 
                            Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Dicurigai
Fey merangkak menuju lubang sempit itu. Di bantu Axcel, ia memasuki lubang yang hanya cukup untuk badannya. Pergerakannya pun sangat terbatas, namun ia berusaha agar segera bisa menyelamatkan Papa Abraham.
"Papa, sabar ya, Pa. Fey pasti akan selamatin Papa." Batin Fey yang berteriak.
Fey mempercepat pergerakannya. Begitu berhasil melewati celah, Fey yang kini berada di bagian belakang si perampok, mengambil ancang - ancang untuk melompat dan menjatuhkan si perampok.
Fey pun memberi kode pada anggota polisi yang berjaga, juga Axcel yang baru masuk di ruang penyanderaan. Semua orang tampak harap - harap cemas, terlebih perampok itu mengancam akan menembak jika tak segera di berikan uang.
Buughh!
Fey melompat dan langsung menendang tengkuk si perampok hingga perampok itu jatuh tersungkur. Axcel dan beberapa anggota polisi yang berjaga segera mengambil pistol dan mengamankan si perampok.
Papa Abraham pun selamat walaupun sempat ikut terpental saat Fey menendang si perampok. Tenaga kesehatan yang ada di sana, segera membawa Papa Abraham dan para sandera yang terluka ke Rumah Sakit untuk mendapat pengobatan.
"Lo gak apa - apa?" Tanya Axcel.
"Aman." Jawab Fey sambil mengacubgkan jempolnya.
"Lo balik duluan aja, Fey." Ujar Axcel.
"Gak apa - apa, Kak, kalo gue balik duluan?" Tanya Fey.
"Iya, biar gue selesain yang di sini. Gue tau kalo lo khawatir banget sama Papa Mertua lo." Jawab Axcel yang mengerti bagaimana kedekatan Fey dengan Mertuanya.
"Thank's ya, Kak. Gue duluan, nanti supirnya gue suruh balik ke sini lagi." Ujar Fey yang di jawab anggukan oleh Axcel.
Fey pun segera menuju ke mobil mereka. Setelah sampai di Markas, Fey segera berganti pakaian dan langsung meraih ponsel yang tak ia bawa.
Di ponselnya sudah ada banyak jejak panggilan dari Gian. Fey kemudian mendial nomor Gian yang sedari tadi menghubunginya.
"Hallo." Sapa Fey saat Gian mengangkat panggilannya.
"Kamu dimana, Sayang? Kok gak angkat telfonku?" Tanya Gian.
"Maaf, Kak. Aku ada meeting penting sama klien. Ada apa, Kak?" Tanya Fey pura - pura bodoh.
"Papa di Rumah Sakit." Jawab Gian.
"Kenapa? Jantung Papa kambuh lagi ya? Kondisinya gimana? Papa baik - baik aja kan, Kak?" Tanya Fey yang tentu saja kembali berakting.
"Panjang ceritanya, Sayang. Iya, sakit jantung Papa kambuh. Kamu kesini aja, nanti aku ceritain. Aku kirim lokasi Rumah Sakitnya." Ujar Gian.
"Iya, Kak. Aku kesana sekarang." Jawab Fey sebelum menyudahi panggilan telfonnya.
Fey segera mengendarai mobilnya menuju ke Rumah Sakit. Begitu sampai, ia segera pergi ke ruangan VVIP tempat Papa Abraham di rawat.
Fey menatap wajah Papa Abraham yang sedang tertidur. Masih tergambar jelas di ingatannya bagaimana wajah tegang Papanya saat perampok menodongkan pistol di kepala Papa Abraham.
Hatinya pun merasa bersalah karna terlalu lama bertindak, membiarkan Papa Abraham berada dalam sanderaan selama lebih dari satu jam.
"Ma, Kak. Papa gimana kondisinya?" Tanya Fey dengan suara pelan.
"Udah baik - baik aja kok, Fey. Kamu gak usah terlalu khawatir, ya." Jawab Mama Mila.
"Kenapa sakitnya bisa kambuh? Apa ada masalah di Perusahaan?" Tanya Fey yang tentu saja kembali berakting.
Gian menepuk sofa di sebelahnya, meminta Fey yang wajahnya nampak begitu khawatir itu duduk di sebelahnya. Fey pun menurut, ia beranjak dari sisi ranjang dan duduk di sebelah Gian.
"Kamu dengar berita perampokan di Bank pagi ini?" Tanya Gian yang di jawab gelengan oleh Fey.
Gian kemudian membuka ponselnya dan menunjukkan vidio berita yang ia maksud pada Fey.
"Papa jadi salah satu korban sandera. Kata Papa, Papa juga di ancam pistol oleh perampok saat satu persatu rekannya tumbang karna tembakan dari tim penyelamat yang bersembunyi." Cerita Gian. Fey pun mendengarkan dengan serius apa yang di ceritakan Suaminya.
"Kamu tau, Sayang? Salah satu tim penyelamat yang berpakaian sangat tertutup itu sepertinya wanita. Dia memanjat bangunan Bank memakai tali dengan membawa senapan laras panjang." Ujar Gian.
Gleeg...
Fey menelan ludah dengan susah payah. Ia merasa was - was, jantungnya pun berdebar kencang.
"Memang ada, Kak? Kak Gian lihat?" Tanya Fey yang masih berusaha menghilangkan kegugupannya.
"Ada, Sayang. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Geraknya gesit dan lincah." Jawab Gian.
"Iya, Fey. Kata Papa, orang yang menyelamatkan Papa juga seorang perempuan. Dia melompat dan menendang si perampok sampai pistol di tangan perampok itu terlepas dan perampoknya tersungkur. Papa juga jadi terpental, tapi untungnya gak terluka. Papa shock dan akhirnya sakit jantungnya kambuh." Mama Mila ikut menimpali.
"Papa lihat orang yang nyelametin Papa?" Tanya Fey penasaran.
"Iya, Papa lihat. Cuma saja, pakaiannya tertutup sekali. hanya terlihat mata wanita itu saja. Tapi, kenapa Papa bilang kalo matanya mirip kamu ya, Fey?. Papa saja sampai penasaran, sayangnya perempuan itu langsung pergi waktu perampoknya sudah berhasil di amankan." Cerita Mama Mila yang membuat Fey makin ketar - ketir.
"Tapi, emang keren banget sih perempuan itu. Manjat tembok yang tinggi aja lincah banget, gak ada takut - takutnya." Timpal Gian.
"Anehnya, dari sekian banyak petugas, kenapa cuma dua orang itu ya, yang berpakaian bener - bener tertutup? Apa mereka sengaja nyembunyiin identitas mereka?" Tanya Gian.
"Mungkin mereka itu Agen Khusus gitu, Ian. Makanya mereka pake pakaian tertutup. Andai Mama bisa ketemu, Mama bakal ngucapin banyak - banyak terima kasih sama orang yang nyelametin Papa. Apa lagi katanya perempuan, kan? Bakal Mama traktir belanja barang branded sih, pastinya." Ujar Mama Mila.
"Ini, Ma. Ada di depanmu, perempuan yang nyelamatin Papa." Seru Fey. Namun sayang, seruan itu hanya bisa ia dengar sendiri.
"Jadi penasaran sama orang juga wajahnya. Pasti latihan mereka juga berat, bisa gerak gesit gitu. Padahal bawa senapan laras panjang juga loh." Kata Gian.
"Semua latihan militer itu kan berat, Kak. Apa lagi mereja yang tim - tim khusus gitu. Katanya sih bisa tiga kali lebih berat latihannya." Sahut Fey.
"Wah! Jadi makin penasaran dan pingin cari tau, dua orang itu siapa. Apa lagi orang yang nyelametin Papa." Kata Gian.
"Kenapa, Sayang?" Tanya Gian saat melihat Fey yang menatapnya dengan tajam.
"Gak apa - apa." Jawab Fey sambil membuang wajahnya.
"Kamu cemburu ya?" Goda Gian yang membuat Fey kembali melirik sinis ke arahnya.
"Bilang dong kalo cemburu. Aku suka kok kalo di cemburuin istriku." Kekeh Gian sambil menowel dagu Istrinya.
"Gak usah GeEr ya Kak Gian." Sahut Fey dengan malas.
"Aduduh, bisa cemburu juga istriku sama cewek yang bahkan aku belum lihat wajahnya. Kalo ketemu, cuma mau bilang terima kasih aja kok." Kekeh Gian yang mendapat lirikan sinis dari Fey.
"Bukan cemburu, Giantara! Aku takut kamu benar - benar cari tau siapa perempuan yang nyelametin Papa. Perempuan itu kan aku." Batin Fey yang berteriak - teriak.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya