari beberapa bawahan yang di tempatkan di seluruh kota, saat ini, Avion Fadrin, pemimpin keluarga Harlan, dan juga ayah dari Gracio, tengah mencari anda. Keluarga Harlan berniat membuat perhitungan dengan anda. Mereka juga menantang anda secara terang-terangan." Jelas Himea.
"Lalu masalahnya dimana? Baik keluarga Harlan ataupun keluarga Natio, aku tidak perduli. Prioritas utamaku sekarang, adalah menyelesaikan semua urusan, dan pulang ke Indonesia. Aku tidak bisa membiarkan Freya menunggu lebih lama." Jawab Fonix dingin.
"Lalu, apa yang kamu rencanakan sekarang?" Ujar Seiya yang baru turun dari tangga.
"Ayah tidak keberatan, jika Shani yang merupakan adik dari ibu, tinggal di sini?" Tanya Fonix menoleh.
"Ayah tidak keberatan, ibumu sangat menyayanginya, begitu juga sebaliknya." Jawab Seiya.
"Aku sudah mendapatkan urutannya, Aku akan menjemputnya sendiri ke keluarga Natio. Lalu, jawab tantangan dari keluarga Harlan, aku akan menunggu mereka di kuil Nezu pada malam bulan purnama, besok malam." Jawab Fonix tegas.
Seiya memandang putranya dengan mata yang penuh kepercayaan, dia tahu bahwa Fonix akan melakukan apa yang terbaik untuk keluarga mereka. Himea memandang Fonix dengan mata yang penuh kekaguman, dia tahu bahwa Fonix adalah seorang yang tangguh dan tidak akan pernah menyerah dalam menghadapi tantangan.
"Baik, tuan muda. Saya akan mempersiapkan semuanya." kata Himea dengan suara yang tegas.
Fonix mengangguk, kemudian memandang Seiya dengan mata yang meminta izin. "Aku akan pergi ke keluarga Natio untuk menjemput Shani," kata Fonix dengan suara yang dingin.
Seiya mengangguk, kemudian memandang putranya dengan mata yang penuh kepercayaan. "Lakukan apa yang kamu pikir benar, Fonix. Ayah percaya padamu," kata Seiya dengan suara yang lembut. Fonix mengangguk, kemudian berjalan keluar dari rumah dengan langkah yang tegap.
"Aku merasa terlalu tegas dalam mendidiknya.." ucap Seiya menghela nafas, sembari melihat kepergian Fonix.
"Saya rasa tidak, tuan muda tumbuh menjadi anak yang kuat. Dan saya rasa, Nona Feni juga menginginkan hal yang sama." Balas Himea.