✍🏻 Sekuel dari novel Saoirse 📚
"Bahkan kau tidak akan menemukan cinta yang sama untuk kedua kalinya, pada orang yang sama. Dunia tidak sebaik itu padamu, Tuan. Meskipun kau punya segalanya." ucap Mighty penuh penekanan.
"Aku dan dia adalah dua orang yang berbeda, tanpa perlu kau banding-bandingkan. Dan tidak ada orang yang benar-benar sama, sekalipun mereka kembar identik!" Mighty menghentakkan kakinya, meluapkan emosi yang sudah lama memenuhi dada.
Mighty terjebak dalam permainan nya sendiri, melibatkan seorang duda berusia 35 tahun, Maximilian Gorevoy.
Ikuti kisah mereka yaaa😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Olga tampak setia mendampingi Mighty yang tengah memasak di dapur. Ia adalah seorang koki, dan sudah lama sekali ia tidak bergelut didapur. Membuatnya rindu memasak, apalagi ia sedang ingin makan makanan khas tempat asalnya.
Torta di Riso adalah kue beras, salah satu makanan khas Genova. Terbuat dari beras Arborio, gula dan telur sebagai bahan utamanya. Memiliki tekstur moist dan lembut, mirip seperti kue puding. Kue ini memiliki rasa manis yang tidak terlalu kuat, dengan aroma beras yang khas.
"Aromanya sangat harum, nona." puji bibi Olga, yang sejak tadi menjadi penonton ekslusif, karena Mighty tidak membiarkannya membantu.
Mighty tersenyum puas mendengar pujian itu. "Terimakasih bibi," ucapnya sambil mengeluarkan dua loyang kue itu dari dalam oven.
"Kita bisa mencicipinya yang ini," ia menunjukkan loyang yang berukuran kecil. "Dan yang ini, simpan di lemari pendingin. Aku ingin memakannya saat dingin." sambungnya, bibi Olga mengangguk setuju.
Mereka mulai menikmati kue yang masih hangat itu, sambil berbicara ringan. Hingga kue dalam loyang kecil itu tandas, karena Mighty memang sedang sangat ingin memakannya.
"Terimakasih, Nona. Anda memang koki yang sangat berbakat." puji Olga, kembali membuat Mighty tersenyum.
"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku." ujarnya, berjalan sambil mengusap perutnya yang sudah kenyang. Akhirnya, setelah sekian bulan ia bisa kembali berduet dengan peralatan dapur.
Tak lama setelah Mighty kembali ke kamarnya, bibi Olga yang sedang membersihkan dapur dikejutkan oleh kedatangan Max. Tidak biasanya putra majikannya itu datang, terlebih saat kedua majikan nya tidak di tempat.
"Tuan Max, selamat datang." sambut bibi Olga menundukkan kepalanya, Max hanya menanggapinya dengan anggukan samar.
"Tuan dan nyonya sedang tidak ada ...." namun kalimatnya segera dipotong oleh Max.
"Aku tahu mereka tidak ada, aku hanya sedang ingin kemari." katanya hendak mendudukkan tubuhnya, namun hidungnya yang tajam mencium sesuatu.
"Bibi memasak apa? Aromanya harum sekali." ujarnya, membuat air liurnya memenuhi mulut. "Berikan aku makanan itu, sepertinya enak." pintanya dengan mata berbinar.
Bibi Olga terlihat ragu, karena aroma itu berasal dari kue buatan Mighty. "Tapi kue itu ...."
"Ahh, kue. Kebetulan sekali aku sedang ingin makan kue, aku datang karena ingin makan makanan disini." katanya, membuat bibi Olga semakin bingung. "Cepat berikan, aku lapar." desak Max, tidak biasanya ia meminta makanan seperti anak kecil.
Meskipun ragu, bibi Olga kembali mengeluarkan kue buatan Mighty yang baru saja ia simpan dalam kulkas. Mata max berbinar melihat kue itu.
"Masih hangat, kenapa dimasukkan dalam kulkas?" tanyanya. "Aku seperti pernah melihat kue ini," ujarnya melihat bibi Olga memberikan sepotong kue itu diatas piring.
Max langsung memakannya, sepertinya ia benar-benar sedang ingin makan kue. Dengan mata terpejam dan bibir mengembang, ia menikmati kue yang lumer dalam mulutnya, aroma khas beras Arborio.
"Hmmm, rasanya sangat enak. Tidak biasanya bibi masak makanan Italia." pujinya, bibi Olga hanya tersenyum tanpa berniat memberitahu jika yang memasak adalah Mighty.
Max sangat menikmati kue itu, hingga menghabiskan setengah loyang. Mungkin karena janin nya yang dalam kandungan Mighty juga sedang menginginkan makanan itu. (Mungkin saja).
"Bagaimana dengan wanita itu? Apa dia membuat ulah?" tanya Max setelah selesai makan.
"Nona Mighty tidak membuat ulah apapun. Dia selalu berada dalam kamarnya." jawab bibi Olga sambil memasukkan kembali kue dalam kulkas.
"Hidupnya sempurna setelah membuat hidupku hancur." gumam Max dengan sorot mata kebencian.
Hatinya sama sekali belum luluh, meskipun There sudah memberikan nasehat-nasehat bijak. Menurut Max, Mighty bukan wanita yang tepat untuk menggantikan posisi Saoirse. Karena keduanya sangat berbeda jauh.
BRAKKKK....
Max membuka kasar pintu kamar Mighty, membuat wanita hamil itu terlonjak dari duduknya. Matanya menatap heran akan kedatangan Max.
"Max," gumamnya pelan, entah siapa kali ini yang akan menolongnya, karena Thor dan Alla sedang pergi.
"Kau seperti sangat menikmati hidupmu!" sindir Max, menatap sinis.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya ketakutan saat Max mengunci pintu kamarnya.
Max tersenyum miring, berjalan mendekatinya. "Tidak ada yang gratis di dunia ini, kau tahu bukan?" katanya semakin mendekat, mengikis jarak keduanya.
Mighty mundur perlahan hingga terjatuh diatas ranjang. "Max, jangan macam-macam." ucapnya memperingatkan, namun sepertinya Max tidak perduli.
Max menyentuh dagu Mighty, membuatnya semakin ketakutan. "Hanya satu macam, setidaknya kita sama-sama diuntungkan." ucap Max.
Mighty menelan ludahnya dengan susah payah setelah mengerti dengan maksudnya. "Max, aku mohon ...." cicitnya sambil memejamkan mata, ia tak sanggup menatap mata tajam Max yang penuh dengan kebencian.
"Aku sudah pernah memperingatkan mu, tapi kau yang memaksa masuk dalam hidupku." ujarnya lalu mendorong kasar tubuh Mighty hingga terlentang.
Max mulai melucuti pakaian Mighty yang terlihat pasrah dengan apa yang dilakukan Max. Penolakannya tidak berarti apapun, sedangkan untuk melawan tentu saja ia tidak bisa, tenaganya jauh dibawah Max, yang bertubuh kekar.
Sebenarnya Max tidak suka bercinta dengan wanita yang pasif, seperti apa yang dilakukan Mighty. Namun kali ini Max tidak perduli, ia sudah sangat dirugikan dengan kehadiran Mighty, setidaknya ia bisa mengambil sedikit keuntungan, lagi pula mereka sudah sah menjadi suami istri.
"Kau harus belajar bagaimana cara memuaskan pria." kata Max setelah beranjak dari tubuh Mighty. "Pelayananmu sangat buruk" cibirnya sambil mengenakan kembali pakaiannya.
Mighty tak bergeming, ia memiringkan tubuhnya dengan tatapan kosong. Entah mengapa kali ini ia merasa harga dirinya terkoyak oleh Max. Padahal saat pertama kali menyerahkan diri pada Max, ia tidak merasakan hal itu.
"Persiapkan dirimu, kau akan ikut denganku." kata Max setelah selesai berpakaian, membuat Mighty menoleh kearah nya.
"Ikut dengan mu? Tidak aku disini saja." tolaknya, ia takut jika suatu saat Max akan berbuat nekad padanya.
"Aku tidak memberimu pilihan, tapi perintah!" katanya dengan penekanan, lalu keluar dari kamar Mighty.
Mighty menatap nanar pintu kamarnya, otaknya berpikir keras untuk menolak keinginan Max. Namun sayangnya ia tidak menemukan jalan keluar.
"Ayolah Mig, biasanya kau tidak sebodoh ini." gumamnya menakan dirinya sendiri untuk berpikir lebih keras.
Tok ... Tok ... Tok ....
Sebuah ketukan pintu mengalihkan pikirannya, tak lama bibi Olga membuka pintu itu dan tersenyum lembut.
"Saya akan membantu Nona untuk bersiap." katanya, membuat Mighty hanya bisa pasrah mengikuti perintah Max.
"Bibi, bagaimana kalau Max melenyapkan ku? Atau bagaimana jika dia membuang ku ke dalam hutan?" tanyanya ketakutan.
"Nona, tuan Max memang orang yang keras. Tapi saya yakin jika beliau bukan orang yang kejam." sahut bibi Olga menenangkan.
Mighty mendesah pelan mendengar jawaban itu. "Tentu saja bibi membelanya." gumamnya pelan, namun masih terdengar oleh telinga bibi Olga.
Wanita paruh baya itu menghentikan kegiatan mengepak pakaian Mighty dalam koper. "Nona," ujarnya, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Mighty, membuat wanita hamil itu membelalakkan kedua matanya dan bergidik ngeri.
"Aku tidak menyangka jika bibi akan memberikan saran gila seperti itu." katanya menatap tak percaya pada bibi Olga.
"Nona harus mencobanya sendiri, karena di film yang saya tonton, itu adalah cara yang paling ampuh." sahutnya, Mighty menggeleng kepalanya. Membayangkan saran diluar nalar itu.
*
*
*
*
*
TBC
Sampai bab ini, udah bosen belum?
Kalian boleh banget kok, mengkritik dan memberikan saran🤗