Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.
Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.
Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.
Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Lentera?
"Berhenti, Kak!" Suara lembut namun memilukan seorang gadis terdengar dari belakang Kaisar Mo Tian. Kaisar merasa heran dan terdisorientasi. Kenapa ia dapat berada di tempat gelap tanpa batas ini lagi? Ini adalah wilayah kesadarannya yang paling rentan.
"Kenapa aku tiba-tiba di sini? Bukannya aku sedang berada di Benua Nan, di reruntuhan Rou Shi?" Beberapa pertanyaan berputar hebat di otaknya, memecah fokusnya yang biasanya tajam. Kaisar keheranan dengan anomali spiritual yang terjadi. Ini adalah serangan psikis tingkat tinggi.
"Berhenti, Kak!"
Kaisar yang mendengar suara itu untuk kedua kalinya berbalik cepat, insting Iblis Darah Abadinya berteriak. Di sana ia melihat seorang gadis berbaju putih gading, kainnya tampak bersinar di tengah kegelapan, wajahnya cantik namun pucat, seolah tanpa kehidupan, tatapannya terasa menenangkan hati Kaisar yang selalu bergejolak dan penuh qi agresif. Tapi di beberapa bagian pakaian putihnya ada bercak darah, noda merah yang tajam dan kontras, sebuah peringatan yang mengerikan.
"Kau!" Kaisar menunjuk ke arah wanita tersebut, tangannya sedikit gemetar, terpengaruh oleh qi yang familiar. Dia sadar bahwa wanita itu adalah sosok yang sama dengan wanita yang sering datang di mimpinya, sebuah bayangan tak terhapuskan yang menghantuinya. "Siapa kau sebenarnya?"
Wanita tersebut hanya diam mematung, senyumannya itu terlihat manis dan menyejukkan hati. Senyumannya mencairkan es yang tebal di hati seorang Kaisar yang sangat dingin dan beku oleh kekuatan iblisnya.
Kaisar memegang dadanya, ia merasakan sensasi aneh, sebuah guncangan emosional yang menyakitkan ketika melihat senyuman wanita tersebut. "Kenapa dengan hatiku?" Hati Kaisar seolah berdetak sangat cepat dan tidak normal, seperti pukulan drum yang tak berirama dan penuh kepanikan.
Hal ini sangat mustahil terjadi kepada Kaisar, yang notabenenya seorang Iblis Darah Abadi yang sudah tidak memiliki rasa takut atau emosi manusiawi murni. "Tidak mungkin aku takut kepadanya?!" Kaisar yang bingung perlahan mendekati si wanita dengan langkah cepat, ingin menguak misteri koneksi spiritual yang mendalam ini.
"Kak, jangan jadi orang jahat! Itu bukanlah sifat Kakak." Wanita tersebut yang awalnya tersenyum tiba-tiba murung dan menangis, air mata membasahi wajahnya yang pucat. Melihat si wanita menangis, Hati Kaisar seperti diacak-acak dengan cakar tajam spiritual, sebuah rasa sakit psikis yang akut dan perih. "Haahh... haaah... haaah." Napasnya menjadi tidak teratur dan terengah-engah, seperti orang yang sedang tenggelam.
"Kenapa aku merasa seperti ini? Sial! siapa kau sebenarnya?" Kaisar mulai bergetar hebat, tubuhnya seolah-olah merasakannya sesuatu yang namanya takut dan sedih, emosi yang seharusnya telah lama mati, tapi Kaisar tidak tahu dia merasa takut dan sedih karena apa.
"Ini semua pasti ada hubungannya dengan dia." Kaisar semakin mempercepat langkah kakinya, seolah didorong oleh obsesi yang kuat untuk memahami. Tapi semakin ia mempercepat langkahnya, Wanita cantik tersebut justru semakin menjauh, seolah ditarik oleh kekuatan gaib yang tak terjangkau.
Seiring wanita itu menjauh, maka tempat itu juga semakin gelap, menjadi void tanpa ujung, kegelapan mutlak yang menelan semua cahaya. Melihat wanita itu semakin jauh, seakan-akan akan meninggalkannya selama-lamanya, Kaisar melotot ketakutan, teror primal memenuhi matanya. Dadanya seperti terbakar oleh kehilangan yang mendalam.
"T-tunggu! Hei!" Kaisar mulai berlari lebih cepat dari sebelumnya, berusaha mati-matian mengejar kecepatan si wanita yang terus menjauh.
Semakin jauh gadis tersebut menjauh, suara isak tangisannya justru semakin kencang, bergema dalam kehampaan: "Hiks hiks hiks! Jangan, Kak! Jangan rebut Kakakku, dasar Iblis!" Setiap emosi kesedihan wanita tersebut semakin menusuk jiwa Kaisar, seolah merobek lapis demi lapis pertahanan spiritualnya yang dibangun selama ribuan tahun.
"Kumohon tunggu!" Kaisar bahkan sampai memohon, sebuah kata yang tak pernah ia ucapkan dalam hidupnya. Ia berhenti, jatuh terduduk lemas di void itu, karena wanita tersebut sudah menghilang dan tempat Kaisar sudah menjadi tempat yang sangat gelap, dingin, dan sunyi mencekam.
Tangan Kaisar yang awalnya terangkat ke arah si wanita terjatuh lunglai, tatapannya hampa seolah-olah sudah kehilangan sesuatu yang sangat berharga yang tak bisa tergantikan, sebuah lubang menganga di jiwanya.
"K-kenapa? Siapa? Apa maksud dari ini semua, sialan?!" Kaisar berteriak sangat kuat, suaranya mengandung qi kemarahan yang meluap, aura merah menyebar seperti kegilaan tiada tanding yang mengamuk, memecah void dengan gelombang energi murni.
TAK! TAK! TAK!
Langkah seseorang terdengar dari belakang, suara langkah yang tenang dan terukur, seperti orang tersebut sedang berjalan di atas air yang beku, suara yang meremehkan amukan Kaisar. "Sayang sekali, ya! Lentera kita sudah padam." Orang tersebut berbicara hal yang sangat tidak dapat dimengerti, namun penuh makna tersembunyi yang sinis.
"Kau? Sebenarnya apa maksud dari ini semua, Mo Lian?" Kaisar tidak berbalik, ia tahu orang tersebut adalah Mo Lian. Kaisar menunduk, sikap yang tidak mungkin ia lakukan kecuali sedang dalam kondisi terlemah dan paling rentan.
"Dia sudah mati! Sang Lentera sudah padam! Itu adalah penggambaran tentang wanita itu." Mo Lian berjalan ke arah Kaisar dan membisikkan kata-kata tersebut, suaranya sinis dan penuh kemenangan tersembunyi yang keji.