Ramadhan Permana seorang Suami yang terpaksa menikah lagi demi kesembuhan putranya,karena terhimpit ekonomi serta biaya pengobatan yang tidak sedikit, telah membuat seorang Ramadhan putus asa, Jihan sang istri selalu memberikan semangat untuknya, dan soal keputusan Rama untuk menikah lagi merupakan atas kesepakatan bersama, meskipun itu semua begitu berat untuk Jihan,di madu oleh suaminya tidak pernah terlintas di dalam benaknya.
Mayang Lesmana yang tengah hamil anak dari kekasihnya yang telah pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Ayah Mayang, yang merupakan seorang pengusaha kaya, mengetahui kehamilan putrinya dan khawatir nama baik keluarganya akan tercoreng. Oleh karena itu,ayah Mayang yakni Tuan Mahesa Lesmana meminta Rama untuk menikahi putrinya dengan imbalan yang sangat fantastis dan pada saat itu posisi Rama hanyalah seorang pegawai biasa.
Rama dan Mayang akhirnya menikah,karena keterpaksaan,dan mereka harus beradaptasi dengan keadaan,mampukah Rama bersikap adil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengorbanan yang tidak sia-sia
Rumah Sakit Edelweis
"Selamat ya Bu, Putra ibu telah mengalami peningkatan, sakit Autoimun yang dideritanya berangsur membaik, mungkin minggu depan Adnan sudah bisa pulang, tapi tetap setiap seminggu sekali harus kontrol ke Rumah Sakit, jangan sampai tidak!" ujar Dokter Leon memperingatkan.
Jihan yang mendengar kabar baik jika putranya sudah boleh pulang minggu depan, ia merasa sangat bersyukur.
"Alhamdulillah, terimakasih atas semua kebaikan dan usahanya Dok, entah saya harus membalasnya dengan apa!" Jihan sampai mengusap jejak air matanya yang sempat terjatuh.
Dokter Leon yang melihatnya, malah tersenyum tipis.
"itu sudah menjadi kewajiban saya, dan ini juga berkat doa dari anda juga, saya hanya berperan sebagai perantara, tuhan lah yang telah berkehendak!"jawaban dari Dokter Leon memang benar adanya.
"Pokoknya, nanti Adnan harus kontrol rutin, sekali dalam seminggu!" ucap kembali Dokter Leon.
"Baik Dokter, demi kesembuhan putraku, saya tidak mungkin lupa!" jawabnya patuh.
Setelah mendapatkan kabar bagus dari Dokter Leon, Jihan bergegas memberikan kabar kepada suaminya, kali ini ia hanya mengirimkan pesan singkat, mengingat ia takut statusnya di ketahui oleh orang lain yang ada kaitannya dengan keluarga Lesmana, dan memang untuk saat ini, Jihan harus lebih berhati-hati lagi jika ingin menghubungi suaminya.
Rama yang pada saat itu sedang sibuk rapat mengenai desain mobil yang akan segera di produksi, ia tidak memperhatikan ponselnya yang mengeluarkan notif pesan masuk.
Saat ini ia hanya fokus akan pekerjaannya dan tidak mau sampai mengecewakan Tuan Mahesa yang sudah percaya padanya.
Dua jam sudah akhirnya rapat pun selesai dan desain mobil milik Rama akhirnya terpilih sebagai pemenangnya, Tuan Takeru dan Tuan Mark sangat menyukainya, merela yakin mobil hasil desain dari Rama bakalan laku keras di pasar Eropa dan Asia.
Ada rasa bangga tersendiri didalam benaknya, ternyata selama ini usahanya tidaklah sia-sia, Rama jadi teringat kepada kedua orangtuanya yang memiliki usaha di bidang yang sama, pada saat itu ia ingin menunjukan hasil desain miliknya kepada Ayahnya, namun nasib berkata lain, perusahaan Ayahnya telah jatuh bangkrut.
Kemudian Rama mulai meraih ponselnya dan mengecek beberapa panggilan dan pesan masuk
Ia sempat tertegun ketika melihat pesan dari Jihan, dan buru-buru membuka isi pesan tersebut.
"Alhamdulillah!" ucapnya sampai mengusap wajahnya.
Choki yang melihat Tuannya berkata seperti itu, ia sampai mengerutkan alis.
"Choki, aku ingin pergi sebentar! Jika ada yang menanyakan aku, bilang saja aku sedang ada urusan penting di luar kantor!" perintahnya yang di angguki langsung oleh Choki
"Baik Tuan!"
Akhirnya Rama pergi dengan tergesa-gesa.
Sebelum ia pergi ke Rumah Sakit, Rama menyempatkan diri membelikan sesuatu untuk putra semata wayangnya.
Rama memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjaan yakni sebuah Mall besar yang ada di kota Jakarta.
Disana Rama begitu antusiasnya membelikan mainan untuk putranya
"Wah, pasti Adnan akan merasa senang sekali dengan mainan ini! Aku sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu, Nak!" Rama terus saja tersenyum bahagia, ia serasa mimpi saat tahu kondisi putranya telah membaik dan minggu depan sudah diperbolehkan pulang, dan ia pun merasa usaha serta pengorbanannya selama ini tidaklah sia-sia.
Sambil menenteng banyak mainan ditangan kanan dan kirinya, tiba-tiba saja Rama sepintas Rama melihat sosok wanita yang sudah tidak asing lagi baginya berada di dalam sebuah Restoran yang posisinya tidak jauh dengan toko mainan.
Rama segera menghampiri wanita tersebut yang saat ini sedang tertawa puas bersama dengan dua orang wanita lainnya yang tidak ia kenal.
Perlahan langkahnya telah membawanya tiba di belakang kursi wanita tersebut
"Sstt...siapa cowok tampan yang ada di belakangmu itu?" tanya Cindy sembari melempar senyum ke arah Rama.
Kemudian Luna juga ikutan melirik ke arah Rama.
"Kalian ini kenapa sih? Emangnya lihat apaan?" Karena penasaran akhirnya Mayang menoleh ke arah belakang, ia sampai terperanjat saat tahu siapa sosok pria yang saat ini berada di hadapannya.
"R rama...kau kenapa bisa ada di sini?" tanyanya sampai mengucek kedua bola matanya untuk memastikan.
"Aku yang seharusnya bertanya padamu, mengapa kau bisa ada disini? Apakah Oma dan Kakek tahu kamu pergi? Kau juga tidak meminta ijin padaku, ingat kalau kau saat ini adalah istriku!" jawaban dari Rama sontak membuat Cindy dan Luna terbelalak, mereka tidak percaya bahwa Mayang telah menikah, padahal rencananya Mayang akan memberi tahu kedua sahabatnya mengenai pernikahannya setelah selesai makan siang.
"May, kenapa kau tidak undang kami saat kamu menikah? Kau tega!" cetus Cindy sambil menatap sebal ke arah Mayang.
Merasa tidak enak, akhirnya Mayang menceritakan semuanya kepada kedua sahabatnya.
"Wah, aku pikir kau akan menikah dengan Willy, setahuku dia adalah kekasihmu! Tapi kalau boleh jujur aku lebih suka kau menikah dengan suamimu yang sekarang!" jawab Cindy sampai tersenyum kembali ke arah Rama.
Rama yang mendengar hal itu, ia sampai mengerutkan dahi
'Aih, dasar bocah, gak bisa lihat yang bening sedikit langsung bersikap aneh!' keluh Rama dalam hati.
Sedangkan Mayang, ia merasa kesal karena Rama telah mengacaukan acara pertemuannya dengan kedua sahabatnya.
Sampai akhirnya, Mayang memutuskan untuk bergegas pergi bersama dengan Rama.
"Lain waktu kita jalan lagi ya beib, see you!" pamitnya dengan terpaksa.
Pada akhirnya Rama dan Mayang jalan beriringan, kemudian Mayang melihat sesuatu yang sedari tadi telah di tenteng oleh Rama.
"Kamu bawa apaan?" tanyanya penuh selidik.
"Mainan!"
"Untuk?"
"Anakku!"
Jleb!
Mayang langsung diam seketika, pikirnya lebih baik ia tidak memutuskan untuk pergi bersama dengan Rama dan lebih memilih berkumpul dengan Cindy dan juga Luna.
"Lain kali kalau mau keluar rumah, sebaiknya kau bilang dulu padaku!" Rama menatap sejenak dan memperhatikan Mayang.
"Kau dengar kan apa yang aku katakan barusan?" tanyanya datar namun penuh penekanan
"Hemmm... sudahlah kau jangan mengatur hidupku, aku mau kemana kek, itu adalah urusanku, bukan urusanmu, ngerti!" jawabnya dengan nada ketus.
Rama berusaha untuk bersabar dan tidak terpancing emosi
"Sekarang kau adalah tanggung jawaku! Jika terjadi sesuatu padamu, aku adalah orang pertama yang akan disalahkan, dan kau harus mematuhi suamimu!" balasnya tegas
kemudian Mayang menghentikan langkahnya." Sejak kapan seorang suami bayaran meminta istrinya untuk patuh? Kau jangan terlalu mengaturku, ngerti!"
deg!
Rama langsung terdiam sejenak, ia malah menghela nafas panjangnya.
"Maaf jika sikapku telah membuatmu merasa tidak nyaman, aku hanya ingin melindungi istriku dari hal-hal yang bersifat negatif, meskipun aku adalah suami bayaran, tapi pernikahan kita telah sah dimata hukum dan juga agama, dan sekarang kau adalah tanggung jawabku, mau tidak mau, suka tidak suka kita adalah pasangan suami istri yang sah!"
Jawaban dari Rama telah membuat Mayang tidak berani berkata apapun justru ia merasa terharu atas perkataan dari Rama, baru kali ini ia merasa telah dilindungi oleh seorang pria selain Papahnya.
'Rama, jangan salahkan aku jika suatu saat nanti aku menginginkanmu untuk selamanya menjadi milikku, sikapmu yang telah membuatku menjadi seperti ini!' batinnya mulai menggebu.
Bersambung...
🌼🌼🌼🌼🌼🌼