Ayunda Maharani seorang Siswi yang baru saja lulus sekolah SMU, telah di jebak oleh Ibu dan juga kakak tirinya, dan Ayunda di paksa menyerahkan malam pertamanya dengan seorang Duda kaya.
Demi membiayai Ayahnya yang terbaring lemah di Rumah Sakit, kini Ayunda terpaksa dan rela melakukan semua itu
Seorang duda yang telah di vonis mandul ini akhirnya nekat mengikuti rencana dari Neneknya. Dengan meminum ramuan dari sahabatnya sang Nenek, akhirnya Leon mencobanya dengan seorang wanita bayaran yang sudah dipersiapkan oleh Neneknya.
Akan kah ramuan tersebut berhasil membuat cucu satu-satunya dari generasi terakhir keluarga Argantara memiliki seorang keturunan? Padahal sebelumnya Leon pernah menikah dengan wanita yang dicintainya selama lima tahun lamanya dan pernikahannya harus kandas karena sang istri telah berselingkuh di belakangnya.
Mampukah Ayunda menjadi obat penawar luka hatinya Leon, dan memberikan kebahagiaan untuknya dan juga keluarga Argantara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Leon
"Lantas, mengapa istriku bisa sekolah di sekolah kalangan Elit?" tanyanya kepada Rian.
"Coba Om tanya sendiri saja sama istrinya Om!" usulnya.
Akhirnya Leon kembali bertanya kepada sang istri.
"Aku dapat beasiswa, Suamiku!"
"Beasiswa? Benarkah itu?" Leon sempat tak percaya.
"Betul sekali Om, harusnya sih Tante Ayu juga masuk Universitas Nusantara, karena ia juga lolos seleksi sebagai calon mahasiswi berprestasi dan mendapatkan beasiswa sampai S2, cuma entah kenapa ia lebih memilih menikah dengan Mu Om, apa karena tante Ayu hamil?" Rian kembali berulah, dengan sengaja berkata demikian, kini giliran Leon yang seolah terpojokkan.
Leon langsung terdiam sejenak, sedangkan Nyonya Sandra menatap tak percaya ke arah Ayunda.
Lalu Leon menggenggam kedua tangan Istrinya, terbesit rasa penyesalan di dalam benaknya, gara-gara peristiwa malam itu, ia benar-benar telah menghancurkan masa depannya.
"Tolong maafkan Aku, Ayunda! Kalau saja malam itu tidak terjadi, mungkin saat ini kau masih melanjutkan kuliah, menggapai semua mimpi-mimpi mu, dan aku....!"
"Sudah cukup hentikan, Suamiku! Tidak sepenuhnya kamu yang salah, aku sendiri yang memutuskan untuk tidak melanjutkan Kuliah dan mengambil beasiswa ku, karena pada saat itu Ayahku sedang sakit keras dan butuh banyak biaya, aku memilih untuk mencari pekerjaan agar bisa bertahan hidup dan Ayahku bisa segera disembuhkan." bibir Ayunda sampai bergetar, kedua matanya berkaca-kaca. Mengingat kembali saat peristiwa itu merupakan kejadian paling pahit di dalam hidupnya.
Kemudian Leon memeluknya, berusaha untuk menenangkannya. Rian yang menyaksikan hal itu, ia seolah tak terima sampai-sampai kedua tangannya ia kepal.
"yasudah kalau begitu, mulai besok Ayunda dan juga Rian, kalian lanjutkan kembali sekolah kalian di Universitas Nusantara, Nenek ingin kalian bisa menggapai semua mimpi dan cita-cita kalian!" ucap Nyonya sandra yang di angguki oleh Rian tapi tidak oleh Ayunda.
"Maaf Nek, tapi Ayunda sudah tidak berminat lagi untuk melanjutkan kuliah, saat ini Ayu sedang hamil dan akan menjadi seorang ibu!" tolak Ayunda secara halus.
Kemudian giliran Leon yang angkat suara.
"Kau harus melanjutkan kuliahmu Ayunda, pokoknya nanti aku akan mendaftarkan kamu dan juga Rian di Universitas Nusantara, kebetulan temanku Rektor di sana."
Ayunda sampai menelan ludah karena tak percaya, sedangkan Rian, ia tersenyum puas karena misinya telah berhasil, itu artinya ia akan lebih mudah dan leluasa untuk bisa dekat lagi dengan Ayunda, ia tak peduli dengan kondisinya saat ini.
Menjelang malam
Kini Ayunda sudah terbaring di atas ranjang tempat tidur, kedua matanya sulit sekali terpejam, ia terus teringat akan keputusan Suaminya dan juga Oma Sandra yang memintanya untuk melanjutkan kuliah di Universitas yang sama dengan Rian.
Sedangkan Leon saat ini tertidur pulas di sampingnya, semenjak kejadian Ayunda pingsan dan sakit, Leon tak berani untuk menyentuh sang istri, apalagi Ayunda sempat memintanya untuk tak menyentuhnya sampai ia benar-benar mencintainya, dari situlah Leon berusaha keras untuk bisa mendapatkan cinta dari sang Istri.
Keesokan harinya
Seperti biasanya, pagi-pagi sekali Leon sudah bersiap-siap untuk segera pergi ke kantor, sedangkan Ayunda berusaha untuk melayani kebutuhan suaminya, mulai dari menyiapkan pakaiannya serta sarapan untuknya. Ia tetap harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri terkecuali yang satu itu.
Kini Leon sudah berada di hadapan istri tercintanya, ia meminta Ayunda untuk memasangkan dasi miliknya, Ayunda sampai gugup dibuatnya karena Leon terus saja memandanginya.
Cukup lama Ayunda berhasil melakukannya, namum akhirnya ia sanggup menyelesaikannya. Senyum cerah akhirnya terbit di bibirnya sedangkan Leon iya sangat gemas melihat Ayunda dengan rambut tergerai dan masih mengenakan baju tidurnya dengan motif teddy bear.
Tiba-tiba Leon melingkarkan sebelah tangannya di area pinggang Ayunda, lalu tangan yang satunya lagi menyentuh tengkuk lehernya.
Ayunda pun terkejut akan tindakan yang telah dilakukan oleh suaminya.
" Anda m mau apa?" tanyanya sampai terbata.
Leon malah melempar senyum ke arahnya dan ia pun mulai menyatukan bibirnya, Ayunda sempat melakukan penolakan namun Leon malah semakin mengeratkan pagutannya, lambat laun Ayunda terbawa oleh arus yang kian memabukkan. Pada akhirnya ciuman mereka pun berubah menjadi semakin dalam.
"sudah cukup hentikan, aku belum siap!" tolak Ayunda sambil mengancingkan beberapa kancing baju bagian atas yang sempat terlepas akibat ulah dari tangan sang suami yang tak mau diam.
Leon tak marah sedikit pun saat Ayunda menyudahinya, ia malah tersenyum puas.
'Lambat laun kau akan terbiasa seperti ini dan aku pastikan kau tak akan pernah bisa melupakan aku, semoga kau bisa secepatnya mencintaiku, Ayunda Maharani!' batinnya penuh harap.
Setelah Leon pergi ke kantor, Ayunda merasa tak nyaman berada di Mansion, sehabis sarapan pagi dan mengantarkan sang suami sampai depan pintu keluar, Ayunda memutuskan untuk kembali ke kamarnya, ia bingung apa yang harus ia lakukan di rumah ini, sedangkan semua pekerjaan sudah di kerjakan oleh Para ART yang berjumlah lebih dari sepuluh orang.
Tak lama ada yang mengetuk pintu kamar, dan Ayunda buru-buru beranjak dari atas tempat tidurnya dan segera membuka kunci pintu kamar.
Krek!
Rupanya seorang ART yang telah mengetuk pintu.
"Maaf Nyonya, saat ini anda sudah di tunggu oleh Nyonya besar di taman belakang, mohon segera kesana karena Nyonya besar yang memintanya!" ucap ART tersebut sambil membungkuk.
Ayunda pun bergegas pergi menuju Taman belakang dan di dampingi oleh ART barusan.
Setibanya di taman belakang, ia kembali melihat sosok Rian disana sedang duduk bersebelahan dengan Nenek di kursi taman.
Ayunda sampai menghela napas, entah kenapa semenjak kejadian kemarin ia menjadi sebal terhadap Rian.
Dengan langkahnya yang pelan, kini Ayunda pergi menuju Nyonya Sandra dan juga Rian.
Rian tampak senang karena ia bisa setiap hari bahkan setiap saat bertemu dengan Ayunda, tapi tidak dengan Ayunda.
"Selamat pagi Nenek!" sapa Ayunda tanpa menyapa Rian.
"Selamat pagi juga Cucu menantuku, ayo silahkan duduk! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan kepada kalian berdua."
Deg!
Ayunda cukup terkejut ketika sang Nenek berkata demikian.
'Apakah Rian telah berkata yang aneh-aneh kepada Nenek?' batinnya curiga
Perusahaan Jatayu Argantara
Leon termenung di atas kursi kebesarannya, sambil menopang dagunya, ia terus berpikir akan peristiwa dimana leher Ayunda terluka setelah bertemu dengan Rian.
"Sebenarnya ada hubungan apa antara kau dan juga Rian, Ayunda? Apakah kalian dulunya saling berseteru? Akh... tapi tidak mungkin, Rian bilang kau adalah teman sebangkunya, atau jangan-jangan...!" monolognya sampai melotot.
"Atau jangan-jangan kalian dulunya telah memiliki hubungan yang spesial?" lanjutnya kembali.
Leon sampai mengepalkan tangan, giginya mengatup rapat, karena ia memiliki dugaan jika Ayunda dan Rian saling mencintai.
Bersambung...
🌹🌹🌹🌹🌹