NovelToon NovelToon
Sampai Cinta Menjawab

Sampai Cinta Menjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Penyesalan Suami / Percintaan Konglomerat / Nikah Kontrak
Popularitas:864
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

Demi kabur dari perjodohan absurd yang dipaksakan oleh ayahnya, Azelia Nayara Putri Harrison nekat meminta bantuan dari seorang pria asing yang ditemuinya secara tidak sengaja di jalan.

Namun pria itu bukanlah orang biasa—Zevian Aldric Rayford Steel, pewaris utama keluarga Steel; sosok yang dingin, ambisius, arogan, dan… anehnya, terlalu cepat jatuh hati pada wanita asing yang baru ditemuinya.

Saat Zevian menawarkan pernikahan sebagai jalan keluar dari imbalan yang dia minta, Nayara menyetujuinya, dengan satu syarat: pernikahan kontrak selama 2400 jam.
Jika dalam waktu itu Zevian gagal membuat Nayara percaya pada cinta, maka semuanya harus berakhir.

Namun bagaimana jika justru cinta perlahan menjawab di tengah permainan waktu yang mereka ciptakan sendiri? Apakah Zevian akan berhasil sebelum kontrak pernikahan ini berakhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16: Terpaksa berbohong.

"Calon istri?" gumam Nayara lirih, nyaris tak terdengar, saat perlahan bangkit dari duduknya. Tubuhnya tampak goyah, langkahnya terhuyung karena kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Kepalanya terasa berat, seolah pikirannya masih tertinggal di antara mimpi dan kenyataan setelah tidur yang tidak sempurna di sofa empuk itu.

Dira yang sedari tadi memperhatikan langsung mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Hati-hati," ucapnya refleks, nada suaranya khawatir saat melihat Nayara hampir kehilangan keseimbangan.

"Aku minta maaf... tapi kepala aku pusing," ujar Nayara lemah. Ucapannya terputus karena ia memutuskan untuk kembali duduk, kali ini di sofa tepat di sebelah Zevian. Tangannya bertumpu di paha, mencoba menahan rasa pusing yang menyerang seperti gelombang.

Zevian melirik cepat ke arahnya, tapi tak berkata apa pun.

“Kamu mabuk perjalanan?” tanya Dira dengan suara yang kini jauh lebih lembut. Ia segera berdiri, berpindah duduk ke sisi Nayara, mendekat tanpa ragu. Nayara, yang merasa canggung dikelilingi oleh orang asing, hanya mengangguk kecil.

"Sepertinya… biasanya tidak seperti ini, Nyonya," jawab Nayara sopan sambil menunduk. Meski lelah dan pusing, ia masih menjaga etika. Kalimat itu cukup membuat Dira tersenyum tipis—ada kehangatan aneh yang merambat di dadanya.

Sikap gadis ini begitu berbeda dari para wanita yang pernah dekat dengan Zevian sebelumnya. Ada kesantunan dalam tutur katanya, dan kelembutan dalam caranya bersikap yang terasa menenangkan.

"Sebentar, ya," ucap Dira sembari bangkit, melangkah ke arah dapur dengan langkah sigap namun tenang. Ia mengambil kotak P3K dari salah satu laci, kemudian mengeluarkan sebotol kecil minyak kayu putih dari dalamnya. Saat kembali ke ruang tamu, Dira membuka botol minyak itu perlahan, lalu menatap Nayara sejenak.

"Kulitmu tidak sensitif, kan?" tanyanya, memastikan sebelum bertindak. Tangannya sudah siap menuang minyak ke telapak.

"Tidak," jawab Nayara sambil menggeleng pelan. Ia masih belum sepenuhnya paham situasi yang terjadi, tetapi tak ingin menolak niat baik orang tua Zevian.

"Kemari, biar Mom pakaikan ini," ujar Dira. Suaranya terdengar hangat dan penuh perhatian. Ia meraih tangan Nayara dengan lembut, lalu perlahan mengoleskan minyak kayu putih ke leher bagian belakang, memijatnya pelan dan hati-hati.

Aroma hangat minyak itu langsung menyebar, memberi sedikit kelegaan pada kepala Nayara. Vince dan Vallen yang melihat momen itu hanya saling melirik. Sementara Zevian, diam-diam mencuri pandang ke arah dua wanita di sebelahnya. Ia tak mengucap sepatah kata pun, namun sorot matanya seakan berkata banyak.

Itu adalah pertama kalinya dalam hidup mereka melihat Dira, sang Nyonya Steel yang anggun dan selalu menjaga jarak, begitu perhatian dan tulus memperlakukan seseorang yang belum sepenuhnya resmi menjadi bagian keluarga. Berkali-kali wanita itu menyebut Nayara dengan sebutan "menantu", dan kali ini, tak satu pun yang menyela.

"Terima kasih banyak..." lirih Nayara dengan nada pelan, namun tulus. Suaranya nyaris seperti bisikan, terdengar sopan dan penuh rasa hormat setelah Dira selesai memijat tengkuknya dengan minyak kayu putih.

Dira hanya mengangguk singkat menanggapi ucapan itu, senyum halus tetap terukir di wajahnya. Wajah wanita paruh baya itu menunjukkan ketenangan, namun tatapannya lekat mengamati setiap gerak-gerik Nayara.

"Sudah merasa lebih baik? Ingin sesuatu?" tanya Dira lembut, nada suaranya penuh perhatian seperti seorang ibu yang sedang merawat anaknya.

Nayara hanya menggeleng pelan, menunduk sedikit sebagai bentuk hormat. Ia masih merasa sungkan, terlebih dengan situasi asing yang menyergapnya sejak bangun tidur.

"Siapa namamu?" lanjut Dira, sorot matanya ramah. Ia semakin menyukai anak ini—sikapnya yang santun, pilihan katanya yang terukur, dan ekspresi wajahnya yang tak dibuat-buat.

"Nayara," jawab Nayara ragu. Nada suaranya terdengar hati-hati. Meskipun malu, ia tetap menjaga pandangan agar tidak terlalu menunduk berlebihan.

"Nama yang cantik," ucapnya sebelum kembali melanjutkan, "Kamu mungkin terkejut, ya? Zevian langsung mengajak serius, padahal hubungan kalian baru saja dimulai." Ujar nya yang membuat Nayara menunduk. Bibirnya mengatup rapat. Ia tidak tahu harus menjawab apa, namun anggukan kecil cukup memberi jawaban. Entah mengapa, saat berada di dekat Dira, ia seperti merasa kembali pada sosok almarhumah ibunya. Kehangatan itu menampar perasaannya secara perlahan namun dalam.

"Mommy—ibu Zevian," ucap Dira sambil menepuk dadanya pelan. "Itu adiknya Zevian," lanjutnya sambil menunjuk ke arah Vallen yang sedang memeluk bantal sambil cemberut di ujung sofa. "Dan itu suami Mommy," tambahnya sambil menoleh ke arah Vince yang hanya diam, menonton suasana tanpa banyak reaksi.

"Ah… iya," ucap Nayara kikuk. Ia tersenyum tipis, bingung bagaimana harus membalas perkenalan itu dalam situasi yang terasa mendadak dan ganjil. Dira melanjutkan, kini nadanya lebih serius, tetapi tetap ramah.

"Kami memang ingin Zevian segera melangkah ke jenjang yang lebih serius. Usianya sudah tidak bisa lagi diajak bermain-main dengan waktu. Mommy harap kamu bisa menerima keputusannya, meski terasa mendadak." Ia menatap Nayara dalam, lalu bertanya lagi dengan ketertarikan tulus.

"Oh iya… kamu masih berkuliah atau sudah bekerja?" Tanya Dira lagi, dia tidak henti hentinya bertanya, hal itu sempat membuat Nayara terdiam sejenak. Matanya melirik Zevian sekilas—entah meminta izin atau mencari kekuatan. Ia lalu menarik napas sebelum menjawab pelan.

"Aku masih kuliah… mengambil jurusan kedokteran." ujar nya ragu, dia menatap Zevian sekilas.

"Kedokteran?" Dira tampak kagum.

"Iya. Aku kuliah di Universitas Indonesia, sekarang sudah masuk tahun terakhir. Jadi… sedang menyelesaikan tugas akhir sambil menunggu jadwal koas," lanjut Nayara, kali ini sedikit lebih lancar karena Dira terlihat benar-benar tertarik mendengar.

“Wah… luar biasa. Tidak mudah bertahan di jurusan itu. Mommy tahu, kuliah di kedokteran itu berat sekali.” Ujar nya yang membuat Nayara hanya mengangguk sopan, merasa malu dipuji seperti itu. Pipinya bersemu pelan, dan ia menunduk lagi, mencoba menyembunyikan ekspresi gugupnya. Melihat semua itu, Dira semakin yakin: gadis ini bukan orang biasa. Dan mungkin—untuk pertama kalinya dalam hidup Zevian—pilihannya benar.

"Jangan canggung pada kami, anggap saja keluarga sendiri," ujar Dira sembari mengusap lembut punggung tangan Nayara. Sentuhan hangat itu membuat tubuh Nayara sedikit tersentak, namun ia tak menepis. Ia menatap wajah wanita paruh baya itu—penuh kelembutan, namun dengan sorot mata yang menyiratkan harapan besar.

Untuk sesaat, Nayara terdiam. Pandangannya terperangkap dalam mata Dira, menyadari bahwa wanita ini benar-benar serius dan tulus dalam ucapannya. Hatinya terasa menghangat, namun sekaligus berat. Ia kini benar-benar mengerti mengapa Zevian tiba-tiba berkata ingin langsung serius. Semua ini bukan sekadar sikap impulsif. Ada tekanan, ada ekspektasi, dan ada keluarga yang menanti.

"Ah… iya. Maafkan aku, Nyonya. Aku hanya sedikit bingung karena bangun di tempat yang asing," ucap Nayara gugup.

Sementara itu, Zevian yang sejak tadi hanya duduk diam, menarik napas panjang dengan pelan. Sorot matanya tidak bisa menyembunyikan rasa lega yang besar. Ia bersyukur Nayara cukup bijak untuk memahami situasi. Dalam hatinya, ia mengakui bahwa gadis ini memang bukan sembarang wanita. Padahal sebelumnya, ia khawatir Nayara akan langsung jujur, mengatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan apapun, bahwa pertemuan mereka hanyalah sebuah kebetulan.

"Panggil 'Mommy'," ujar Dira pelan namun tegas. Sebuah permintaan yang terdengar seperti pernyataan penerimaan. Nayara terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.

"Baik... Mommy," ujarnya dengan suara nyaris berbisik. Vallen yang sejak tadi memperhatikan dengan senyum ceria, akhirnya angkat suara.

"Aku Vallen, Kakak. Semoga kita bisa dekat," ucapnya riang, nada suaranya begitu tulus. Seperti anak kecil yang mendapat hadiah baru.

"Akh, iya... aku Nayara. Kamu bisa panggil aku Naya," ucap Nayara, kali ini sedikit lebih percaya diri. Senyuman tipis menghiasi wajahnya, meskipun masih terasa ragu-ragu.

"Boleh aku peluk, Kak?" tanya Vallen dengan nada manjanya yang khas. Matanya berbinar, penuh harap.

Nayara tak langsung menjawab. Ia terdiam sejenak, lalu mengangguk perlahan dan merentangkan kedua tangannya. Vallen langsung memeluknya dengan hangat, dan Nayara pun membalasnya. Pelukan itu terasa lebih dari sekadar sapaan. Itu adalah penerimaan.

"Kak, kamu wanita pertama yang dibawa Kak Zevian ke rumah, dan Mommy langsung menerimamu. Aku harap kita bisa menjadi keluarga, ya. Mommy sangat berharap Kak Ze segera menikah… sedari dahulu," bisik Vallen pelan di telinga Nayara, masih dalam pelukannya.

Nayara membeku.

Kata-kata itu menghantam pikirannya seperti palu besar. Menikah? Hatinya seketika bergemuruh. Ia selalu menghindari topik itu. Kata ‘menikah’ baginya seperti jerat, seperti belenggu yang menakutkan. Dan kini, apakah ia benar-benar harus menikah? Dengan pria yang baru ia kenal beberapa hari?

Matanya kosong sejenak. Hatinya penuh tanya. Di tengah pelukan hangat itu, Nayara justru merasa dingin di dalam. Hanya satu suara berbisik lirih dalam batinnya:

Apakah aku benar-benar harus menjadi istrinya?

“Mom, kami pamit duluan, ya. Kamar kami sudah siap, kan?” tanya Zevian dengan nada lelah. Ia memutar sedikit bahunya yang kaku dan menyentuh pelipisnya sejenak. Raut wajahnya menggambarkan penat yang menumpuk seharian ini.

Vallen yang masih memeluk Nayara perlahan melepaskan pelukannya, lalu menoleh ke arah Zevian. Belum sempat dia bicara, Dira lebih dulu menyahut dengan senyum yang tak pernah benar-benar surut sejak tadi.

“Nah, betul itu. Ini sudah malam, jadi pergilah istirahat, Nak. Dan... panggil aku Mommy, dan dia Daddy—jangan Tante dan Om. Karena mulai malam ini, kamu adalah putri kami juga,” ucap Dira sembari mengusap lembut kepala Nayara.

Sentuhan itu tidak hanya terasa di kulit, tapi juga menembus hingga ke hatinya. Ada sesuatu dalam tatapan hangat wanita paruh baya itu yang membuat Nayara tercekat. Entah kenapa, ia langsung merasa diterima, seolah-olah memang telah menjadi bagian dari keluarga ini sejak lama.

“Terima kasih…” lirih Nayara. Suaranya nyaris tak terdengar, seperti gumaman dari bibir yang ragu dan hati yang gundah.

Namun di balik ucapan itu, pikirannya berputar tak karuan. Hatinya gelisah, apalagi setelah mendengar kembali tentang pernikahan. Ia ingin sekali berteriak, menolak semua yang terjadi begitu cepat. Dia belum siap! Dia bahkan belum mengenal Zevian dengan baik! Tapi saat menatap wajah Dira—wajah hangat yang dipenuhi harapan—keinginan itu langsung luruh.

“Eh, tapi… kalian jangan tidur bersama dulu. Kalian belum menikah,” ujar Dira tiba-tiba, dengan nada mengingatkan.

“Kami tidak akan macam-macam,” sahut Zevian cepat, mencoba menenangkan ibunya. Namun Dira tetap bersikeras, mengulang.

“Kalian belum menikah, Ze. Harus tahu batas.” Ujar Dira yang membuat Vince yang sejak tadi lebih banyak diam, akhirnya ikut angkat suara.

“Biarkan saja. Beberapa hari lagi mereka juga akan menikah.” Suaranya tenang, penuh kepercayaan terhadap putranya. Seolah itu adalah hal sepele yang tak perlu dikhawatirkan. Zevian hanya menanggapi dengan senyum tipis, lalu menoleh pada Nayara.

“Ayo, Nay! Good night, Mom, Dad.” pamit nya yang membuat Nayara yang masih melamun. Matanya kosong seolah jiwanya tertinggal di belakang, terperangkap dalam lautan pertanyaan yang belum sempat ia jawab.

Tanpa sadar, Zevian meraih jemari Nayara dan menggenggamnya lembut. Sentuhan itu membuat Nayara tersentak pelan, kembali ke dunia nyata. Tatapan mereka bertemu. Dalam tatapan itu, Nayara tak menemukan paksaan—hanya ketenangan yang pelan-pelan mengikis resahnya.

Tanpa sepatah kata pun, ia berdiri dan berjalan di samping pria itu, meninggalkan Dira, Vince, dan Vallen di ruang tamu yang kini terasa lebih hangat daripada sebelumnya. Namun di dalam hati Nayara, suhu itu belum berubah. Masih dingin, masih penuh pertanyaan. Apakah benar ini yang seharusnya ia jalani?

“Sejak kapan anak itu jadi bucin seperti itu?” gumam Dira sambil menatap suaminya dengan tatapan geli, mata cokelatnya berbinar lembut di bawah cahaya lampu gantung kristal yang menyala hangat.

“Sepertinya dia memilih wanita yang tepat,” sahut Vince, menoleh sejenak pada Dira, lalu tersenyum tipis. Suaranya tenang, namun mengandung keyakinan penuh.

“Aku menyukainya. Sifat dan bahasanya... sopan, lembut, dan penuh rasa hormat,” tambah Dira sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. Wajahnya tampak teduh, seolah baru saja menemukan sesuatu yang sudah lama ia harapkan. Vince mengangguk kecil, lalu bangkit dari duduknya. Ia menggenggam ponselnya dan melangkah pelan.

“Aku setuju. Ayo tidur, aku mengantuk. Vallen, cepat mandi dan istirahat.” ujar nya lalu dengan langkah santai, Vince berjalan menuju kamar pribadinya di lantai dasar, sementara Dira dan Vallen masih duduk sejenak, menikmati ketenangan malam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!