Sang Pemilik Hati

Matahari pagi bersinar dengan cerahnya. Pagi itu waktu menunjukkan jam 7 pagi, Chantika tengah bersiap di dalam kamarnya.

Setelah membersihkan diri, keluar dari kamar mandi. Chantika tampak mematut diri di hadapan cermin rias, memoles wajahnya dengan makeup flawless dengan potongan rambut melebihi bahu, benar-benar terlihat dewasa.

Blouse berwarna merah berkerah dengan lengan seperempat yang manis dipadu padankan dengan celana hitam pensil. Dan mengenakan flat shoes warna hitam yang memamerkan kaki jenjangnya. Dengan tas warna senada dengan sepatunya terlihat semakin menyempurnakan tampilannya.

Chantika menyunggingkan senyum manis di hadapan cermin hias, sembari memasukan dompet dan ponsel pintarnya ke dalam tas selempang kecil yang berwarna merah.

Selesai dengan mempercantik dirinya, Chantika berdiri dan berputar memuji penampilannya sendiri.

"Lumayan, setidaknya penampilanku tidak membuat malu, seorang Rendy Suryadinata." gumam Chantika.

Tok tok tok

"Non Chantika" suara seseorang mengetuk pintu dan memanggilnya dari luar pintu kamar.

Chantika segera menggapai handle pintu dan membukanya.

"Eh, Bi Yati, ada apa?" tanyanya pelan.

"Sarapan sudah siap, Non. Dan pak Yono, supir yang mengantar Non Chantika ke kantor tuan Rendy sudah datang," jelas Bi Yati.

"Ayo Bi Yati, temeni Chantika sarapan, ya." balasnya, sembari menggandeng tangan Bi Yati berjalan berdampingan.

Kehidupan yang merubah takdir Chantika dari hidup sebatang kara, hingga tiba-tiba menjadi seorang istri Rendy Suryadinata. Apakah pernikahan yang dijalani Chantika bersama Rendy saat ini saling menguntungkan? Atau ada hubungan timbal balik dari segala hal yang akan terjadi nantinya. Biarlah waktu yang menentukan jawaban dari drama yang dimainkan oleh kedua insan yang berlainan jenis itu.

Chantika menyelesaikan sarapannya dengan cepat. Tepat pukul setengah 9 pagi, ia berangkat ke kantor Rendy.

"Bi Yati, Chantika berangkat dulu ya." pamitnya pada pengasuh sang suami.

"Iya, Non. Hati-hati" jawab Bi Yati dengan senyuman dan anggukan kepala.

"Bi Yati jaga rumah baik-baik, ya. Jangan terlalu capek" ucapnya lagi, sambil melambaikan tangan, masuk ke dalam mobil.

"Kalau sedang dimabuk cinta itu begitu ceria, berseri-seri wajahnya. Semoga Den Rendy benar-benar jatuh cinta pada Non Chantika, gadis yang polos dan cantik, tidak neko-neko tingkahnya. Dan rumah tangganya selalu menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Aamiin" doa Bi Yati untuk majikannya.

-

-

-

Ia mampir ke outlet D'Crepes di Food Court Tunjungan Plaza 3, sebelum menuju ke kantor suaminya. Seperti halnya outlet D'Crepes lainnya, di situ juga menyediakan dengan berbagai macam pilihan topping dari yang manis (kayak Wawa Purnama 🙈🤭) hingga topping daging. Rasanya enak sedap, harganya juga pasti terjangkau, tapi biasanya pelayanannya sedikit lama karena sering terjadi antrian.

Menu andalan ada Crepes, Smoke Beef Cheese, Meat Lovers, Ice Cream, Oreo, Chilidog, dll. Pilih rasa kulit kesukaan, dilanjut dengan ice cream favorit, lalu pilih topping kesukaaan, yang terakhir tinggal makan, hap hap.

Extra filling terdiri dari banana, choho syrup, strawberry syrup, sosis, cheese slice, dan masih banyak extra toping lainnya.

Chantika datang ke kantor Rendy membawa dua bag cemilan crepes dengan isi yang berbeda. Salah satunya akan ia berikan pada Rendy dan satunya untuk ia sendiri. Chantika juga tak lupa membelikan juga untuk pak Yono supir pribadi suaminya, buat Bu Melita sekretarisnya, dan satu lagi buat asisten pribadi Rendy yaitu si Jordi orang yang bisa diandalkan.

"Kenapa kau malah bengong, sayang? Cepat kemarinlah! Aku sudah merindukanmu sejak tadi!" godanya sambil mengedipkan mata dan merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan istri terkasih.

"Tidak!" jawab Chantika yang senang sekali menggoda Rendy.

Rendy terkekeh mendengar jawaban Chantika. "Jangan menggodaku dengan kata TIDAK, sayang!"

Rendy meletakkan dua tangannya di atas meja sebagai tompangan dagunya dan memandang wajah sang istri yang ada di hadapannya.

"Istriku sudah semakin pandai merayu suaminya. Cepatlah kemari, sayangku! Atau kau sengaja ingin berlama-lama berdiri di situ, agar aku gendong kamu masuk ke kamar untuk melanjutkan episode semalam? Ternyata sikapmu di kantor dan di rumah, sama saja. Selalu membuatku chandu!" ucap Rendy dengan membasahi bibir bawahnya.

"Haah! Apa maksudnya, suamiku! Kumohon jelaskan padaku dengan kata-katamu barusan! Kau tahukan, orang sepertiku ini, sering lupa dengan apa yang sudah terjadi kemarin! Jangan membuat aku mati penasaran!" Chantika dengan seribu kata mengerjain Rendy.

"OMG! Istrinya Rendy tukang lupa! Lalu apa kompensasinya jika suamimu ini selalu menjadi alarm pengingat pribadi?" tanya Rendy menatap serius lawan bicaranya, namun dengan mimik wajah yang lucu.

"A-Aku...!" ucap Chantika terbata-bata dan terlihat gugup. Ia mencoba secepat kilat mengolah kata dalam pikirannya, karena ia tak mau kalah dalam menjahili suaminya dan berujung merugikan dirinya sendiri. "Kalau kau selalu menjadi alarm pengingat pribadiku, beratlah di aku!"

"Kau ini lucu sekali, sayang! Tadi katanya pelupa dan aku yang jadi alarm pengingat pribadi! Sekarang lihat dirimu, ambil kaca dan bercermin. Untuk memberiku kompensasi saja kau masih menghitung untung rugi, seperti neraca ekonomi!" ledek Rendy dengan senyum smirk menghiasi wajah tampannya.

"Aku bukan sedang menghitung neraca ekonomi, suamiku! Baiklah, baiklah. Apa yang kau minta sebagai imbalan yang pantas untukmu dari istrimu ini!" pekik Chantika percaya diri sambil berjalan mendekati Rendy yang duduk di kursi kebesarannya.

"Sungguh?" tanya Rendy serius dan mata yang berbinar.

"Ya, kali ini aku akan mengabulkan permintaanmu! Karena aku bukan pengecut dan selalu memegang kata-kataku!" seru Chantika dengan lantang, Rendy terkekeh.

Rendy menarik pergelangan tangan Chantika, di saat posisinya telah mendekat padanya. Chantika menaruh bag yang dari tadi dibawanya di atas meja kerja Rendy. Lalu mengatupkan kedua tangan menutupi wajahnya yang memerah bak tomat matang menahan malu.

"Lihat wajahku!" ucap Rendy menarik pinggang ramping Chantika, hingga ia menjatuhkan bokongnya tepat di pangkuan suaminya. Rendy tersenyum penuh kemenangan.

Perlahan Rendy menarik tangan Chantika, hingga menampakkan wajah malu nan cantik istri terkasih di depan matanya. Chantika menundukkan pandangannya tak berani menatap suaminya. Rendy menarik dagu Chantika agar melihat dirinya.

Rendy tersenyum manis sesaat sebelum meminta kompensasinya, membuat Chantika seketika terpesona dengan ketampanan pria yang kini menjadi suaminya.

"Hemm, cepat katakan suamiku" desak Chantika mendongakkan kepala seraya memaksa Rendy mengucapkan permintaannya.

"Aku mau minta ini dulu saja!" Rendy mencium benda kenyal yang menjadi chandu.

Spontan Chantika kaget dan langsung memukul dada bidang Rendy, lalu menutup mulut dengan telapak tangannya.

"Pelit" pekik Rendy cemberut.

💞💞💞💞

bersambung..

Jangan lupa selalu pencet tombol like, tinggalkan komen no bully, masukan dalam favorit, rate bintang lima juga ya.. Seiket mawar merah dan secangkir kopi manis buat ChanDy boleh juga biar selalu up..

Terimakasih para readers kesayangan ChanDy..

Mau tido sebentar sudah sepet nie mata 🙈🤭😴