NovelToon NovelToon
Selalu Mengingatmu

Selalu Mengingatmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:379
Nilai: 5
Nama Author: Fayylie

Olivia pernah memberanikan diri melakukan hal paling gila di hidupnya: menyatakan perasaan ke cowok populer di sekolah, Arkana. Hasilnya? Bukan jawaban manis, tapi penolakan halus yang membekas. Sejak hari itu, Olivia bersumpah untuk melupakan semuanya, terlebih dia harus pindah sekolah. Namun, dia pikir semua sudah selesai. Sampai akhirnya, takdir mempertemukan mereka lagi di universitas yang sama.
Arkana Abyaksa—cowok yang dulu bikin jantungnya berantakan. Bedanya, kali ini Olivia memilih berpura-pura nggak kenal, tapi keadaan justru memaksa mereka sering berinteraksi. Semakin banyak interaksi mereka, semakin kacau pula hati Olivia. Dari sana, berbagai konflik, candaan, dan rasa lama yang tak pernah benar-benar hilang mulai kembali muncul. Pertanyaannya, masih adakah ruang untuk perasaan itu? Atau semuanya memang seharusnya berakhir di masa lalu? Dan bagaimana kalau ternyata Arkana selama ini sudah tahu lebih banyak tentang Olivia daripada yang pernah dia bayangkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fayylie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 16

Di dalam kamar, cuma ada mereka berdua. Sunyi, tipis jaraknya, dan tanpa sadar atmosfer makin aneh. Olivia duduk dengan punggung setengah nempel ke kursi, tangannya masih pegang ponsel Arka yang tadi dipakai buat ngelihat foto ibunya. Arka di sampingnya, sandar agak santai, tapi matanya jelas-jelas nggak sketsanya, melainkan ke wajah Olivia yang lagi serius menatap layar.

Tiba-tiba, pas Olivia menengok kepala sedikit, jarak mereka cuma sejengkal. Nafasnya nyaris ketemu. Jantungnya kebanting. Detik itu juga, waktu kayak jalan lambat.

Arka juga nggak mundur. Tatapannya dalam, senyum tipis yang entah kenapa bikin Olivia kaku.

Gila, ini kenapa jadi kayak gini? Olivia nyaris refleks menutup jarak yang tinggal sekian senti. Tapi—

DRRTT. DRRTT. DRRTT.

Suara dering telepon nyelak kayak alarm kebakaran. Olivia langsung kaget, mundur, hampir ngejatuhin ponsel dari tangannya.

Arka dengan santai nengok ke layar ponsel. Nama yang muncul bikin suasana mendadak lebih aneh lagi.

Laura.

Olivia refleks kedip beberapa kali. “Laura? Itu… Laura kan? Pacar lo?” suaranya naik satu oktaf, antara kaget, panik, dan… sebel.

Arka diem, nggak langsung ngambil ponselnya. Telepon itu masih bunyi. Olivia refleks nyodorin, “Tuh, angkat. Jangan sampe ntar ribut gara-gara nggak lo angkat. Gue juga mau lanjut sketsa, kirim aja fotonya ke HP gue.”

Tapi bukannya ngetap tombol hijau, Arka malah nge-swipe ke merah. Telepon langsung mati. Hening.

Olivia bengong. “Eh? Kok ditolak?”

Arka dengan enteng balikin ponselnya ke Olivia. “Yaudah, pake lagi. Biar lo bisa lanjut gambar.”

Olivia masih bengong setengah marah. “Lo waras nggak sih, Ka? Kalo doi tau lo nolak telponnya gara-gara… ya gara-gara gue mau gambar, apa nggak bahaya tuh?”

Arka malah nyengir kecil. “Kalo gue nggak angkat, artinya gue lagi sibuk. Simpel kan.”

“Yaelah, jangan ngeles. Sibuk apaan coba? Emangnya gue bikin model sketsa lebih penting daripada cewek lo?” Olivia memelototinya, suaranya kedengeran kayak protes beneran.

Arka nggak jawab, cuma angkat alis dan senyum tipis. “Lo tadi yang mau lanjut gambar. Gue kasih kesempatan. Salah?”

“Ya tapi—” Olivia ngehela napas keras. “Gila, gue jadi ngerasa bersalah tau nggak. Serius, kalo Laura sampe marah, lo siap-siap aja deh. Jangan nyalahin gue.”

Arka nyender lagi ke kursi, tatapannya lurus ke depan. “Tenang aja. Kalo ada yang salah, itu salah gue. Bukan lo.”

Kalimat itu bikin Olivia stuck. Kok jawabannya tenang gitu? Tapi bukannya bikin lega, justru bikin dia makin gondok.

“Dasar ngeselin lo, Ka,” gumamnya pelan sambil narik nafas panjang. “Yaudah, sini. Gue mau gambar lagi. Kirim dulu fotonya ke HP gue.”

Arka angkat bahu, lalu dengan cepat ngetap layar, share foto itu ke ponsel Olivia.

“Udah. Sekarang lo bisa lanjut. Jangan drama lagi.”

Olivia manyun, tapi akhirnya beneran fokus lagi sama sketsa. Dia buka aplikasi di ponselnya, liatin foto wajah ibunya Arka, lalu mulai coret-coret pakai stylus.

Suasana di kamar asrama jadi agak hening. Sesekali Olivia ngelirik ke samping. Arka diem aja, tapi jelas-jelas lagi ngamatin dia dari sudut mata.

“Ngapain lo liatin gue mulu?” Olivia nyeletuk tanpa ngangkat kepala.

Arka cuma senyum tipis. “Nggak boleh?”

“Nggak.”

“Yaudah, gue tetep liatin.”

“Ka!” Olivia nengok dengan muka sewot. Tapi Arka malah nyengir makin lebar, jelas banget sengaja bikin dia kesel.

“Serius deh, lo tuh nyebelin banget.” Olivia balik lagi ke kertas kanvas, mencoba cuek. Tangannya sibuk narik garis, ngatur shading.

Arka diem beberapa detik, lalu nanya dengan nada ringan. “Lo suka nggambar kayak gini ya? Santai banget mukanya.”

Olivia masih fokus. “Iya lah. Nggambar tuh kayak… tempat gue ngeluarin isi kepala. Nggak harus kata-kata, cukup garis. Beres.”

“Hmm.” Arka menatap lekat-lekat ke wajahnya yang serius. “Kayaknya gue jarang liat lo seserius ini. Lucu juga.”

Olivia nyaris salah gores. “Apaan sih. Jangan ganggu.”

“Tapi gue nggak ganggu.”

“Ganggu. Lo liatin gue mulu tuh ganggu.”

Arka ketawa kecil. “Yaudah, pura-puranya gue nggak ada.”

“Emang gue berharap lo nggak ada dari tadi.”

“Buset, tega amat.”

“Biar lo diem.”

Arka mengangkat tangan, pura-pura menyerah. Tapi senyum di wajahnya nggak hilang. Dia sandar lebih dalam, tetap ngeliatin Olivia yang sibuk dengan layar ponselnya.

Beberapa menit berlalu, Olivia mulai nemuin flow-nya. Goresan demi goresan membentuk detail wajah ibu Arka. Matanya fokus, bibirnya kadang bergerak kecil seolah ngeluarin komentar internal.

Arka sesekali nyeletuk. “Eh, kok alisnya agak beda? Nyokap gue aslinya nggak setajam itu loh.”

Olivia mendelik. “Sssh. Lo diem. Gue yang gambar, gue yang tau.”

Arka ngakak pelan. “Oke deh, maestro.”

Olivia ngibasin tangannya kayak ngusir nyamuk. “Diam, Ka. Seriusan.”

Lalu, beberapa menit kemudian, Olivia berhenti sejenak, stretching tangannya. “Duh, tangan gue pegel.”

Arka langsung gercep. “Mau gue pijitin?”

Olivia langsung nengok dengan tatapan tajam. “Enggak usah. Gue masih normal.”

Arka nyengir. “Yakin? Ntar tangan lo kaku loh.”

“Ka, sumpah ya…” Olivia balikin fokus ke layar. “Daripada mulut lo nggak berhenti, mending lo pergi aja gih.”

“Nggak ah. Gue pengen liat hasilnya.”

“Ya liat aja diem-diem. Jangan ribut.”

“Siap, bos.”

Suasana jadi agak tenang. Olivia beneran fokus sampe akhirnya detail wajah di layar mulai kelihatan jelas. Arka yang dari tadi ngamatin akhirnya bungkam, cuma sesekali mengangguk kecil.

Nggak lama kemudian, Olivia sadar Arka udah nggak nyeletuk lagi. Dia nengok sekilas ke samping—dan ternyata Arka udah merem, kepalanya miring sedikit, napasnya teratur. Tidur.

Olivia terdiam. Ada rasa aneh nyelip di dadanya. Cepet banget sih dia tidur…

Dia taro stylus sebentar, merhatiin wajah Arka. Dari dekat, garis rahangnya jelas, bulu matanya lumayan panjang, dan ada senyum tipis yang masih nyisa walau dia udah ketiduran.

“Hhh… ngeselin tapi kok damai banget liat lo gini.” Olivia bisik pelan, nyaris nggak keluar suara.

Pelan-pelan, dia geser badannya, narik selimut tipis dari kursi belakang. Dengan hati-hati, dia nutupin badan Arka biar nggak kedinginan.

Sebelum balik ke kursinya sendiri, Olivia sempet nunduk sedikit, ngeliatin wajah cowok itu lebih dekat. Dulu… waktu SMA, Olivia nggak pernah kepikiran bakal ada momen kayak gini lagi. Dan sekarang… malah gini.

Dia tarik nafas panjang, lalu balik ke tempatnya. Matikan layar ponsel, taruh di meja kecil, lalu rebahan ke ranjang sebelah.

Lampu kamar asrama itu remang, sunyi, cuma suara napas dua orang di dalamnya.

Malam itu, Olivia akhirnya merem juga. Tapi sebelum benar-benar terlelap, pikirannya masih muter di satu hal, kenapa Arka bisa dengan entengnya nolak telepon dari Laura barusan.

Dan entah kenapa, meski harusnya kesel, ada bagian kecil dalam dirinya yang merasa… seneng.

1
Sara la pulga
Gemesinnya minta ampun!
Nụ cười nhạt nhòa
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
°·`.Elliot.'·°
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!