Impian memiliki rumah tangga harmonis ternyata harus berakhir di usia pernikahan yang ke 24 tahun. Handi sosok suami yang di harapkan bisa melindungi dan membahagiakannya, ternyata malah ikut menyakiti mental dan menghabiskan semua harta mereka sampai tak tersisa. Sampai pada akhirnya semua rahasia terungkap di hadapan keluarga besar ayah dan ibu Erina juga kedua anak mereka yang beranjak dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Enigma Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penampilan
"Iya pak. Aku tetap mau ke Jakarta. Aku mau kehidupanku, bapak dan ibu bisa berubah lebih baik." jawabku dengan mantab.
Tak lama kemudian ibu datang dari arah dapur membawakan sebuah nampan yang berisi 2 gelas kopi hitam yang baru di seduh dan sepiring singkong rebus yang di panen tadi pagi di kebun belakang. Di letakkannya nampan di atas bale bambu buatan bapak yang di taruh d samping rumah.
"Kalau memang itu sudah tekadmu, bapak hanya bisa mendoakan apa yang di maksud bisa tercapai, di lancarkan yang Kuasa. Yang penting kamu hati-hati, bisa jaga diri dan jaga nama baik keluarga," pesan bapak kepadaku.
Sore itu aku bisa sepuasnya menatap wajah ibu yang saat ini duduk berhadapan denganku. Beliau adalah wanita yang sangat ku sayang, yang telah melewati banyak penderitaan, yang telah menahan sakit fisiknya akibat kdrt yang di lakukan bapak jika pulang dalam keadaan mabuk, yang selalu menutupi wajahnya dengan selendang tipis miliknya setelah di siram semangkok sayur panas karena ada yang kurang pada rasa sayurnya dan menyebabkan bekas luka melepuh di pipinya.
"Ibu doakan aku agar aku segera memiliki pekerjaan yang baik. Jika aku sudah bekerja, aku akan segera membawa ibu untuk tinggal bersamaku di kota. Izinkan aku merawat ibu".
Restu sudah ku dapatkan dari ibu dan bapak. Dan aku bertekad untuk bisa memiliki kehidupan yang lebih baik demi kedua orangtuaku terutama ibu.
***
"Widih...Handi... Makin seger keliatannya nih. Mobil dah baru aja. Boleh lah kita jalan-jalan," Andri menepuk bahu kanan Handi.
"Ayok, mau ke mana," tantang Handi
"Gokil...langsung ok aja dia San. Ke mana enaknya buat anak kost macam kita ya. Kita butuh asupan gizi nih,"
"Beuh...bilang aja lo minta di traktir. Pake acara butuh asupan gizi. Di antara kita berlima ternyata emang cuma lo yang badannya seukuran triplek. Selembar doang," celetuk Arif.
"Gimana gak cuma selembar yang di makan cuma mie sama kerupuk," sahut Sandi.
"Eh Andri, ortu lo bukannya rutin ngirim duit buat biaya lo ya. Kost an juga di bayar langsung setahun. Itu duit di buang ke mana sampe buat makan aja cuma mie doang," timpal Rama
"Ooo... Gue tau. Baru inget gue. Pasti lo pake buat traktir si Indri ya. Gue liat kemarin Indri pake baju jeans denim baru merk L***. Itu lo yang beliin?" sahut Sandi
"Sok tau lo San," sahut Andri sambil melempar kulit kacang ke arah Sandi
"Nah...bener kan gue bilang. Sebegitunya lope sama Indri lo? Baju merk itu kan mahal bener. Di atas 1 juta. Lo pasti beli di counternya langsung,"
Sandi terus mengoceh.
"Lo sampe paham banget ceritanya. Tau darimana San," tanya Arif.
"Tau dari cewek-cewek lah. Mana ada gosip yang gue gak tau di kampus ini."
"Busetttt... Laki apa wadon lo. Doyan nge gosip ye?" sahut Andri
"Yoi ... Makanya begaul jangan ama lanang bae. Sama wadon juga iya. Biar luas wawasan,"
"Udahan belum rapatnya? Apa gak jadi nih jalan-jalannya," Handi berdiri dari kursi dan mengambil kunci mobil yang di taruh di atas meja kantin kampus.
"Eit eit eit... Bentar bos. Nyantai... Tadi kan kita intermezo dikit. Masa langsung ke inti. Jadilah kita makan. Traktir lah kawan mu yang kurus ini. Dan juga yang gemoy itu," Andri menunjuk ke arah Arif.
"Munyuk!" Arif langsung melempar botol minum plastik yang isinya tinggal 1/2 ke arah Andri.
"Ayok ah, udah mau jam makan siang ini. Kuliah mulai lagi abis magrib sampai malem. Abis makan kita ke kost an aja sambil nunggu," sahut Handi sambil berjalan menuju parkiran.
Mobil baru yang di bawa Handi memasuki parkiran sebuah hotel bintang 5 di pusat ibukota.
"Lo serius bawa kita makan siang di sini?" tanya Andri tak percaya.
"Serius lah, masa udah masuk parkiran mobil keluar lagi. Malu sama satpam itu," Sandi membantu menjawab
"Serius bro. Tadi katanya mau makan yang full gizi. Ya di sini tempatnya. Full energi sama gizi. Makanan impor," bisik Handi sambil memarkirkan mobil.
"Ah, gila lo. Gue tadi bercanda doang. Tapi udah sampe sini, ya ayo lah," sahut Andri
"Kira-kira bakal abis berapa duit kalau kita makan di sini ya?" tanya Arif
"Gak tau gue. Ya kira-kira aja nanti pesen makanannya. Cari yang paling murah," sahut Sandi
"Udah..makan yang lo pada pengen nyoba aja. Kan gue yang bayar semuanya," jawab Handi
"Idihhhh... Keren kali kawan kita yang satu ini. Boleh lah sesekali kita jadi orang kaya. Makan di resto hotel bintang lima. Mantab kita ni," celetuk Sandi sambil memakai kacamata hitam yang tadi dia ambil dari dalam laci dashboard mobil.