kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERJEBAK?
...***...
Dua hari telah berlalu, acara di istana memeriahkan pernikahan Pangeran Jun Hie dengan Mingmei. Sesuai dengan rencana, Lingyun Kai datang bersama selir Kangjian. Mereka menuju halaman utama istana, akan tetapi saat itu di depan ada Raja Ruo Xuan yang berjalan bersama seorang pelayan.
Deg!.
Selir Kangjian terkejut melihat ada sebuah giok yang jatuh dari tubuh Raja Ruo Xuan.
"Tunggu!." Selir Kangjian menghentikan Raja Ruo Xuan, memungut Giok itu.
Lingyun Kai menahan langkah pelayan wanita yang hendak mendekati ibu tirinya. Sementara itu Raja Ruo Xuan menghentikan langkah, membalikkan badan, tersenyum kecil melihat ke arah Lingyun Kai yang memberi kode.
"Ada apa nyonya?." Raja Ruo Xuan sedikit bingung.
"Maaf Gusti Raja." Selir Kangjian memberi hormat. "Hamba tidak sengaja melihat giok ini jatuh dari Gusti Raja." Ia berusaha menjelaskan apa yang telah terjadi. "Maaf, hamba lancang menghentikan langkah Gusti Raja."
Saat itu juga ada beberapa tamu yang melihat pemandangan itu, merasa ada yang aneh.
"Terima kasih nyonya." Balas Raja Ruo Xuan dengan ramahnya. "Tapi apakah nyonya mengerti arti memungut Giok seorang Raja yang belum menikah?."
Deg!.
Seketika Selir Kangjian dihantui oleh ketakutan yang tidak biasa.
"Maafkan aku ibu." Dalam hati Lingyun merasa bersalah. "Ini semua aku lakukan demi menjauhkan ibu dari kematian yang mengenaskan." Hatinya terasa sakit jika ingat kejadian masa lalu.
"Ho? Ternyata cara ini sangat ampuh juga." Dalam hati Raja Ruo Xuan. "Bocah nakal, akan aku hukum kau setelah ini." Raja Ruo Xuan tidak pernah memikirkan jebakan seperti ini.
"Sungguh, ampuni hamba yang lancang ini." Selir Kangjian sangat takut. "Hamba siap menerima hukuman."
Jendral Xiao Chen Tao dan nyonya Fengying juga datang, melihat kejadian itu.
"Hormat hamba Gusti Raja."
Keduanya memberi hormat, setelah itu melirik ke arah Selir Kangjian yang masih saja berlutut.
"Apa yang terjadi Gusti Raja? Kesalahan apa yang telah dilakukan oleh istri selir hamba?." Begitu banyak pertanyaan yang dilemparkan Jendral Xiao Chen Tao karena takut?. "Apakah ia telah berani menyinggung perasaan Gusti Raja?." Ia memberi hormat.
"Sebenarnya tidak parah, tapi cukup menyinggung." Raja Ruo Xuan mengangkat tinggi Giok putih Raja Naga. "Ia memungut giok seorang Raja yang belum menikah di depan umum, apakah kau mengetahui artinya itu tuan jendral?."
Deg!.
"Wanita sialan!." Jendral Xiao Chen Tao mengumpat kesal.
Plak!.
Tanpa pikir panjang langsung menampar wajah Selir Kangjian.
"Berani sekali kau melakukan larangan itu?! Wanita kurang ajar!." Jendral Xiao Chen Tao terbawa amarah, hingga memukul Selir Kangjian beberapa kali.
"Lelaki bajingan!." Dalam hati Raja Ruo Xuan marah melihat itu, hatinya terbakar amarah melihat pemandangan itu.
Duakh!.
"Kegh!." Jendral Xiao Chen Tao meringis sakit, tubuhnya terjungkal karena tendangan kuat dari Raja Ruo Xuan.
"Suamiku!." Nyonya Fengying terkejut, langsung segera membantu Jendral Xiao Chen Tao untuk berdiri.
"Berani sekali kau langsung main tangan pada wanita?!." Raja Ruo Xuan murka, suaranya terdengar keras. "Apakah saya mengizinkan kau untuk bertindak atas apa yang telah ia lakukan?!."
"Maafkan hamba Gusti Raja." Jendral Xiao Chen Tao dan nyonya Fengying sangat panik, segera berlutut.
Tentu saja mereka tidak ingin terkena dampak atas apa yang telah terjadi. Memungut Giok Putih Raja Naga artinya mengutuk Raja yang belum juga menikah. Cara melepaskan kutukan itu, ialah yang harus menikah dengan Raja tersebut.
"Sepertinya aku tidak ragu lagi, menitipkan ibu pada Raja ruo xuan." Dalam hati Lingyun Kai dapat merasakan ketulusan yang ditunjukkan oleh Raja Ruo Xuan.
Kejadian itu untuk sementara waktu dilupakan, karena mereka berkumpul di ruangan utama Istana, untuk mengucapkan selamat atas pernikahan kedua Pangeran Jun Hie dan Mingmei.
"Atas anugerah dewata yang agung, pernikahan kedua berjalan lancar." Kaisar merasa bangga. "Semoga kelak mereka bisa hidup dengan damai dalam bimbingan yang benar."
"Selamat atas pernikahan pangeran pertama, semoga berjalan dengan damai dalam bimbingan yang benar."
Para undangan mengulangi kalimat itu bersamaan, sebagai ucapan selamat.
Pangeran Jun Hie dan selir Mingmei memberi hormat pada Kaisar dan Permaisuri Chan Juan, setelah itu pada para tamu yang hadir.
"Anakku sangat cantik sekali." Dalam hati nyonya Fengying merasa senang. "Ini adalah buah keberuntungan." Hatinya terasa berbunga-bunga.
"Kakak kaisar." Raja Ruo Xuan memberi hormat.
"Ada apa adik Raja?." Respon Kaisar. "Apakah ada yang ingin kau sampaikan?."
"Tadi ada kejadian yang tidak terduga sama sekali." Raja Ruo Xuan melihat ke arah Selir Kangjian. "Giok putih Raja naga saya telah dipungut oleh seseorang."
Deg!.
Seketika suasana mendadak ribut karena itu.
"Benarkah itu paman Raja?." Pangeran Shoi-ming memberi hormat. "Siapa yang berani memungut Giok putih Raja naga milik seorang Raja yang belum menikah?!."
Suasana semakin ribut, karena ucapan Pangeran Shoi-ming.
"Adik!." Pangeran Chaoxiang menarik tangan adiknya agar duduk.
"Siapa yang telah berani melakukan itu?." Kaisar berusaha menenangkan suasana. "Berdirilah!."
"Ampuni hamba yang mulia kaisar." Selir Kangjian sangat panik. "Hamba tidak ingat, hamba yang salah!."
"Yang mulia kaisar!." Jendral Xiao Chen juga segera berlutut. "Hamba yang lalai, tidak bermaksud menyinggung Gusti Raja."
Raja Ruo Xuan memberi kode pada Kaisar agar tidak marah.
"Nyonya kangjian." Kaisar menatap ke arah Selir Kangjian. "Bagaimana tanggapan mu? Tentunya kau mengetahui konsekuensi dari apa yang telah kau lakukan."
"Hamba bersedia menerima hukuman apapun." Selir Kangjian bersujud. "Hamba tidak berani melawan."
"Kau?!." Jendral Xiao Chen Tao sangat kesal. "Kau tidak mengetahui jika kau masih berstatus istri selir seorang jendral?!." Hatinya dipenuhi amarah.
"Apa gunanya berstatus istri selir jendral? Jika sepuluh tahun ini tidak disentuh sama sekali." Ucap seorang pejabat.
"Ya, sebaiknya lepaskan saja." Ucap seorang wanita bangsawan. "Kasihan dia tidak memiliki anak, jika hanya berdiam diri saja di dapur setiap harinya."
"Laki-laki macam apa itu? Menikahi seorang wanita tapi tidak memberikan nafkah batin saja sekali." Ia merasa jijik dengan itu.
Semua orang mengecam Jendral Xiao Chen Tao. Rumor itu telah tersebar dengan luas, perlakuan seperti apa saja yang diterima oleh Selir Kangjian selama berada di kediaman Jendral Xiao Chen Tao bertahun-tahun.
"Heh!." Dalam hati Lingyun Kai mendengus dingin. "Aku telah mempersiapkan ini semua dengan baik."
"Bocah nakal, kau memang pandai sekali membaut taktik licik ini." Dalam hati Raja Ruo Xuan sangat kagum, memberi jempol pada Lingyun Kai secara rahasia.
"Saya juga tidak mau adik Raja mengalami kutukan sial." Kaisar menatap tajam. "Saya akan mengeluarkan dekrit pernikahan untuk adik Raja ruo xuan, dengan nyonya selir kangjian dari kediaman jendral xiao chen tao." Suara Kaisar menggema di ruangan utama Istana. "Untuk menghindari kutukan itu!."
Keputusan Kaisar tidak bisa diganggu gugat lagi, mereka telah menerima keputusan itu.
...***...
Setelah jamuan selesai.
Lingyun Kai berjalan-jalan sebentar di taman istana, ditemani An Hong yang selalu bersamanya.
"Apakah tuan muda yakin dengan rencana ini?." An Hong cemas. "Siapa yang akan mengobati tuan muda? Jika nyonya selir tidak ada?."
"Kau tenang saja." Balasnya dengan senyuman kecil. "Masih ada yang mau merawat aku jika terluka." Entah kenapa hatinya terasa sakit mengingat pertemuannya dengan nona muda Xin Qian di gerbang Isgana.
Lingyun Kai senyum lebar ketika melihat nona muda Xin Qian juga melewati gerbang bersamaan.
"Nona muda tertua xin qian." Lingyun Kai memberi hormat.
Nona muda Xin Qian hanya membalas tanpa bersuara.
"Apa yang kau lakukan?." Menteri Xin Taio tiba-tiba muncul dari belakang, menarik lengan anaknya. "Ingat apa yang telah aku katakan!." Ucapnya penuh penekanan. "Cepat masuk!."
"Baik ayah." Nona muda Xin Qian sangat takut, setelah memberi hormat pada ayahnya ia langsung masuk tanpa menoleh ke arah Lingyun.
"Ada apa ini?." Dalam hati Lingyun Kai heran.
"Kau! Gigolo murahan!." Menteri Xin Taio tampak marah.
Deg!.
"Eh? Aku?." Dalam hati Lingyun Kai merasa tersinggung.
"Jangan pernah dekati anakku!." Menatap tajam. "Akan aku bunuh kau! Jika berani mendekatinya." Menteri Xin Taio sangat benci. "Apalagi kau gigolo, anak dari musuh yang aku benci!."
Setelah berkata seperti itu Menteri Xin Taio segera meninggalkan Lingyun Kai yang masih mencerna ucapan itu.
"Gigolo? Aku? Aku dipanggil gigolo?!." Dalam hati Lingyun Kai sangat marah. "Harga diriku!." Lingyun Kai ingin meledak, tapi berusaha tenang karena menunggu ibunya agar rencana itu berjalan lancar.
Duakh!.
"Kegh!." Lingyun Kai meringis sakit ketika merasakan sebuah pukulan di kepalanya.
"Tuan muda!." An Hong panik melihat itu.
"Kau sangat licik sekali anak muda." Raja Ruo Xuan duduk di kursi yang tak jauh dari taman istana. "Sebelumnya saya tidak berpikir rencana menggunakan giok putih Raja naga akan berhasil."
"Siapa yang mau mati? Jika berani mengutuk seorang Raja yang belum menikah." Ucapnya santai.
"Bocah nakal." Raja Ruo Xuan mendengus kecil. "Rasanya ingin saya penggal kepalanya tadi itu." Ia merasa kesal. "Berani sekali dia ringan tangan pada wanita, apakah ibumu selalu diperlakukan seperti itu?."
"Karena itulah, hamba meminta perlindungan pada Gusti Raja." Lingyun Kai memberi hormat. "Semoga saja hamba tidak salah dalam mengambil keputusan." Ia menarik nafas dalam-dalam. "Hamba harap Gusti Raja tidak seperti jendral keparat itu."
"Baiklah." Raja Ruo Xuan terlihat serius. "Saya berjanji, akan melindungi ibumu dengan baik."
"Mohon bantunya Gusti Raja." Lingyun Kai merasa lega.
"Lantas? Apa yang akan kau lakukan setelah ini?." Raja Ruo Xuan sedikit maju. "Apakah jendral itu berencana melakukan hal buruk di belakang kakak kaisar?."
"Ada beberapa, hanya saja hamba sedang menyelidikinya." Ia memberi hormat. "Jika hanya dugaan, hamba takut terjadi kesalahpahaman nantinya."
"Baiklah." Respon Raja Ruo Xuan. "Jika kau mengalami kesulitan nantinya? Segera cari saya."
"Tentu saja." Lingyun Kai memberi hormat.
"Terima kasih bocah nakal, karena kau mencarikan saya seorang jodoh." Raja Ruo Xuan memberi hormat.
Bagaimana dengan tanggapan dari Lingyun Kai?. Temukan jawabannya.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿