NovelToon NovelToon
Cinderella N Four Knight

Cinderella N Four Knight

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Naruto / Nikahmuda / Romansa
Popularitas:252
Nilai: 5
Nama Author: Vita Anne

Hinata di titipkan pada keluarga Hashirama oleh ayahnya yang menghilang secara tiba-tiba.

Di sana, di rumah besar keluarga itu yang layaknya istana. Hadir empat orang pangeran pewaris tahta.

Uchiha Sasuke
Namikaze Naruto
Ootsutsuki Toneri
Kazekage Gaara

Akankan Hinata bisa bertahan hidup di sana?

Disclaimer : All Character belongs to Masashi Kishimoto. Namun kisah ini adalah original karya Author. Dilarang meniru, memplagiat atau mencomot sebagian atau keseluruhan isi dalam kisah ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vita Anne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Belong To?

Sudah hampir seminggu ini Hinata hanya berada di dalam kamar. Kadang ketiga cucu kakek yang datang secara bergantian untuk menghiburnya.

Sasuke selalu datang untuk sekedar mengecek kesehatan~nya. Entah karena kakek yang menyuruhnya atau karena memang pria itu ingin melakukannya.

Dan, Toneri. Pria itu selalu datang dengan senyum merekah dan dia selalu bertanya mengenai perasaan~nya. Berbicara beberapa hal, lalu pergi begitu saja.

Si bungsu Gaara, dia juga selalu datang dengan berbagai ceritanya tentang hal-hal yang menurut Hinata tidak penting. Namun pria itu cukup menghibur dan selalu membuat~nya tertawa. Dia harus berterima kasih pada si bungsu karena telah mengalihkan sedikit perasaannya mengenai apa yang terjadi antara dia dan Naruto tempo hari.

Lalu, Naruto sendiri. Pria yang berkata akan berada di sisinya itu sudah empat hari ini tidak muncul.

Hinata mendecak kesal. Sudah beberapa hari ini dia tidak melihat pria bermata biru itu. Dia tidak bisa mengirim pesan pada Naruto. Mereka bahkan belum bertukar nomor ponsel.

Lalu, bertanya dengan orang rumah? Itu adalah tindakan gila!

Sebenarnya dia tidak punya alasan yang jelas untuk terus mengurung diri di kamar. Hanya saja dia masih merasa malu untuk bertemu orang-orang. Meski mereka tidak tahu apa yang terjadi. Dia hanya merasa seolah terisolasi karena kesalahannya.

Setiap kakek bertanya mengenai keadaannya. Dia hanya beralasan dia terlalu lelah dan butuh istirahat.

Lagipula, berada di kamar yang besarnya hampir setara ruang utama di rumahnya ini tidak terasa membosankan sama sekali. Pemandangan taman yang dapat dia lihat kapanpun dari sini sudah cukup menghibur bagi~nya.

Sepertinya dia harus memberanikan diri untuk keluar sekarang. Perasaannya juga mulai membaik perlahan.

...°°°...

Malam ini bulan bersinar terang. Gadis itu mendongak pada langit. Menatap sinar bulan yang menerangi langit malam yang menghitam. Langit terlihat cerah, beberapa bintang bahkan tergambar jelas di atas kepalanya.

Bunga-bunga yang bermekaran seolah bermandi cahaya bulan. Beberapa anggrek bulan merekah semerbak dengan wangi yang menawan. Membuat gadis itu tersenyum lebar. Bahkan hanya untuk keluar sejenak, dia mulai merasa lebih baik.

Keputusannya untuk duduk di taman malam ini tidaklah buruk. Dunia tidak akan runtuh hanya karena satu kesalahan.

"Kau tersenyum seolah mereka semua tersenyum pada mu!" Ucap suara itu yang berjalan pelan menghampiri Hinata.

Gadis itu menoleh, dia melihat Sasuke yang kini duduk di sebelahnya di bangku taman. Senyum yang sebelum nya hadir di sudut bibir gadis itu menghilang berganti dengan keresahan.

Wajah canggung itu kembali muncul. Ada rasa bersalah yang gadis itu rasakan sekarang. Perjodohan yang berakhir dengan pernikahan. Atau sebuah pengkhianatan yang tidak dia kehendaki. Keduanya tidak pernah dia inginkan hadir di hidupnya yang sebelumnya terasa normal. Dia tidak mengharapkan kedua hal itu terjadi.

"Kau terlihat baik-baik saja sekarang!" Ucap pria itu lagi.

"Aku memang baik-baik saja." sahut Hinata singkat. Dia belum terbiasa dengan sikap Sasuke yang seperti ini.

Mereka tidak pernah berbincang-bincang sebelumnya. Setelah kejadian terakhir kali. Mereka bahkan tidak pernah terlibat dalam percakapan langsung yang terasa lebih intens seperti apa yang pria itu katakan barusan.

Ketika Sasuke datang untuk mengecek kesehatannyapun pria ini hanya melakukan tugasnya lalu pergi. Tanpa banyak bicara lagi.

Hinata menggigit bibirnya dengan gugup. Ini saat yang tepat untuk bicara pada Sasuke tentang rencana Kakek. Meminta pria itu untuk membatalkan pernikahan yang telah kakek persiapkan untuk mereka berdua. Suasana hati pria itu juga terlihat bagus.

"Um! Boleh aku bertanya pada mu Tuan Uchiha?" Tanya Hinata ragu.

Sasuke hanya menoleh tanpa menjawab. Menyimak apa yang akan terlontar dari bibir gadis itu.

"Bisakah kau meminta Kakek untuk membatalkan rencana pernikahan ini? Aku... Belum siap untuk itu."

Ucap Hinata pelan seraya menggigit bibirnya. Mengatakan apa yang tersirat di kepalanya memang tidak semudah itu.

Sasuke terdiam, dia tidak berkata apapun pada Hinata sebagai respon atas permintaan gadis itu.

Kemudian pria itu memalingkan wajahnya dari Hinata seraya mendecih. Sebelum akhirnya pria itu mulai bicara setelah mereka sama-sama diam.

"Lalu,.. Sampai kapan aku harus menunggu agar kau siap?"

Hinata membulatkan matanya.

"Tidak! Bukan begitu. Maksud ku, aku tidak ingin menikah dengan mu. Aku belum siap untuk itu. Kita bahkan belum saling mengenal dengan baik. Dan... Aku merasa ragu kita bisa menjadi dekat. Jadi tolonglah, katakan sesuatu pada Kakek, ku mohon!"

Sasuke menyilangkan kedua tangan di depan dada seraya tertawa hambar mendengar ucapan gadis itu.

Apa dia telah di tolak?

"Entahlah, kau bisa sampaikan sendiri pada Kakek tentang keluhan mu itu. Aku rasa aku tidak bisa membantu." Sahut pria itu datar.

"Tolonglah! Kau cucunya. Dia akan mendengarkan mu jika kau bicara. Ini tidak benar, hubungan kita tidak seperti itu. Benarkan?" Hinata memohon dengan menangkup kedua telapak tangan di depan dada.

Sasuke mendecih sebelum akhirnya dia mendekatkan wajahnya dan menatap Hinata lekat-lekat. Sementara Hinata hanya bisa menelan ludah serat sembari memundurkan wajahnya perlahan.

"Bukan kah lebih baik jika kau mencoba untuk dekat dengan ku?" Ucap Sasuke dengan suara pelan. Dapat Hinata dengar deru nafas pria itu dari sedekat ini. Dia menatap mata dan bibir peach gadis itu secara bergantian.

Hinata tercekat, dia tidak bisa berkata-kata mendengar ucapan pria itu.

Bukankah sebelumnya sikap~nya begitu dingin? Ada apa dengan pria ini? Dia mulai bersikap aneh seperti saudaranya yang lain!?

Sasuke baru akan mendekatkan wajahnya pada Hinata ketika akhirnya gadis itu menutup bibirnya dengan kedua tangannya seraya memalingkan wajah. Dia begitu terkejut melihat sosok di belakang Sasuke.

Lihatlah siapa yang berdiri di sana.

Naruto, pria tinggi itu berdiri di depan pintu besar rumah menuju taman yang berjarak beberapa langkah dari tempat dia duduk sekarang.

Dia menenteng jas di tangan kanannya dengan lengan kemeja yang tergulung di kedua sisi. Wajahnya yang terlihat lelah menambah kesan dingin di sana. Meski terlihat jelas dia menatap keduanya dengan tatapan tidak suka. Namun pria itu masih mencoba menahan amarahnya.

Pria itu berjalan menghampiri keduanya dengan sebelah tangannya yang masuk ke dalam saku celana.

Hinata segera bangkit dari sana. Menjauh dari Sasuke dengan gugup.

Sementara kini Naruto berdiri di antara mereka. Dia menatap Hinata dengan lembut meski terlihat tatapan dingin pria itu menyiratkan kemarahan di matanya.

"Bagaimana kabar mu?" Tanya pria itu singkat.

Hinata begitu takut hingga dia terbata untuk sekedar menjawab pertanyaan Naruto.

"Aku baik-baik saja!" Sahut Sasuke seraya mendecih. Jelas-jelas pertanyaan itu bukan tertuju untuk~nya.

Naruto menoleh pada~nya dengan wajah datar.

"Kau menolak restrukturisasi rumah sakit di Hokaiddo dan membuat ku terpaksa melakukan pembaruan kebijakan pada beberapa dokter yang ada di sana." ucap Naruto pada pria itu."... Aku harus pulang pergi New York-Hokaiddo selama empat hari ini karena ulah mu yang tidak mau menurut pada kakek!" sambung Naruto lagi.

"Ya! Dan kau selalu menyelesaikan setiap masalah yang aku buat? Benarkan? Aku punya kebijakan ku sendiri dalam menjalankan rumah sakit. Aku tidak suka kakek atau siapapun mengatur ku."

Naruto mendecih mendengar jawaban sarkas dari pria itu.

"Baiklah! Lain kali, Selesaikan sendiri masalah yang telah kau buat! Jangan terus merepotkan aku!"

Hinata menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin terlibat dalam perdebatan kedua pria itu.

"A_aku harus pergi! Ini sudah malam. Kalian... Beristirahat lah!" Ucapnya mencoba menenangkan suasana panas yang kedua pria itu ciptakan. Sebelum akhirnya dia beranjak pergi tanpa berkata-kata lagi.

Naruto maupun Sasuke, tidak ada yang membuka suara. Sebelum akhirnya Sasuke kembali bicara.

"Kau tertarik pada~nya?" Tanya pria itu singkat.

"Kau tidak berhak melarang ku jika benar begitu." sahut Naruto.

"Kau ingin merebut~nya dari ku? Kau ingin balas dendam?" Tanya Sasuke seraya mendecih kesal.

"Dia bukan milik mu! Bagaimana bisa aku merebut~nya, Jika dia belum menjadi milik mu!" sahut pria itu santai seraya pergi meninggalkan Sasuke di sana.

"Jangan coba-coba merebut apa yang sudah seharusnya menjadi milik ku Naruto!" Ucap pria itu sembari memberikan penekanan pada setiap kata yang terlontar."... Aku memperingatkan mu!"

Naruto menghentikan langkahnya tanpa menoleh lagi."Kita lihat saja apa yang bisa kau lakukan!" Sahut pria itu datar dengan suara pelan. Dan dia kembali melanjutkan langkah kakinya untuk pergi dari sana.

Sasuke kembali mendecih seraya tertawa sumbang.

'Apa ini saatnya dia membuat permintaan pada Kakek?

...°°°...

'Tok tok tok!'

Seseorang mengetuk pintu kamar Hinata ketika gadis itu selesai mencuci wajahnya. Dia sedang mengenakan pelembab untuk perawatan kulitnya di depan meja rias.

Hinata mendecak kesal seraya beranjak menuju pintu dengan pelan. Dia sudah hampir tidur malam ini. Sebenarnya dia sudah lelah untuk berinteraksi dengan siapapun.

Gadis itu membuka pintu kamar dengan kasar.

Dia membulatkan matanya melihat siapa yang ada di ambang pintu~nya saat ini. Hinata melirik keadaan sekitar dengan cepat sebelum akhirnya dia menarik pria itu untuk masuk.

"Kau sudah gila?" decaknya pada pria itu seraya memukul lengan~nya dengan keras.

Naruto, pria itu tersenyum lebar sebelum akhirnya memeluk Hinata dengan erat. Dia mengabaikan kata-kata gadis itu barusan.

Hinata tercekat, detak jantungnya yang terpacu membuat dia tidak bisa bergerak. Dia bahkan tidak bisa menolak atau melarikan diri.

"Maaf membuat mu menunggu!" Ucap pria itu yang masih memeluk Hinata.

"Aku begitu sibuk dengan urusan bisnis belakangan ini."

Dia melepas pelukannya pada tubuh kecil gadis itu. Menangkup kedua belah pipi Hinata yang tersipu merah. Mengangkat wajahnya, sebelum akhirnya dia mulai mencium bibir peach gadis itu dengan lembut. Menciumnya dengan sesapan dalam yang terasa manis. Setelah beberapa hari tidak bertemu. Kini dia tidak bisa menahan~nya lagi.

Hinata hanya bisa menurut pada keinginan pria itu. Jantung nya yang terus berdebar membuat dia hanya terpaku di sana. Perutnya terasa tergelitik atas perlakuan Naruto pada bibirnya.

Hinata berusaha mengembalikan kewarasannya. Dia tidak ingin mengulang kesalahan itu lagi di sini. Siapapun bisa melihat mereka sekarang dan itu bisa menjadi masalah besar.

Gadis itu menarik wajahnya. Melepaskan tautan mereka.

"Pergilah! Ini sudah cukup!" Bisik nya dengan pelan.

"Bagaimana jika aku menolak?" Tanya Naruto seraya mengusap anak rambut di pelipis dahi gadis itu.

Hingga menggeleng sarkas.

"Tidak! Kau harus pergi! Akan ada yang menyadari kehadiran mu di sini dan itu akan menyulitkan kita berdua. Tolonglah!"Sangkal gadis itu.

"Aku memang berniat begitu! Salah mu tidak menurut! Kau harus menjaga jarak dengan Sasuke, ingat?! Aku melihat apa yang ingin dia lakukan pada mu tadi. Kau pikir aku akan diam saja setelah melihat itu?" Jelas pria itu panjang lebar.

Hinata melepaskan pelukan pria itu dan beranjak menjauh.

"Kita bukan dalam hubungan dimana kau pantas marah atas apa yang dia lakukan pada ku!" sangkal Hinata dengan nafas yang memburu. Setelah dia sadar sikap Naruto kali ini telah melewati batas.

Pria itu memeluk tubuh Hinata dari belakang. Hinata tidak memberikan penolakan kecuali hanya mendesah lelah.

"Lalu, kau mau hubungan yang seperti apa? Katakan pada ku? Kita sudah melakukannya! Kau tidak bisa berkata tidak untuk itu. Aku akan menikahi mu lebih dulu dari~nya! Apa kau berani melakukannya?"

Pria itu kembali mencium perpotongan leher Hinata. Mengecupnya dengan lembut, menyesap aroma tubuh gadis itu yang seperti Vanila. Hinata tidak bisa menolak, perlakuan lembut pria itu pada tubuhnya membuat dia tidak berdaya. Gadis itu hanya bisa memejamkan matanya sembari menahan nafas sejenak. Merasakan gejolak yang pria itu timbulkan karena sentuhannya.

Sekali lagi, dia menyerah pada apa yang Naruto inginkan. Memberikan apa yang pria itu butuhkan dari dirinya.

'Apa kini dia mulai terbiasa?'

To be continued

1
Aisyah Suyuti
menarik
Aisyah Suyuti
menarik
Novita ariani: terima kasih sudah mampir. semoga bersedia mengikuti kisah ini sampai akhir💙
total 1 replies
Kamiblooper
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Novita ariani: makasih banget udah suka😍😍😍
di tunggu chapter selanjutnya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!