NovelToon NovelToon
ANASTASIA

ANASTASIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Kelahiran kembali menjadi kuat / Time Travel / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ongoing

Lady Anastasia Zylph, seorang gadis muda yang dulu polos dan mudah dipercaya, bangkit kembali dari kematian yang direncanakan oleh saudaranya sendiri. Dengan kekuatan magis kehidupan yang baru muncul, Anastasia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya yang jahat dan memulai hidup sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#16

Salju turun seperti debu kaca yang lembut, berkilau pucat di bawah langit kelabu yang tak pernah benar-benar memberi terang. Di Benteng Utara, angin menggulung dari tebing menuju halaman depan, mengibaskan bendera sigil Serigala Salju milik keluarga Silas. Di balik gerbang hitam setinggi menara itu, Anastasia berdiri memandangi horizon beku dengan tatapan kosong.

Sudah tiga hari ia tinggal di benteng sejak pertempuran besar terakhir. Tiga hari sejak Duke Aloric Silas pria yang ia hidupkan dari kematian menatapnya tajam seolah menantang, mempertanyakan, dan… terikat. Dan tiga hari juga sejak ia mulai merasakan sesuatu yang mengganggu udara antara mereka: keheningan yang terlalu padat, terlalu intens untuk disebut biasa.

Namun hari ini, ada sesuatu yang berbeda. Sejak pagi, batin Anastasia gelisah. Seakan ada mata yang mengikuti setiap langkahnya. Ia memegang mantel tebal hadiah dari para prajurit benteng bukan dari Aloric, tentu saja. Duke itu terlalu kaku untuk memikirkan sesuatu seperti “hadiah.” Namun tetap saja, mantel itu hangat… atau mungkin ia hanya terbiasa dengan dingin ekstrem wilayah ini.

"Aku sudah tidak kedinginan lagi," gumamnya pelan, menghembuskan uap putih tipis ke udara. Keajaiban itu masih membuatnya bingung bagaimana tubuhnya bisa beradaptasi sepenuhnya pada suhu membunuh ini?

Suara langkah berat mengoyak kebisuan. Anastasia menoleh. Aloric berjalan keluar dari aula utama, mantel hitam dengan emblem perak menjuntai dramatis mengikuti gerakan tubuh tegapnya. Rambut hitamnya sedikit berantakan oleh angin, tetapi itu hanya membuatnya terlihat semakin… berbahaya. Ia berhenti beberapa meter darinya.

“Kau berjalan terlalu jauh dari ruanganmu,” katanya datar.

“Prajurit melaporkan kau menuju gerbang.”

Anastasia mengangkat wajah, memasang ekspresi lugu topeng polos yang selalu ia pakai. “Ah… maaf. Aku hanya ingin melihat pemandangan.” Suara lembut dan nada patuh. Kebohongan sempurna. Mata hitam Aloric menyipit tipis. Ia tidak bodoh bahkan terlalu cerdas dan ia tahu ketika seseorang menyembunyikan sesuatu. Tetapi ia tidak menegur, tidak pula memaksa. Ia hanya berdiri, memandangnya dengan tatapan yang sulit diterjemahkan.

Tatapan yang membuat Anastasia ingin berbalik… namun tidak bisa. “Kalau kau ingin melihat pemandangan,“ ucap Aloric lagi, nada lebih lembut walau tetap dingin, “kau tidak perlu mendekati gerbang. Dunia di luar benteng bukan tempat untukmu.” Anastasia menunduk, seakan mengakui.

Padahal dalam hati, ia berpikir Jika Duke ini tahu betapa aku ingin kabur dari semua bangsawan, termasuk darinya… dia pasti akan tertawa. “Baik, Yang Mulia,” bisiknya.

Aloric berjalan mendekat lebih dekat dari biasanya hingga jaraknya hanya satu langkah. Anastasia bisa mencium aroma logam dari baju zirahnya, juga wangi dingin yang khas dari tubuhnya. Ia mengulurkan mantelnya dan melilitkannya di bahu Anastasia tanpa kata. Sebuah tindakan yang seakan tidak cocok dengan reputasi kejam dan dinginnya. Tangannya besar dan keras, namun ketika bersentuhan dengan kulitnya, tidak sekejam rumor yang selama ini beredar.

Anastasia tak bergerak, terkejut. Aloric bukan tipe orang yang menyentuh siapa pun tanpa alasan. Bahkan menyentuh pun jarang. “Kau terlalu tipis untuk berada di luar,” gumamnya pelan. Anastasia mengangguk kecil. Rambutnya tertiup angin, menyentuh dada Aloric.

Sejenak, keheningan itu tampak seperti sesuatu yang rapuh. Sampai sesuatu bergerak di balik pepohonan gelap di luar benteng. Aloric dengan refleks menarik Anastasia ke belakang tubuhnya. Gerakan cepat, protektif—nalurinya sebagai komandan perbatasan bangkit penuh. “Siapa di sana?” serunya nyaring.

Prajurit di menara memukul gong peringatan. Angin membawa suara ringkikan kuda, diikuti langkah-langkah cepat. Dari balik kabut salju, muncul tiga sosok berpakaian gelap. Mereka bukan prajurit Utara. Tidak memakai simbol kerajaan. Tidak memakai warna apa pun hanya kain hitam tanpa lambang, seperti bayangan.

Para penjaga mengangkat tombak. Aloric mencabut pedang hitam legam di pinggangnya. “Assassin?” Salah satu prajurit berbisik keras, ketakutan. Namun Anastasia menatap para penyusup itu dengan mata mengecil. Ada sesuatu yang familier…

Aura mereka. Cara mereka bergerak… seperti pernah ia lihat di kehidupan lamanya. Salah satu dari mereka melangkah maju. Kakinya menjejak salju begitu ringan, seolah tidak memiliki berat. Ia mengenakan topeng besi gelap, tetapi suara yang keluar tetap jelas. “Kami tidak datang untuk bertarung, Duke Silas.”

Aloric menggeram sebuah suara rendah dan penuh ancaman. “Maka cepat jelaskan alasan kalian masuk wilayahku tanpa izin, sebelum tubuh kalian menodai salju Utara.”

Sosok bertopeng itu menggerakkan jemarinya pelan, memberi tanda kepada dua rekannya untuk menurunkan senjata. Namun sorot matanya menatap lurus ke arah Anastasia. Tatapan itu menusuk. Menyelidik. Mengetahui. “Tujuan kami…”

Ia berhenti, lalu mengucapkan sesuatu yang membuat dada Anastasia membeku lebih dari dingin Utara. “… mencari Lady Anastasia Zylph.” Seluruh prajurit menoleh cepat. Bahu Anastasia menegang. Aloric langsung bergerak setengah langkah ke depan, menutupi tubuh Anastasia sepenuhnya.

“Untuk apa?” suara Aloric rendah, mengancam. Topeng itu menghadapnya. “Karena dia… adalah satu-satunya saksi hidup dari pembantaian keluarga Marquis Zylph.” jantung Anastasia mencelos. Pembantaian? Sekarang? Sudah dimulai? Aloric menyipitkan mata. “Semua orang tahu keluarga Marquis Zylph masih hidup.”

“Tidak, Duke.” Sosok bertopeng itu menggeleng. “Marquis, istrinya, dan seluruh pelayan dibunuh dua hari lalu.” Anastasia mengerutkan kening. Dua hari lalu? Itu berarti… Theodora. Tentu saja. Topeng itu melanjutkan “Kami dikirim oleh faksi Selatan. Dan kami menemukan sesuatu yang lebih mengerikan. Pembunuh sebenarnya… adalah putri pertama keluarga itu.”

Seluruh dunia tampaknya membeku. Anastasia memejamkan mata sesaat. Theodora… kau benar-benar memulai lagi. Prajurit-prajurit mulai berbisik panik. Aloric, masih menutupi Anastasia dengan tubuhnya, menajamkan tatapan. “Apa hubungan kalian dengan Anastasia?” Sosok itu membungkuk sedikit, formal. “Kami datang untuk memberinya perlindungan. Karena pembunu Theodora Zylph sedang memburu adiknya untuk menghapus semua saksi.”

Suara salju yang pecah di bawah langkah Aloric terdengar begitu keras saat ia maju setengah langkah lagi. “Sayangnya…” Suara Duke menjadi lebih rendah, dingin, mematikan. “… Lady Anastasia berada di bawah perlindunganku sekarang.” Sosok bertopeng itu menegang. “Duke Silas—kami tidak bermaksud—”

Aloric mengangkat pedangnya sedikit. Cahaya kelabu memantul dari baja hitam itu. “Kembalilah pada faksi kalian dan katakan ini…” Ia menoleh sedikit ke belakang, memastikan Anastasia masih berada tepat di belakangnya, terlindungi dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“… siapa pun yang menyentuh Lady Anastasia—bahkan hanya niatnya—akan menjadi musuh Utara.” Salju seperti berhenti turun sesaat. Sosok bertopeng itu menegang, lalu mundur perlahan. “Baiklah, Duke Silas. Kami akan kembali. Tapi percayalah…”

Tatapannya bergeser ke Anastasia. “… pemburu yang sebenarnya sedang menuju ke sini.” Mereka menghilang ke balik kabut seperti hantu. Hening. Hanya angin. Aloric menurunkan pedangnya perlahan, lalu menoleh pada Anastasia dengan ekspresi yang tidak pernah ia perlihatkan sebelumnya tajam, penuh tanya, dan sedikit… terluka. “Anastasia.”

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Anastasia menegakkan punggung. Senyuman kecil, lugu, lembut… dan palsu, tentu saja. “Duke… aku tidak tahu apa yang mereka maksud.”

Aloric tidak percaya. Ia meraih dagu Anastasia dengan dua jarinya, mengangkat wajahnya agar tatapan mereka bertemu. “Jangan berbohong padaku.” Dadanya terasa sesak bukan karena ketakutan, tetapi karena ia tidak bisa membaca pria ini. Akhirnya, Anastasia hanya menjawab “Aku akan ceritakan… tapi tidak di sini.”

Dan untuk pertama kalinya, Aloric mengangguk tanpa memaksa. Di langit yang gelap, salju kembali turun. Namun kali ini, terasa seperti penanda bahwa sesuatu jauh lebih besar sedang bergerak mendekat. Sesuatu yang akan mengguncang kerajaan. Dan menguji hubungan aneh antara Anastasia dan Duke yang dihidupkannya. 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!