Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Hari berikutnya, sekolah masih mengadakan acara lomba dalam memeriahkan hari kemerdekaan. Tema lomba hari ini adalah olahraga dan bakat.
"Elang! Aaa gila ganteng banget!"
"Raka juga gak kalah keren!"
Di area lapangan, suara penonton bersorak ricuh. Saat ini sedang menyaksikan pertandingan bola volly kelas 12 IPA 3 melawan 12 IPA 1. Tentu saja perwakilan kelas IPA 3 adalah Elang dan antek-anteknya. Mereka sangat jago dalam bermain bola volly, bahkan saat ini tim lawan tertinggal poin sangat jauh.
Bug!
Pritt!
Lagi-lagi Elang meng smash bola ke arah lawan sangat keras. Ia berjalan ke belakang sambil menyugar rambutnya yang basah. Tubuhnya sudah di banjiri keringat, celana pendek di atas lutut memperlihatkan bulu kakinya, dan kaos oblong membuat otot-otot tangannya terlihat. Apalagi dengan keringat yang terus bercucuran membuatnya terlihat sangat hot.
Elang menatap ke arah penonton yang terus berteriak memanggil namanya. Pandangannya mengedar dan berhenti tepat pada gadis kuncir dua dengan memakai kacamata bulatnya. Terlihat nyempil di tengah kerumunan, Elang mengedipkan sebelah matanya.
"Aaaa dia kedip ke gue!"
"Ke gue woi!"
Elang kembali berjalan berniat meng servis bola, sekarang gilirannya yang memulai. Namun, tiba-tiba seorang pria berlari menghampirinya dengan nafas terengah-engah.
"Bos gawat!"
"Kenapa?!" Elang menatap bingung adik kelasnya sekaligus anggota Black Demon.
"Bhaskara, anak-anak Bintara datang marah-marah di depan!"
Terdengar suara jeritan para siswa-siswi berlari dari luar. Sedangkan di depan sana. Terlihat anak-anak SMA Bintara sedang mengamuk melempar-lempari batu.
"ELANG BANGSAT! KELUAR LO ANJ1NG!" teriak Bhaskara sebagai siswa terpopuler di SMA Bintara, sekaligus ketua geng The Black Devil.
Elang langsung berlari menghampiri bersama teman-temannya yang di ikuti oleh anggota lainnya.
"Berani banget lo ngerusuh di wilayah gue!!" teriak Elang sambil berjalan menghampiri mereka.
Bhaskara dengan cepat langsung menarik kerahnya. Matanya memerah dengan gigi menggertak, dan rahang mengeras.
"Kalau lo gak mulai, gue gak bakal kek gini!!" bentaknya dengan tatapan marah.
Elang mengernyitkan dahinya tidak mengerti yang Bhaskara katakan. Mereka memang musuh bebuyutan, tapi perasaan selama ini tidak pernah memulai perang jika mereka tidak berulah.
"Maksud lo apa?"
Bug!
"Gak usah banyak bacot, anj1ng!!" bukannya menjawab Bhaskara malah menonjok perutnya.
"SERANG!"
Dan terjadilah perkelahian di antara kedua geng tersebut. Elang yang tidak ada persiapan sampai kewalahan, apalagi Bhaskara yang membawa benda tajam.
Bug! Bug! Sret!
"AHK!
"ELANG!"
Bhaskara terus membantainya dengan membabi buta, bahkan Elang yang tak sempet menghindar membuat lengannya tergores pisau.
"Lo sebenernya kenapa?!" tanya Elang penasaran melihat pria itu terlihat sangat marah.
Bug!
Bhaskara melemparkan sebuah kalung sambil menepuk dadanya cukup keras. Tersirat permusuhan dan kebencian dari matanya.
"Gak usah sok polos! Lo nyuruh anggota lo buat gebukin anak buah gue, sampe masuk rs!!" bentaknya sambil menekan kata-katanya.
"CABUT!"
Bhaskara mengajak anggotanya pergi dari sana saat guru-guru mulai berdatangan. Tak memperdulikan Elang yang masih diam dengan tatapan bingung. Ia menyentuh kalung yang di berikan Bhaskara, sebuah kalung perak dengan liontin tengkorak. Yang sangat mirip dengan kalung geng motornya.
...***...
PLAK!
Sebuah tamparan keras melayang tepat di pipinya. Saat ini Elang dan papanya sedang berada di apartemen. Bukannya menanyakan kondisinya, Leonel malah menampar kuat pipinya sehingga membuat luka di sudut bibirnya kembali berdarah. Membuat Kia yang melihat itu meringis pelan.
"Kamu bener-bener keterlaluan! Untung Papa masih bisa bujuk guru!" bentaknya, memang Elang hampir di skors dan untung saja Leon masih bisa mengatasinya.
"Mulai sekarang, Papa sita semua kendaraan kamu!! Berangkat dan pulang sekolah naik bis bareng Kia! Papa juga bakal kurangin uang jajan kamu!!" sontak Elang mendongak sambil mengepalkan tangannya.
"Pokonya semester 1 harus dapet nilai tinggi!! Belajar yang rajin!! Kamu harus lulus dengan nilai terbaik!"
Elang menatapnya dengan penuh kebencian. Lalu berlalu pergi begitu saja dan membanting pintu kamar dengan keras.
"Elang!!!"
Leonel menghela nafas kasar sambil memijit pelipisnya pening. Lalu memilih duduk menyender di sofa.
"Pa, maaf. Kia belum bisa merubah dia. Tapi Kia bakal terus berusaha," Leon sontak langsung menoleh ke arah menantunya sambil tersenyum tipis.
"Gapapa, kalian nikah baru dua Minggu. Perlahan, gak usah di paksa. Nanti dia juga bakal luluh. Papa dapat info belakangan ini Elang udah jarang bolos. Kamu pasti bisa merubahnya lebih jauh lagi," ucapnya lembut.
Waktu terus berlalu, detik berganti menit, menit berganti jam. Sore sudah menjelang malam. Sudah berjam-jam Elang mengurung diri di kamar. Bahkan tidak makan dan mungkin lukanya tidak di obati.
"Elang! Buka pintunya!" Kia sudah bolak-balik mengetuk pintu yang tak kunjung ada sahutan.
Karena khawatir, Kia pun mengobrak-abrik laci lemari tv untuk mencari kunci cadangan. Dan ternyata benar, ada beberapa kunci di sana. Kia mencoba satu persatu dan akhirnya berhasil.
Cklek!
Pintu terbuka, terlihat pria itu meringkuk di kasur dengan membelakangi pintu. Kia perlahan berjalan menghampirinya. Keningnya mengernyit saat melihat suaminya yang ternyata tertidur, dengan tubuh menggigil pelan.
Kia yang penasaran menyentuh keningnya lembut. Ia meringis saat merasakan suhu yang begitu tinggi, sangat panas. Mengetahui suaminya demam, Kia langsung bergegas menuju dapur untuk membuatkan bubur serta kompresan, tak lupa dengan obat penurun demam dan termometer.
"Elang, bangun dulu yuk," Kia mencoba mengguncang pundaknya pelan.
"Enghh," pria itu melenguh sambil membalikkan tubuhnya.
Matanya perlahan terbuka, melihat gadis di depannya yang sedang tersenyum lembut. Elang mencoba untuk duduk sambil meringis pelan memegangi keningnya. Kia dengan cepat langsung membantunya.
"Makan dulu abis itu minum obat. Aku udah buatin bubur buat kamu," ucapnya lembut.
"Hm," Elang hanya berdehem pelan tak ada tenaga untuk menanggapi maupun menolak.
"Ini cek suhunya," Kia memberikan termometer ke arahnya.
Elang langsung mengambil dan meletakkan pada ketiaknya. Sambil menunggu benda itu yang tak kunjung berbunyi, istrinya dengan telaten menyuapinya.
"Tinggi banget," gumam Kia menatap termometer yang Elang berikan, menunjukkan angka 40°.
"Ini minum obatnya. Aku mau ambil kotak p3k dulu," ujar Kia setelah bubur di mangkuknya habis.
Elang hanya menurut, setelahnya gadis itu berlalu pergi. Dan tak lama kembali dengan membawa kotak p3k.
"Sini tangannya."
Kia dengan telaten mengobati luka goresan pisau di tangannya, lebam-lebam di wajahnya dan juga sudut bibirnya yang berdarah. Elang hanya memperhatikan sambil tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. Suasana hatinya yang buruk perlahan membaik, melihat istri culunnya yang begitu perhatian.
"Udah, sekarang tiduran aja. Aku mau kompres keningnya," lagi-lagi Elang hanya menurut.
Elang terus memperhatikannya dari bawah. Ternyata di lihat-lihat gadis itu memang cantik, walaupun penampilannya yang culun. Bibir tebalnya dengan belah di tengah, membuatnya tergoda.
Setelah selesai mengompres keningnya, Kia membereskan barang-barangnya. Dan berniat untuk pergi, "Lanjut istirahat aja, semoga panasnya cepet turun."
Elang dengan cepat menahan lengannya. Membuat Kia kembali menoleh sambil mengerutkan keningnya.
"Pijitin," pintanya dengan suara sedikit manja dan bibir di tekuk.
"Cepetan," ucapnya lagi melihat istrinya yang terdiam.
...***...
Sedangkan di sisi lain, di sebuah kamar yang begitu luas. Seorang pria paruh baya sedang melakukan video call.
"Ada apa? Kenapa kesel gitu?" tanya seseorang di seberang sana.
"Biasa, si berandal itu. Susah di atur dan pembangkang, beda banget sama kamu."
"Dia memang keras kepala, jangan terlalu di pikirin. Aku gak mau papa sakit," sahutnya.
"Papa kangen sama kamu. Kenapa kamu pindah sekarang sih?"
"Baru berapa bulan udah kangen aja. Kan aku udah bilang untuk memperlancar. Biar gak kaget pas kuliah nanti. Aku juga harus beradaptasi dengan lingkungannya," jawabnya sambil tersenyum tipis di seberang sana.
"Papa percaya, kamu pasti bakal melakukan yang terbaik. Gak kayak dia."