NovelToon NovelToon
Tergoda Pesona Istri Pengganti

Tergoda Pesona Istri Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tianse Prln

“Oke. Tapi, there's no love and no *3*. Kalau kamu yes, saya juga yes dan serius menjalani pernikahan ini,” tawar Linda, yang sontak membuat Adam menyeringai.



“There’s no love? Oke. Saya tidak akan memaksa kamu untuk mencintai saya. Karena saya juga tidak mungkin bisa jatuh cinta padamu secepat itu. Tapi, no *3*? Saya sangat tidak setuju. Karena saya butuh itu,” papar Adam. “Kita butuh itu untuk mempunyai bayi,” imbuhnya.


***

Suatu hari Linda pulang ke Yogyakarta untuk menghadiri pernikahan sepupunya, Rere. Namun, kehadirannya itu justru membawa polemik bagi dirinya sendiri.

Rere yang tiba-tiba mengaku tengah hamil dari benih laki-laki lain membuat pernikahan berlandaskan perjodohan itu kacau.

Pihak laki-laki yang tidak ingin menanggung malu akhirnya memaksa untuk tetap melanjutkan pernikahan. Dan, Linda lah yang terpilih menjadi pengganti Rere. Dia menjadi istri pengganti bagi pria itu. Pria yang memiliki sorot mata tajam dan dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tianse Prln, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benih Cinta Mulai Tumbuh

Pukul enam lewat empat puluh lima menit, menjelang malam. Langit mulai kehilangan warnanya, berganti kelabu yang pelan-pelan ditelan malam.

Adam baru saja sampai di rumah setelah beberapa kali terjebak lampu merah yang cukup padat. Dia memarkir mobilnya di garasi, mematikan mesin, dan duduk sejenak sebelum akhirnya keluar dari mobil tersebut.

Di dalam garasi yang sunyi, ia menarik napas panjang. Hari ini semua berjalan sesuai rencana, termasuk tentang dia mengerjai Andre. Adam merasa senang. Bahkan lebih dari itu—ia merasa menang.

Begitu membuka pintu rumah. Udara malam yang lembap langsung berganti dengan aroma kayu manis dari diffuser di ruang tamu. Rumah itu tenang, nyaris terlalu tenang, tapi justru itulah yang Adam butuhkan setelah melewati hari yang panjang dengan pekerjaannya yang melelahkan.

Langkahnya baru beberapa meter masuk dan Adam mendengar suara langkah kecil dari arah dapur.

“Bu Ida.”

Wanita paruh baya yang sedang mencuci gelas itu langsung menoleh ketika mendengar suara bariton yang familier.

“Eh, Pak Adam sudah pulang. Selamat datang, Pak. Hari ini pasti melelahkan ya? Pak Adam mau saya buatkan minuman? Teh atau kopi atau mungkin Pak Adam ingin sesuatu?” sambut Bu Ida, berdiri tegak dengan tangan terlipat sopan di depan apron. Wajahnya ramah dan hangat seperti biasa.

“Tidak. Tidak perlu. Aku tidak menginginkan apa pun,” tolak Adam, lembut. “Istriku di mana?” tanyanya kemudian.

Istriku? Bu Ida terdiam sesaat. Ini pertama kalinya Adam menyebut Linda seperti itu. Dan bagi Bu Ida itu terdengar romantis. Senyum Bu Ida terukir, dia senang jika di hati tuannya mulai tumbuh benih-benih cinta pada sang istri.

“Nyonya baru saja masuk ke kamar, Pak. Tadi beliau duduk di taman belakang dan mengobrol dengan saya,” jelasnya.

Adam mengangguk paham. Dia lantas berbalik, hendak melangkah ke kamarnya yang berada di lantai dua, tapi tiba-tiba langkah kakinya berhenti. Kepalanya menoleh kembali ke arah Bu Ida.

“Oh ya, terima kasih ya, Bu Ida. Terima kasih untuk pesan yang Bu Ida kirim sore tadi,” ucapnya, kali ini dengan senyum yang lebih lebar. “Saya sangat menghargainya.” Adam berbicara dengan semringah, seolah pesan singkat yang Bu Ida kirim sore tadi sangat bermakna. Tentu saja bermakna, karena itu termasuk kontribusi Bu Ida dalam membantunya mengerjai si Andre.

Bu Ida membalas dengan senyum sopan. “Sama-sama, Pak Adam. Saya hanya melakukan yang Pak Adam perintahkan.”

Adam mengangguk sekali lagi, lalu dia kembali melanjutkan langkahnya, melangkah pergi menaiki tangga menuju lantai atas.

Langkahnya terasa ringan. Senyum itu tetap bertahan di wajahnya, bahkan sedikit melebar saat dia melewati lorong yang dihiasi oleh lampu-lampu mewah serta dinding yang dihiasi dengan lukisan mahal.

Sepertinya Adam benar-benar merasa puas karena berhasil mengerjai Andre.

Direktur pemasaran itu—teman lama Linda dari masa kuliah—sangat mengganggu pikirannya karena terlalu dekat dengan Linda.

Walaupun Adam adalah orang baru di kehidupan Linda, tapi dia suaminya. Walaupun belum ada perasaan cinta di antara mereka, tapi dia tetap merasa jengkel saat mengetahui ada laki-laki lain yang terlalu dekat dengan istrinya, terlalu sering mengirim pesan, terlalu sering menawarkan bantuan, terlalu sering mencari celah untuk semakin dekat. Adam merasa tidak senang. Dia bukan tipe yang meledak-ledak. Dia lebih suka bermain tenang, menyusun langkah, dan menunggu saat yang tepat untuk memberi pelajaran pada siapa pun yang berani menggoda Linda.

Besok, Andre akan menerima memo internal yang membuatnya kelimpungan. Proyek besar yang mungkin diharapkan dialihkan ke cabang lain, dengan alasan yang terdengar profesional tapi penuh siasat. Adam menyusun semuanya dengan rapi, tanpa cela, dan yang paling penting, tanpa satu pun yang tahu kalau itu karena Linda.

Pernikahan mereka masih rahasia. Baru beberapa bulan, dan Adam sengaja menundanya dari publikasi. Di kantor pusat, dia tetap tampil sebagai direktur utama yang tenang, tak banyak bicara soal urusan pribadi. Bahkan di cabang tempat Linda bekerja, tak ada yang tahu bahwa wanita itu kini adalah istrinya.

Dia ingin momen yang tepat. Momen di mana semua orang akan tahu, dan Andre tak akan punya ruang lagi untuk mendekat.

Adam membuka pintu kamarnya perlahan. Di dalam, Linda duduk di tepi ranjang, rambutnya masih basah sedikit, mungkin habis mandi. Dia sedang membolak-balik halaman buku, tapi matanya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Saat mata mereka bertemu, senyum Adam berubah—dari puas menjadi hangat. Dia berjalan mendekat, duduk di samping istrinya, dan menyentuh tangan Linda dengan lembut.

“Capek?” tanya Adam pelan.

Linda terdiam, dia membeku menatap Adam yang tersenyum lembut padanya. Linda kaget ditanyai seperti itu oleh Adam. Pertanyaan sederhana tapi terasa hangat dan penuh perhatian.

“Sedikit. Tapi aku yakin kamu pasti lebih capek dari pada aku,” jawab Linda, balas tersenyum. Sebuah senyum hangat yang membuat jantung Adam berdetak lebih cepat dari biasanya.

Adam memejamkan mata sejenak. Di luar, angin terdengar berembus kencang, sepertinya hujan badai akan turun. Tapi di dalam kamar itu, dia merasa tenang.

Pernikahan ini bukan hanya membawanya pada sebuah petualangan baru. Tapi dia merasa dunianya kini penuh warna. Ada hal-hal baru yang

“Mas.” Linda memanggil.

Lamunan Adam langsung buyar saat itu juga. Dia masih menandang istrinya, tapi kali ini dengan raut bertanya.

“Ada apa?”

“Kamu sudah dengar gosip dari kantor cabang Admaja Food belum?”

“Gosip? Gosip apa?” Kening Adam mengernyit. Dia tidak mendengar gosip apa pun hari ini. Sebenarnya dia juga tidak terlalu peduli tentang gosip.

“Gosip tentang pernikahan kamu.”

“Ha? Maksudnya gimana?”

“Semua orang di kantor cabang Admaja Food sudah tau kalau kamu sudah menikah.”

“Dari mana mereka tau. Aku bahkan belum memberi pengumuman apa pun tentang pernikahan kita. Aku benar-benar belum memberitahu siapa pun. Dan aku yakin mama sama papa juga belum membicarakan masalah pernikahan kita ke siapa pun.”

“Ada beberapa staf yang enggak sengaja denger obrolan kamu sama Pak Ferdi. Dan beberapa orang yang kenal dengan atasan mengonfirmasi kalau kabar itu benar. Makanya gosip itu jadi heboh, dan jadi gosip hangat hari ini,” jelas Linda.

Adam terdiam. Kalau para atasan tahu, mungkin itu wajar, orang tua Adam pasti sudah memberitahu beberapa dewan direksi, tapi tidak disangka ada oknum dari dewan direksi yang bermulut ember sampai memberitahukan kabar ini ke staf kantor.

Sebenarnya itu bukan masalah bagi Adam. Tapi... Adam menatap Linda, dia takut gosip ini akan membuat kehidupan wanita itu tidak tenang.

“Apa kamu merasa terganggu dengan sikap mereka?” tanya Adam.

“Sikap siapa? Dan kenapa aku harus merasa terganggu?”

“Kalau berita pernikahan kita sudah tersebar, artinya semua orang sudah tau kalau kamu adalah istriku. Dan beberapa orang pasti akan mulai mendekatimu, lalu bersikap manis padamu untuk mencari muka.”

Linda menghela napas panjang.

“Ya. Awalnya aku pikir begitu. Tapi apa kamu tau siapa yang dianggap sebagai istrimu,” ujar Linda. “Bukan aku yang mereka anggap sebagai istrimu.”

Adam mengerutkan keningnya. “Terus siapa?”

“Jesika. Orang-orang mengira kalau dia adalah istri kamu.”

“Jesika?”

1
Syiffa Fadhilah
huh,,jesiko emang sooook
waya520
lanjuttttt
TiansePrln🌷
Terima kasih sudah menyukai cerita ini!!! Jangan lupa tinggalkan komentar terbaik kaliaaan yaaa. /Kiss/
Naaaa
hai kak, ketemu lagi/Smile/
TiansePrln🌷: nanti diusahakn dilanjut kak👌😁 lg nyusun alurny
Naaaa: cerita sikembar yusen&yuna gk lanjut kak?
total 2 replies
Rdznr
boom up dong kk, critany seruu, gk sabar nunggu kelanjutannyaa
Rdznr
enakny nikah sma cwok tajiiir/Whimper/
Rdznr
/Chuckle/ 21+++ niiih
Rdznr
Ini si zaka jgn" sebenernya suka sama Linda/Scare/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!