Istri Kontrak Sang Posesif

Arjuna menghela napas. "Kenapa kamu tidak bilang? Kenapa harus dari orang luar aku mendengarnya?"

"Maafkan aku. Aku tidak ingin kamu khawatir, dan itu belum pasti," jawab Kirana.

Arjuna memeluknya. "Jangan simpan rahasia lagi dariku, Kirana. Aku percaya padamu. Tapi aku tidak suka orang luar mencoba mengganggu hubungan kita."

Meskipun masalah itu selesai, keraguan kecil telah tertanam.

Serangan Wulan mencapai puncaknya beberapa minggu kemudian, Wulan menggunakan koneksi Bianca untuk mengirimkan file anonim yang sangat rahasia ke email Harun Mahesa.

File itu berisi foto-foto Adit di meja judi dan foto-foto Wulan, disertai surat ancaman palsu yang menyatakan bahwa Kirana masih terikat utang dengan rentenir berbahaya yang kini mengancam keluarga Mahesa.

Meskipun Wulan sudah menandatangani perjanjian, Harun Mahesa sangat terkejut dan marah, ia menderita serangan jantung ringan karena stres.

Harun segera dilarikan ke rumah sakit membuat Kirana panik.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Kirana?" tanya Arjuna di lorong rumah sakit, matanya merah karena marah dan khawatir.

"Ayah sudah aman, tapi siapa yang mengirim ini? Siapa yang berani mengancam keluarga kita?" ucap Arjuna.

Kirana menyadari bahwa ini adalah pekerjaan Wulan dan Bianca, mereka menyerang melalui Harun, titik paling rentan Arjuna.

"Arjuna, itu... itu pasti Wulan," bisik Kirana, air matanya menetes.

"Dia bekerja sama dengan seseorang untuk menjatuhkanku."

"Wulan? Tapi kita sudah menuntutnya!"

"Dia tidak peduli dengan tuntutan, dia hanya peduli uang. Dia pasti menggunakan masa lalu Adit dan utang lama untuk membuat Ayah berpikir kita masih terancam." Kirana menceritakan semua pertemuannya dengan Bayu, dan betapa ia mencoba menyembunyikan masalah itu.

Arjuna menatap Kirana, tampak kecewa. "Kenapa kamu tidak bilang padaku soal ini, Kirana?! Kamu tahu aku akan melindungimu! Kenapa harus selalu kau tanggung sendiri?"

"Karena aku takut! Aku takut kamu akan menyesali pernikahan ini! Aku takut kamu akan melihatku sebagai sumber masalah!" tangis Kirana.

Arjuna menghela napas. Ia memeluk Kirana, mencoba menenangkan. "Aku tidak akan menyesali pernikahan ini, Kirana. Aku mencintaimu. Tapi, kita harus menghadapi ini bersama."

Setelah Harun Mahesa dinyatakan stabil, Arjuna mengambil tindakan tegas. Ia memanggil Bayu dan semua tim keamanannya.

"Mulai sekarang, tidak ada lagi kerahasiaan di antara kita, Kirana. Kita akan menghadapi ini bersama," kata Arjuna.

Arjuna dan Kirana mulai bekerja sama. Mereka meminta Bayu melacak sumber email anonim itu, yang dengan cepat mengarah ke Bianca dan koneksinya, Kirana memberikan semua informasi tentang Wulan.

Kirana tidak lagi sendirian, dan Arjuna tidak lagi hanya mengandalkan logikanya.

Kebahagiaan mereka baru saja dimulai, tetapi ancaman dari masa lalu Kirana dan intrik Bianca membuat mereka harus lebih kuat.

Mereka menyadari, cinta mereka harus dipertahankan bukan hanya dari kontrak, tetapi juga dari dendam dan kebohongan.

Setelah insiden serangan jantung Harun Mahesa, Laksmi dan Arjuna membuat keputusan tegas yaitu Kirana harus berhenti bekerja, karena terlalu rawan jika Kirana tetap bekerja.

"Mulai sekarang, kamu cuti Kirana, bukan hanya cuti kantor tapi cuti total dari segala pekerjaan yang memicu stres," perintah Arjuna, suaranya tidak menerima penolakan.

"Kesehatan Ayahku terancam, dan kamu sendiri terus-menerus diserang. Kandunganmu baru trimester kedua, itu masa kritis." ucap Arjuna mengkhawatirkan sang istri dengan nada tegas membuat Kirana sedikit takut.

"Tapi Arjuna, saya tidak mau hanya duduk diam," protes Kirana.

"Saya merasa lebih aman di kantor, dan saya bisa membantu mengurus file penting Bapak."

"Tidak. Mama sudah melarang keras," sela Laksmi, yang berada di penthouse.

"Mama akan mengajakmu terapi pijat prenatal, yoga, dan kita akan fokus mendekorasi kamar bayi. Kamu sudah menjadi istri CEO, Kirana. Sekarang tugas utamamu adalah menjadi ibu yang bahagia. Aku akan melatih seorang asisten baru untuk Arjuna." ucap mama Laksmi.

Kirana akhirnya mengalah, ia menyadari bahwa ini adalah pertanda bahwa ia telah diterima sepenuhnya sebagai bagian penting dari keluarga Mahesa, yang harus dilindungi dengan segala cara.

Dengan Kirana yang kini fokus pada istirahat, Arjuna dan Bayu memusatkan energi mereka untuk membalas dendam dan membersihkan nama Kirana.

Berbekal informasi dari email anonim dan koneksi Wulan, mereka menyusun jebakan untuk Bianca dan Wulan.

Arjuna membuat rencana untuk orang orang yang sudah mengganggu dirinya dan keluarganya.

Untuk Bianca Arjuna pura-pura menjadwalkan rapat darurat tertutup dengan Kirana di sebuah hotel mewah, tempat Bianca sering mengadakan pertemuan rahasia.

Bayu akan membocorkan jadwal palsu ini kepada Amara, yang ia tahu akan meneruskannya ke Bianca.

Untuk Wulan Arjuna meminta pengacaranya untuk secara sengaja membocorkan informasi palsu kepada Wulan bahwa Harun Mahesa karena sakit akan segera mengubah surat wasiat yang memberikan kontrol saham mayoritas kepada Arjuna, tetapi dengan syarat istri Arjuna harus bebas dari segala bentuk skandal Wulan akan didorong untuk melakukan langkah nekat terakhir.

Bianca menerima informasi tentang rapat rahasia Kirana di hotel membuatnya bersinar terang.

Bianca, yang merasa ini adalah kesempatan terakhir untuk menghancurkan Kirana, mengirim Wulan untuk diam-diam menyelinap dan mengambil foto atau bukti yang bisa digunakan untuk memeras Arjuna.

Wulan, didorong oleh janji saham besar dan uang tutup mulut, menyusup ke kamar hotel yang ditunjukkan Bianca, namun dia tidak menemukan Kirana.

Saat Wulan masuk, ia disambut oleh Bayu dan pengacara keluarga Mahesa.

Semua percakapan Wulan dan Bianca telah direkam, membuktikan konspirasi mereka untuk menyerang keluarga Mahesa.

Arjuna tiba di kamar itu, wajahnya dingin dan penuh kemenangan.

"Selamat datang, Wulan. Kami sudah menunggu Anda," sapa Arjuna.

Wulan panik. Ia menyadari ia dijebak.

"Jangan sentuh aku! Aku tidak punya uang!" teriak Wulan.

"Aku tidak butuh uangmu, Wulan," kata Arjuna. "Aku hanya butuh keadilan untuk istriku."

Di saat yang sama, Bianca menerima telepon dari Arjuna yang memintanya datang ke hotel untuk "membahas hasil dari rencana mereka."

Saat Bianca tiba, ia langsung disambut oleh Harun Mahesa, yang sudah pulih dan mendengarkan semua rekaman konspirasi itu.

"Om Harun?!" serunya kaget karena Harun sudah sehat.

"Kenapa? Apakah kmu kaget karena saya bisa kembali sehat atau kamu ingin saya cepat mati?" seru harun penuh sindiran kepada Bianca.

"Eng... Enggak om, Bianca ingin om sehat selalu kok." jawabnya mengelak ucapan Harun itu.

"CK dasar wanita tidak tahu di untung, apa menurutmu saya tidak bisa membuat bisnis keluarga mu hancur jangan coba-coba main-main dengan saya." ucap Harun dengan penuh ancaman karena percuma bicara sama wanita yang tidak tahu sopan santun.

"Om aku gak ngapa-ngapain loh, emang kenapa aku?" ucap Bianca tanpa merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan.

Dia pura-pura tidak tahu tanpa tahu kalau Harun sudah tahu semua kelakuannya dan siap-siap saja karma yang menjawab.

.

.

Cerita Belum Selesai.....