NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Konflik etika / Pengantin Pengganti / Angst / Roman-Angst Mafia
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Kinamira

Ellena dijual ibu tirinya kepada seseorang sebagai pengantin yang diperkenalkan di muka umum, agar istri sah tetap aman.
Namun, di hari pengantin ia diculik sesuai dugaan pria itu, dan disanalah awal penderitaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Waktu berlalu terasa panjang bagi Ellena. Hidupnya terus dihantui rasa ketakutan. Saat ini wanita itu berada dalam mobil yang sama dengan Felix dan Lovie, ditambah satu orang yang sebagai pengemudi.

"Ellena," panggil Felix, membuat Ellena yang duduk di kursi samping mengemudi tersentak.

"Ya ya Tuan," ucapnya.

"Kenapa kamu kemarin tidak membuka pintu untuk orang-orangku?" tanya Felix.

Suara Felix yang tenang, rendah, meski ada tekanan tegas setiap katanya membuat Ellena merasa sedikit lebih berani dan memberikan jawabannya.

"Aku ... aku takut Tuan," jawab Ellena.

Lovie ikut menimpal, dan tersenyum sinis. Sebagai perempuan ia tampak paham dengan ketakutan yang dimaksud. "Kau takut, salah satu anak buah suamiku menidurimu ya. Teringat bagaimana Maxim menyiksamu?" ucapnya dengan ledekan tanpa rasa kasihan.

Ellena terdiam, ucapan Lovie sangat tepat. Diamnya adalah bukti iya bagi Felix.

Felix terkekeh, ia berucap sembari merangkul mesra pinggang ramping Lovie. "Hempaskan jauh-jauh pikiranmu. Tidak akan ada yang berani tidur denganmu, sekalipun aku memerintahkan. Orang-orangku semuanya sehat, tidur denganmu sama saja cari penyakit," sahut Felix membuat Ellena tersentak, namun juga penasaran kenapa Felix berpikir begitu.

Felix yang tidak ingin menggantung, pun bercerita demi kepuasannya pula.

"Aku pernah menangkap istrinya, dan istrinya itu memiliki penyakit tertular, sudah jelas itu dari Maxim, dan tubuhmu juga pasti sudah tertular, dan lagi Maxim mandul, tidak bisa memiliki anak. Benar-benar lelaki tidak berguna," jelas Felix dengan hinaan tajamnya.

Mendengar itu ada sebuah rasa lega pada Ellena, namun juga takut, ia akan terserang penyakit.

Ellena memejamkan mata menghela nafas pelan. "Tidak apa. Toh hidupku juga tidak ada lagi yang menarik."

Baru saja ia mencoba pasrah jika akan sakit, Felix kembali berucap. "Tapi, kamu tenang saja. Setelah bulan madu ini, aku akan membawamu berobat ke dokter. Ya paling tidak kamu harus tetap sehat, kuat untuk tampil di depan muka umum," ucapnya kemudian menoleh tersenyum manis pada Lovie.

"Em, kamu sangat manis," ucap Lovie menoel hidung Felix dengan gemas. Sementara Ellena hanya bisa diam dalam kepasrahan.

Pria yang membawa kemudi tiba-tiba menyahut. "Tuan, ada yang mengikuti kita," ucapnya sembari menekan earphone yang terpasang di telinganya.

Felix menatap pengemudi dengan wajah tenang tanpa ada rasa tegang sedikitpun. Berbeda dengan Ellena yang langsung was-was.

"Berapa mobil?" tanya Felix.

"Ada enam Tuan. Dua diantaranya ada di depan," ucap sang pengemudi menyampaikan informasi apa yang diberikan oleh pihak lainnya.

Felix berdehem, ia menegok ke arah depan dan melihat mobil menyerang mobil bawahannya. Lalu menoleh ke belakang yang situasinya sama dan tampak masih bisa ditangani.

"Sayang ini bagaimana, aku takut," ucap Lovie memeluk lengan Felix sembari memperlihatkan wajah takutnya, meski bibirnya tersenyum, karena yakin Ellena akan segera kembali menghadapi bahaya.

"Kamu tenang saja sayang. Ada aku. Mobil kita anti peluru, orang-orang aku juga akan menghadang mereka, tidak akan ada yang melukai kamu," ucap Felix mengusap lembut puncak kepala Lovie.

Lovie mengangguk ringan, ia melirik Ellena yang tampak cemas. "Apa ini ulah dari Maxim?" tanyanya.

Felix mengedikkan bahu. "Aku punya banyak musuh. Bukan hanya Maxim. Kadang aku tidak tau pihak siapa yang menyerang, meski sudah melakukan penyelidikan."

Lovie terdiam, matanya mengerjap dengan cepat, membayangkan hidup yang akan dijalaninya bersama Felix akan terus dalam bahaya. Hadirnya Ellena pun hanya kemungkinan kecil dirinya tetap akan baik-baik saja.

Felix mengusap puncak kepala Lovie. "Maaf ya. Bulan madu kita terhambat seperti ini," tuturnya terdengar sangat menyesal.

Lovie menggeleng. "Tidak apa, aku sangat mengerti resikonya, dan aku akan baik-baik saja, iyakan?" ucapnya memberikan senyuman manis yang tampak tenang.

Felix mengangguk penuh keyakinan. Ia lalu mengeluarkan laptopnya, tangannya dengan cepat mengotak-atik keyboard hingga layar laptopnya memperlihatkan rekaman-rekaman dari beberapa mobil miliknya.

Melihat dari sana bagaimana anggotanya menangani musuh yang entah siapa.

Sementara Ellena diam dalam keadaan was-was. Berharap kali ini ia tidak lagi berhadapan dengan bahaya.

"Aku mohon kali ini jangan," ucap Ellena meremas tangannya yang berkeringat dingin.

Ellena memejamkan mata tidak berani memandang ke arah depan, di mana bawahan Felix tengah menembak ke arah musuh.

"Tuan bersiap!" seru sang pengemudi.

"Sayang pegangan!" ucap Felix nyaris bersamaan, dan menyadari mobil tersebut berhasil menyalip bawahannya dan menuju ke arahnya.

"Akh!" jerit Ellena tersentak. Baru membuka matanya ia sudah melihat mobil pihak musuh melaju tinggi ke arahnya.

Tabrakan adu banteng terjadi. Tubuh Ellena terombang ambing. Ia yang sejak tadi takut dan cemas membuatnya tidak mampu meraih apapun untuk dipegang.

Selama beberapa detik mobil yang ditumpangi lepas dari jalur. Hingga akhirnya berhasil lepas dari tabrakan.

Ellena menatap takut mobil yang baru menyerang, terlihat salah satu orang di dalam mobil itu mengeluarkan senjata api.

Ellena melihat jelas bagaimana percikan api keluar dari ujung senjata, dan peluru yang mengarah padanya.

"Akh!" jerit Ellena menutupi wajahnya.

Namun, ia baik-baik saja. Ellena melihat kaca di depannya yang sedikit tergores.

Nafas Ellena memburu. "Ini sangat menyeramkan," gumamnya.

Ia menoleh ke belakang, melihat Felix yang memeluk erat Lovie dan menutupi wajahnya.

"Tidak bisa kah, kita pulang saja? Ini bukan negara kuasamu," ucap Ellena dengan tubuh gemetar dan dipenuhi keringat.

"Diam! Kau tidak punya hak untuk berpendapat seperti itu!" ucap Felix ketus dengan ekspresi yang cukup tenang.

"Tuan musuh terus bertambah. Bala bantuan sudah ada di depan," sahut sang pengemudi sembari berusaha kabur dari kejaran.

"Bagus, terus lajukan mobil, pastikan dia tidak menggapai kita. Lovie harus segera dipindahkan!" Perintah Felix.

"Baik Tuan!" jawab pengemudi menekan pedal gas yang membuat laju mobil semakin tinggi melesat ke jalan.

Nafas Ellena naik turun, tangannya berusaha berpegang kuat. Sorot matanya jelas sangat ketakutan. "Aku mohon, aku mohon, aku tidak ingin ditargetkan lagi," batinnya berharap musuh-musuh itu berhenti menyerang.

Dengan bala bantuan dan anggota lainnya, perhatian musuh berhasil ditahan. Sebuah mobil berwarna merah cerah, sudah menunggu di depan.

Mobil yang ditumpangi Felix berhenti di sebelah mobil merah tersebut. "Sayang kamu pindah sekarang!"

Lovie mengangguk tanpa membantah segera pindah mobil.

"Aku, aku juga mau turun!" ucap Ellena.

Ia yang takut dan panik, hendak membuka pintu, namun tarikan kuat menahannya.

"Tidak bisa, kamu harus gantikan Nyonya Lovie!" sahut pengemudi berhasil menahannya.

"Tidak mau!" tolak Ellena.

Felix berdecih, ia langsung menarik Ellena lewat celah jok mobil, dan membawanya duduk di sampingnya.

"Lepaskan aku. Aku ingin keluar!" teriak Ellena memberontak.

Felix langsung mencengkram kuat pipi Ellena, membuat wanita itu langsung diam menahan sakit. "Kau tenang saja. Aku pasti akan melindungi mu, karena kamu yang paling cocok untuk terus menggantikan istriku menghadapi bahaya!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!