Karena beda kasta maka Danudirja menitipkan bayi itu ke panti asuhan, pada Yunita putrinya dia berbohong mengatakan bayinya meninggal. Takdir membawa bayi itu pada ayah kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusuri Keberadaan Tiara
"Orang kaya itu macam macam tingkahnya," seru Bira geleng geleng kepala.
Tiara hanya mendengarkan ocehan Bira tanpa menyela.
"Den Sandi itu salah satunya," sambung Bira sambil melambai pada angkot yang akan melintas di depannya.
"Sandi?" Tiara mengikuti Bira masuk ke angkot yang sudah berhenti.
"Ya," angguk Bira duduk bersebelahan dengan Tiara yang masih belum mengerti arah ucapan perempuan baik hati yang memberinya tumpangan tempat tinggal itu.
"Ya Den Sandi itu pemuda aneh, disuruh belajar mengelola restaurant peninggalan papanya, eh malah ngojol ..."
"Oh ..." barulah Tiara tahu jika Sandi ternyata anak pemilik restaurant dimana dia bekerja. Pantas dia bisa menolongku bekerja di sana, batinnya.
"Non Sandra itu kakaknya, saya bekerja di restaurant sejak masih Non Sandra belum memimpin restaurant, masih dipimpin mama Non Sandra dan Den Sandi. Tapi Den Sandi malah lebih milih ngojol pulang kuliah, makanya Non Sandra itu suka sering tegang dan cepat marah kalau kelelahan menghadapi tingkah adiknya,"
Tiara manggut manggut. Dia setuju dengan sikap Sandra yang sering marah pada Sandi, mungkin juga dirinya akan kesal jika posisi Sandra ada pada dirinya. Bukan membantu kakaknya, eh malah ngojek, huh, ngeselin juga tuh anak, serunya dalam hati tentang Sandi.
"Tapi Den Sandi juga berhati luhur, Neng, katanya dari hasil ngojol dibagi bagikan pada anak jalanan,"
Tiara terperangah.
"Selain itu dia katanya dapat pengalaman bertemu langsung dengan berbagai karakter orang yang jadi penumpangnya. Ada yang sabar, ada yang tidak sabaran, dan ada yang royal ngasih tip, tapi juga ada yang kembalian seribu saja ditunggu ..." Bira tersenyum, "Namanya sifat orang, ya, beda beda,"
Karena melihat kebaikan dan ketulusan Bira memberinya tumpangan gratis, maka saat duduk istirahat setelah makan malam tanpa ragu Tiara menceritakan tentang dirinya, saat Bira bertanya asal usulnya. Termasuk juga pertolongan dari Yunita, tapi terpaksa ditolaknya untuk menetap di rumah perempuan itu.
Bira mendengarkan cerita Tiara tanpa menyela, hingga gadis itu tuntas mengakhiri ceritanya.
"Berarti Neng belum pernah tahu siapa ayah dan ibunya,"
" Belum, Bik, " geleng kepala Tiara dengan wajah berkabut, tapi segera diusirnya wajah muramnya, hidup harus berlanjut, itu memang sudah jadi tekatnya.
Tiba tiba saja Bira teringat anak majikannya yang melahirkan. Karena hamil di luar nikah, membuat majikannya murka dan putri anaknya dititipkan di panti asuhan.
Melihat Tiara begitu pas mengenakan baju bekas milik Yunita mantan anak majikannya dulu, serta sepasang anting yang sempat dibelinya di pasar atas suruhan Danudirja mantan majikannya yang tiba tiba menjadi orang yang tak punya hati memisahkan darah dagingnya sendiri dengan ibu kandungnya.
"Semoga saja gadis ini putrinya Non Yunita " batin Bira penuh berharap walau dia juga tak tahu harapannya terkabul tidak, mengingat banyaknya bayi yang berada di panti asuhan.
"Bu Bira tahu, nggak, saya ini nggak diambil dari panti asuhan mana pun, tapi dibeli dari seorang perempuan oleh ayah angkatku,"
"Oh," tercengang Bira mendengar cerita Tiara, maka semakin pupus harapannya jika kelak Tiara adalah putri Yunita. Tapi anting itu mirip banget dengan anting milik cucunya Tuan Danu, ya?" Batinnya.
*
Arya Perdana si detektif sudah duduk berhadapan dengan Hasan. Melalui berbagai prosedur yang harus dipatuhi untuk bisa memiliki waktu beberapa menit bersama narapidana ini.
"Tanya sama istri saya karena saya kurang paham masalah bayi yang sempat kami adopsi itu," jawaban Hasan tak memuaskan. Bahkan dia enggan untuk menceritakan lebih banyak lagi tentang bayi milik Yunita yang sempat bersamanya itu.
Arya Perdana pun langsung menuju rumah Norma istri Hasan setelah mendapatkan alamatnya.
"Maaf, Pak, apakah saya akan dipidana jika menjual bayi yang saya adopsi?" Perempuan itu langsung bertanya pada poin penting tentang apa yang telah dilakukannya.
"Jelas itu namanya menyalagunakan perjanjian adopsi. Bayi yang telah diamanahkan pada Ibu telah Ibu dijual belikan, itu salah besar dan Ibu telah melakukan kejahatan,"
Norma mendadak pucat. "Waktu itu saya terbelit hutang karena suami kalah judi, tak ada jalan lain saya menjual bayi itu pada sopir angkot,"
"Ingat nama sopirnya?"
"Pak Risman, ya dia bilang namanya Risman," ujar Norma ingat saat Risman menyebut namanya.
"Alamatnya?"
"Ya saya ingat," lalu memberitahu alamat Risman.
Tapi saat Arya Perdana datang ke rumah milik Sarkim yang disewa Risman, lelaki itu sudah tak ada. Lewat tetangga yang memberitahu siapa pemilik rumah, segera Arya Perdana mendatangi Sarkim
"Wah saya tak ada urusan dengan orang itu, Pak," seru Sarkim dengan gaya seakan mengelak jika dirinya cukup kenal dengan Risman. Justru gayanya itu membuat Arya Perdana merasa curiga, terlebih lagi kedua anak buahnya tengah berjaga jaga. Kesan itu semakin membuat sang detektif merasa bahwa Sarkim adalah orang yang harus diwaspadai.
Maka segera meninggalkan tempat Sarkim, namun diam diam Arya Perdana mengirim dua anak buahnya untuk menyelidiki siapa Sarkim. Mungkin saja dari membongkar jati diri Sarkim akan menguak pula keberadaan Rismam.
Benar saja, baru dua hari anak buah Arya Perdana masuk dalam wilayah sekitar sepak terjang Sarkim, sudah mulai terendus tentang lelaki yang membuka perjudian gelap itu.
Bahkan Sarkim yang mabuk berat mengoceh tentang Tiara yang seharusnya jadi tambang uang dengan menjualnya pada hidung belang yang kerap ikut dalam perjudiannya.
Berdasarkan itulah Arya Perdana langsung melaporkan Sarkim pada pihak kepolisian. Dan berada di tangan polisi tentu saja Sarkim tak bisa mengelak bahwa dirinya telah memeras Risman, serta terlibat usaha perjudian gelap.
Saat ini Arya Perdana harus menemukan Risman serta putri angkatnya yang bernama Tiara.
Danudirja terkejut mendapatkan laporan dari penelusuran cucunya, yang disampaikan Arya Perdana.
"Jadi cucu saya bernama Tiara, dan dia berhasil kabur saat dibawa Sarkim ...?" Air mata Danudirja menitik. Jika memang benar Tiara cucunya alangkah berdosa dan jahatnya dia sebagai kakek yang telah membuat cucunya berada di tangan lelaki bejat seperti Sarkim.
"Ya begitu yang saya ketahui," angguk Arya Perdana.
"Risman .." gumam Danudirja seperti pada dirinya sendiri. Apakah dia Risman yang pernah kutolak? Batinnya bertanya tanya.
"Aku ingin bertemu dia,"
"Pak Danu ingin bicara dengan Sarkim?"
"Ya," angguk Danudirja, "Juga dengan Norma,"
"Baiklah saya akan mengusahakannya " janji Arya Perdana.
Danudurja berharap harap cemas. Semoga saja gadis bernama Tiara itu memang cucunya. Berarti gadis itu masih hidup dan sempat mengalami kehidupan yang membuat bulu kuduknya merinding. Terima kasih ya Allah cucu hamba masih hidup, terima kasih ...
"Tiara dimana dia sekarang .." rasa cemas menguasai dadanya. Gadis sebelia cucunya berada dalam keadaan tak aman. Hal itu membuatnya semakin cemas dan ketakutan jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan terhadap gadis belia itu
"Ya Allah mohon ampunkan dosa hamba, lindungi cucu hamba ya Allah .." rasa cemas dan perasaan bersalah semakin merejam hati Danudirja terhadap cucu yang seharusnya dilindunginya, walau dia terlahir dalam kondisi apa pun.