Liburan yang menyenangkan berakhir hancur tersapu ombak akibat hal kecil.
Begitu musim panas di mulai, dua wanita muda, Chai Tea dan Cherry memutuskan pergi berlibur ke pulau, menikmati pantai yang indah.
Namun bukannya mendapat liburan, keduanya malah dihujani banyak masalah yang membuat mereka berdua terjebak di pulau itu dengan cinta penuh misteri.
••••
Novel ini pernah dibikin komik dengan judul berbeda tapi gak dilanjut lagi, kalau pernah liat itu ada di akun lain.
mampir juga di "Rumah 288" dan "Amora world of battle"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
[Lagi-Lagi Bertemu Dengannya]
Setelahnya, jam menunjukkan pukul satu pagi, Chai Tea membolak-balikkan tubuh di atas kasur dengan gelisah karena tidak bisa tidur, di dalam pikirannya hanya terpikirkan tentang uang yang semakin menipis, tak berapa lama lagi uang itu akan habis untuk kebutuhannya sehari-hari.
Chai Tea pun beranjak dari tempat tidurnya, berinisiatif untuk berjalan-jalan di luar sebentar, begitu dirinya merasa lelah maka ia akan segera mengantuk, cara ini begitu efektif untuknya yang sering insomnia di malam hari.
Di luar begitu sepi, hanya terdengar suara gemuruh jangkrik di semak-semak. Chai Tea berjalan santai menuju dermaga kayu yang ada di pinggir pantai, ia kemudian duduk sambil mencelupkan kakinya ke dalam air yang hangat.
Binar terang muncul di pupil matanya ketika memandangi lampu-lampu bercahaya dari kapal nelayan di tengah laut yang sedang menjaring ikan-ikan besar dari kejauhan. pemandangan ini lebih indah daripada gemerlap lampu kota.
________
Entah sudah berapa lama, kini matanya mulai mengantuk, beberapa kali ia menguap sampai-sampai wajahnya basah akan air mata. Tak hanya merasa mengantuk, Chai Tea juga dibuat menggigil akibat hembusan dingin menusuk kulitnya.
Dirasa sudah cukup lama, Chai Tea pun beranjak pergi meninggalkan dermaga dan berjalan kembali ke rumahnya. Saat ia sudah berdiri di depan pagar halaman, mendadak perhatian Chai Tea teralihkan pada sebuah motor tua yang sudah usang, terparkir di halaman seberang.
"Motor siapa itu? Bukannya sebelum ke dermaga aku tidak melihat ada motor itu di sana?"
"Terlebih lagi rumah di seberang awalnya terlihat gelap, tahu-tahu sekarang jadi terang."
"Ah! Mungkin kerabat Nona Kane." Gumam Chai Tea, berusaha tak peduli, lalu membalikkan badan.
"Swish-swish!" Terdengar suara kain basah dikibaskan.
Mendengar ada suara dari lantai atas, Chai Tea pun menjadi penasaran. Mendekat ke pagar lalu memusatkan padangan. Tampak seorang pria muda sedang menggantung pakaian di balkon.
Dengan badan setengah telanjang, hanya berkenakan selebar handuk putih bertengger di bawah pinggangnya. Baru selesai mandi, Sky langsung menggantung pakaian di atas tali jemuran seperti malam-malam biasanya karena pagi tak ada waktu untuk mencuci baju.
Ia mengacak-acak dan mengibaskan rambutnya yang masih basah. Tanpa tahu bila dirinya sedang diperhatikan dengan sosok yang cukup menawan jika dilihat dari atas.
Sku baru saja pulang berkerja dan tidak tahu bila ada tetangga baru saja pindah di seberangnya. Sky hanya tahu bila hanya dia sendiri yang tinggal di komplek ini.
Kemudian, secara tak sengaja matanya menangkap kehadiran seseorang yang sedang berdiri di depan pagar halaman. Sontak Sky langsung mengambil baju dari keranjang yang sudah kering untuk menutupi bagian badannya. Terburu-buru mengenakan kaos berwarna hitam.
"Apa liat-liat?" Tegur Sky pada Chai Tea yang sedari tadi melongo dan menatap dirinya tanpa henti.
"Aku sedang melihat bulan. Tuh ada di atas rumahmu." Dalih Chai Tea yang kepergok, berusaha tenang.
"Tunggu di sana!" Ucap Sky lalu bergegas masuk ke dalam ruangan sambil mengenakan celana pendeknya. Setelahnya ia pergi keluar rumah untuk menghampiri Chai Tea.
"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Tanya Sky, menukik bingung.
"Kamu sendiri kenapa bisa tinggal di perumahan mewah ini?" Tanya balik Chai Tea, keheranan karena tahu bila Sky hanyalah sebagai pria yang biasa bekerja serabutan.
"Aku berkerja di sini... Sebagai pemotong rumput pribadi." Sahut Sky, sedikit berbohong agar tak dicurigai.
"Oh begitu ya?"
"Aku melihatmu selalu bekerja keras, apakah kamu sedang kesulitan ekonomi?"
"Tidak, aku hanya ingin membantu saja. Saat awal musim panas pulau ini diramaikan wisatawan yang berkunjung, akibanya banyak tenaga kerja mulai kewalahan." Ucap Sky dengan jujur.
Tapi tak hanya sendiri, Sky juga memperkerjakan banyak bawahan yang menyamar untuk membantu bistro dan kafe kecil.
"Jadi tolonglah jangan dekat-dekat denganku ketika aku sedang bekerja! Kamu sudah beberapa kali mengacaukannya."
Tanpa terduga, tiba-tiba Sky menjitak pelan dahi Chai Tea yang selalu saja merepotkannya. Tindakan itu seolah hubungan mereka sangat dekat.
"Aduh! Maaf, aku janji akan menjauh sejauh mungkin darimu saat sedang bekerja."
Chai Tea mengusap-usap dahinya sambil tertawa kecil, ia juga merasa sedikit canggung berada dihadapan Sky akibat merasa tak enak perihal insiden tadi pagi.
"Lupakan saja! Sekarang pulanglah!" Usir Sky seraya berbalik badan.
Kemudian, ia menutup pagar kembali dan mengunci wanita itu diluar. Lalu Sky berjalan pergi meninggalkan Chai Tea karena dirinya sangat lelah, ingin segera beristirahat setelah seharian bekerja, apalagi besok pagi ada pekerjaan besar yang harus ditangani bersama bapak-bapak desa.
"Sky, selamat beristirahat! Semoga kamu bermimpi indah malam ini!" Ucap Chai Tea dari balik pagar.
Sky terhenti melangkah lalu berbalik menatap wanita itu. Mendapatkan ucapan selamat dan senyuman manis darinya membuat rasa letih yang Sky rasakan seakan memudar. Tapi tak ingin terlalu akrab dengannya, tanpa membalas ucapan Chai Tea Sky berbalik lalu pergi begitu saja.
___________
Sekembalinya ke kamar Chai Tea langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dan bersiap untuk tidur. Ia menyelubungi seluruh badan yang kedinginan sehabis dari luar mengunakan selimut tebal, rasa hangatnya memberikan kenyamanan.
Baru saja akan memejamkan mata, Chai Tea terbelalak setelah teringat kembali pada tubuh Sky yang terlihat cukup menawan itu. Ia menyeringai sambil juga cekikikan. Chai Tea mengambil bantal lalu menutup wajahnya, sambil memekik keras, melepaskan rasa gembiranya.
"Chai, sadarlah! Kenapa kamu berpikiran kotor seperti ini."
Chai Tea berusaha menyadarkan dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk pipi yang terasa panas.
_________
Di hari kedua dirinya berada di pulau, Chai Tea yang sudah bangun awal kini berjalan menuju balkon sambil membawa teh hijau hangat, ia lalu duduk di bangku yang berdekatan dengan pagar sambil menikmati sarapan di depan laptop kerja.
Chai Tea berkutat serius mencari lowongan pekerjaan disekitar sini, hitung-hitung menambah uang jajan yang semakin menipis, bahkan semua perhiasan telah dijual masih belum cukup untuknya.
Tampak ada banyak tempat sedang membutuhkan karyawan sama seperti yang dikatakan oleh Sky. Tapi ia kurang puas karena rata-rata gaji yang ditawarkan dalam sehari terbilang terlalu kecil baginya.
Jika dibandingkan dengan Cherry, dia dapat menghasilkan uang jutaan perbulan hanya dari konten mukbang ekstrim di sosial media. Namun Chai Tea bukanlah selebgram ataupun konten kreator sehingga dirinya tak akan bisa melakukan sesuatu di depan kamera seperti yang Cherry lakukan.
Disela-sela itu, ia menghitung-hitung kembali uang simpanannya yang hanya tersisa jutaan saja, Chai Tea termenung dalam diam sejenak. Padangan matanya menjadi kosong.
Kemudian, satu tegukan teh hangat mengalir dalam tubuhnya memberikan sedikit ketenangan walau sejenak. Sedetik kemudian hirupan teh terhenti pada saat Chai Tea mendapatkan panggilan dari Cherry.
"Cher, ada apa?" Ucap Chai Tea, tak semangat.
"Chai! Ayo pergi ke pulau seberang! Aku ingin melihat-lihat suvenir di Pasar Minggu." Ajak Cherry, dia terdengar gembira.
nih 🌟 5 untuk mu...
😉😉😉😉