Ratu Maharani, gadis 17 tahun yang terkenal bandel di sekolahnya, dengan keempat sahabatnya menghabiskan waktu bolos sekolah dengan bermain "Truth or Dare" di sebuah kafe. Saat giliran Ratu, ia memilih Dare sebuah ide jahil muncul dari salah satu sahabatnya membuat Ratu mau tidak mau harus melakukan tantangan tersebut.
Mau tahu kisah Ratu selanjutnya? langsung baca aja ya kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Co-pilot Erland tak bisa menahan rasa penasarannya. Ia menengok ke arah Ratu yang masih berdiri di belakang mereka dengan tatapan bingung. Dengan nada sedikit bercanda, Erland langsung mengajukan pertanyaan.
“Ratu, kok bisa ada di sini juga?” Matanya melirik sekilas ke arah Ratu yang masih berdiri mematung di belakang mereka, lalu kembali fokus pada tugasnya.
Ratu menautkan alisnya, bingung dengan pertanyaan co-pilot Erland. Namun belum sempat Ratu menjawab, sebuah suara lembut muncul dari belakang mereka.
“Bagaimana, sayang?” ujar Daddy Anggara sambil melangkah masuk ke ruang kokpit. Ia mengikuti Ratu dengan langkah tenang, sedikit khawatir dengan sikap bar-bar putrinya.
Ketiganya menoleh cepat ke arah sumber suara. Nathan tersenyum sopan, lalu kembali menatap ke depan, mencoba kembali fokus pada tugasnya. Erland pun melakukan hal yang sama. Namun, di dalam hatinya, Erland penuh curiga.
“Kenapa Tuan Anggara manggil Ratu ‘sayang’? Apa jangan-jangan ... Ratu simpanan Tuan Anggara? Kan Tuan Anggara sudah lama menduda.” tebak Erland dalam hati. Mana berani Erland mengucapkan secara langsung.
Nathan juga menduga hal serupa, tapi buru-buru mengalihkan prasangkanya, mencoba berpikir positif.
“Mungkin Ratu ini saudara jauhnya Tuan Anggara yang ikut numpang ke Jakarta.” pikir Nathan.
Suasana di ruang kokpit mendadak hening. Keempatnya tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Akhirnya, Ratu membuka suaranya.
“Dad, kenapa ikut ke sini? Apa Daddy juga penasaran dengan ruang kokpit? Tapi nggak mungkin, kan, Daddy sudah sering pakai jet ini kalau kemana-mana?”
Erland dan Nathan kembali dibuat terkejut sekaligus penasaran oleh sebutan “Daddy” yang keluar dari mulut Ratu untuk Tuan Anggara.
“Daddy bukannya penasaran, tapi lebih tepatnya Daddy khawatir sama keselamatan penerbangan ini,” ujarnya sambil terkekeh pelan.
Ratu langsung memasang wajah kesal, matanya menyipit. Ia tahu maksud tersembunyi di balik kata-kata sang Daddy.
“Daddy pikir Ratu mau ngapain? Sampai-sampai Daddy khawatir?” ketus Ratu dengan nada kesal dan cemberut, lalu menatap tajam sang Daddy-nya.
Daddy Anggara terkekeh gemas, tak bisa menahan senyum nya melihat ekspresi cemberut sang putri, baginya Ratu sangat menggemaskan meskipun kini Ratu sudah menginjakkan remaja, tetap saja baginya Ratu masih putri cantik nya yang menggemaskan.
“Siapa tahu kau tiba-tiba mengusir captain dan co-pilot ini, untuk mengambil alih kemudi? Daddy cuma waspada saja.” lanjut Daddy Anggara semakin bersemangat menggoda Ratu.
Nathan dan Erland hanya tersenyum simpul, mereka tahu Tuan Anggara sedang menggoda Ratu, mereka memiliki menyimak tanpa menyela, meski dalam hati mereka penuh tanda tanya tentang hubungan antara keduanya. Ingin Rasanya bertanya langsung tapi takut di kira tak sopan apa lagi orang yang mereka hadapi bukan sembarang orang.
Daddy Anggara lalu menoleh ke Nathan, bertanya dengan nada santai.
“Bagaimana, Captain Nathan? Apa putri saya mengganggu kalian?”
"Putri? Jadi Ratu anaknya Tuan Anggara," gumamnya dalam hati lalu senyum tipis tersungging di bibirnya merasa lega.
Setelahnya Nathan buru-buru membalas dengan sopan.
“Ah, tidak, Tuan Anggara. Putri Anda sama sekali tidak mengganggu.”
Dalam hati Erland tersenyum kecil.
“Mana mungkin mengganggu? Captain malah tambah semangat ditemani pujaan hati seperti Ratu.”
Ratu segera menatap Nathan dengan ekspresi kemenangan.
“Kan, dengar sendiri, Dad? Ratu gak gangguin!”
Daddy Anggara tersenyum puas, lalu berdiri dan bersiap meninggalkan ruang kokpit. Namun sebelum pergi, ia menoleh dan bertanya, “Kau masih mau di sini?”
Ratu menatap Daddy Anggara dengan mata penuh semangat.
“Ratu masih mau di sini, Dad!” jawabannya tegas.
Daddy Anggara terkekeh pelan, lalu melangkah keluar dengan langkah ringan, meninggalkan Ratu yang masih berdiri tegap di ruang kokpit.
Nathan menatap Ratu dengan penuh rasa ingin tahu setelah Daddy Anggara meninggalkan ruang kokpit. Suasana yang tadinya santai berubah menjadi sedikit tegang.
“Ratu,” Nathan memulai dengan suara lembut tapi serius, “Boleh aku tanya sesuatu? Hubunganmu dengan Tuan Anggara sebenarnya bagaimana?” Nathan ingin memastikan informasi yang baru saja ia dengar.
Ratu menatap Nathan sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.
“Dia ... Daddy-ku, emang kenapa?” jawabnya singkat, lalu balik bertanya.
Nathan mengangguk pelan, mencoba memahami.
“Jadi, kau benar-benar putrinya?"
“Iya! Gak percaya bangat sih! Gue anak satu-satunya Tuan Anggara Alatas!" Tegas Ratu sedikit kesal.
Nathan tersenyum kecil, “Maaf, bukan gitu maksud aku, aku hanya tak menyangka aja ternyata kau anaknya Bos kami," tutur Nathan lembut mencoba mengembalikan mood Ratu.
"Hm, lupakan itu tak penting, yang penting gue mau melihat pemandangan dari sini boleh, kan?" tanya Ratu antusias.
Nathan tersenyum kecil melihat semangat Ratu. “Kalau begitu, silakan duduk dan nikmati pemandangan dari sini. Dari kokpit, pemandangannya memang lebih jelas dan seru.”
Ratu dengan penuh antusias segera duduk di kursi cadangan, matanya berbinar-binar saat menatap layar instrumen dan jendela besar di depannya.
Erland mengusap dagunya sambil tersenyum. Dalam hati, ia bergumam.
“Beruntung benar jadi captain, bukan hanya jago menerbangkan pesawat, dapat ‘bonus’ doi paket komplit lagi. Emang enak ya, jadi orang ganteng." batin Erland, ia ikut senang melihat kebahagiaan Nathan.
Nathan dan Erland melanjutkan tugasnya, tapi kini dengan suasana yang sedikit berbeda, ada rasa hangat dan semangat baru di ruang kokpit, berkat kehadiran Ratu yang menghidupkan suasana.