Elena Adelyn Alba wanita berparas cantik,elegan karena lahir dari keluarga cukup berada. ibu nya seorang designer bahkan rancangan nya hanya di pasarkan untuk kalangan atas sedangkan ayah nya pemilik perusahaan tekstil yang cukup terkenal. namun kehadiran Elena tidak pernah di anggap ada bahkan di perlakukan sangat buruk oleh keluarga nya, lingkungan bahkan keluarga suami nya. wanita yang selalu di anggap benalu dan tidak mempunyai kemampuan apa pun, tanpa mereka ketahui seorang Elena mampu menghasilkan jutaan dollar setiap minggu nya. Dia memang terlihat bodoh tapi dari kekurangan nya itu ada satu kelebihan.
yuks mari ikuti kelanjutan cerita dari Elena Adelyn Alba dalam Cinta Untuk Elena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon na4vR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part. 32. kekesalan Sonya
Setelah mengantar Sonya dan kedua teman nya pulang dengan mobil mereka masing masing, Elena terdiam di depan lobby mall. Dia pulang tidak bersama Sonya karena ada tempat yang Elena ingin kunjungi, baru saja kaki nya beranjak untuk memanggil taksi. Tiba tiba kepala nya sakit, sekelebatan bayangan berputar di kepala nya seperti kaset kusut. pandangan nya menggelap bahkan lehernya seperti di hantam batu besar.
Bruk..."
"Nona.."seru sekuriti mall yang sedang berdiri tidak jauh dari Elena berdiri tadi.
Sedangkan di mansion keluarga Avaaskha, Sonya pulang dengan wajah kesal.
"Moms, ada apa? Tanya Syarla, dia pun langsung duduk di samping Sonya.
Sonya memijit pelipis nya dan dengan terus mengoceh tidak jelas, membuat Syarla sedikit heran.
"Moms..ada apa? Kenapa pulang dari mall marah marah?
"Mommy sangat kesal sekali.."Sonya kembali memijit pelipis nya, tekanan darah nya mulai naik karena terlalu emosi.
"Iya tapi kesal kenapa? Apa ada yang mengganggu Mommy atau Mommy kesal dengan teman teman Mommy?
"Bukan dengan teman teman Mommy tapi dengan Elena!!
""Elena? Apa dia membuat malu Mommy?
"Ini lebih parah lagi.."
"Mommy harus tenang dan cerita kan pada ku kalau Mommy sudah merasa tenang.."
Sonya diam tidak menyahut namun dia menuruti apa yang Syarla katakan, Sonya melakukan pernapasan guna meredakan emosi nya.
"Mau minum? Syarla akan minta pelayan menyiapkan jus segar untuk Mommy.."
"Terserah kamu saja.."
Syarla berdiri dan melangkah kan kaki nya keruang makan lalu memerintah pelayan untuk membuatkan jus strawberi untuk Sonya. Setelah itu dia kembali duduk di samping Mommy nya.
"Sebenarnya ada apa sih,Mom? Elena membuat ulah lagi?
Sonya langsung bercerita dari awal sampai kejadian tadi siang di restoran jepang tadi. Semua yang di ceritakan pada Syarla tidak ada satu pun terlewatkan.
Bagaimana tingkah Elena dengan santai nya wanita itu menghabiskan uang Luke dengan mudahnya hanya untuk membooking resto tadi. Sonya bercerita dengan menggebu gebu agar Syarla paham betapa sangat emosi diri nya terhadap Elena.
Syarla hanya menyimak namun hati nya mengakui akan keberanian Elena, bahkan dia tidak menyangka wanita yang di juluki bodoh rupa nya bisa melawan Sonya. Bahkan Elena bisa melindungi dirinya sendiri, Syarla salut dengan keberanian kakak iparnya itu.
"Gimana Mommy tidak kesal di perlakukan begitu. Kau tahu, Mommy sampai di tertawakan oleh teman teman Mommy bahkan mereka mengejek kata nya Mommy kalah dengan menantu yang bodoh itu.."
Syarla mengusap pundak Sonya lembut, coba menenangkan emosi ibu nya yang masih belum reda.
"sudahlah Mom..sudah terlanjur juga, mau di apakan lagi? Sebaiknya sebelum bertindak, Mommy harus merencanakan dulu dengan matang. agar tidak kejadian ini tidak terulang lagi."
"Ya kau benar..bantu Mommy membuat rencana untuk mengerjai Elena lagi."
"Iya nanti aku bantu.. Mommy tenang saja, oke."
Di tempat lain sepasang sepatu terdengar melangkah di lantai keramik yang dingin dan sepi. Napas wanita itu memburu, dada nya naik turun seiring langkah nya yang tergesa gesa.
Mata nya berkaca kaca terus mencari nomor ruangan yang di sebutkan lewat telpon beberapa menit yang lalu.
Bau khas rumah sakit menusuk hidung nya, bercampur dengan cemas yang hinggap di hati serta pikiran nya.
Setiap langkah nya terasa seperti berlomba dengan waktu, semakin cepat dia sampai. Semakin besar harapan bahwa orang yang di sayanginya baik baik saja.