NovelToon NovelToon
Hadiah Penantian

Hadiah Penantian

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter
Popularitas:408
Nilai: 5
Nama Author: Chocoday

Riyani Seraphina, gadis yang baru saja menginjak 24 tahun. Tinggal di kampung menjadikan usia sebagai patokan seorang gadis untuk menikah.

Sama halnya dengan Riyani, gadis itu berulang kali mendapat pertanyaan hingga menjadi sebuah beban di dalam pikirannya.

Di tengah penantiannya, semesta menghadirkan sosok laki-laki yang merubah pandangannya tentang cinta setelah mendapat perlakuan yang tidak adil dari cinta di masa lalunya.

"Mana ada laki-laki yang menyukai gadis gendut dan jelek kayak kamu!" pungkas seseorang di hadapan banyak orang.

Akankah kisah romansanya berjalan dengan baik?
Akankah penantiannya selama ini berbuah hasil?

Simak kisahnya di cerita ini yaa!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chocoday, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Calon?

Aku sempat menunduk mendengar pertanyaannya.

"Kalau gak siap cerita juga gak apa-apa. Aa maklum karena kata kamu juga kan kita gak ada apa-apa," timpalnya.

Aku mendongak padanya, "aa ih!!!"

"Kan emang bener. Padahal Aa berharap banget ada apa-apa sama kamu. Tapi kalau kamu gak berharap susah juga,"

"Ih udah jangan dibahas lagi itu! Kan aku udah minta maaf tadi," pintaku dengan wajah yang ditekuk.

Hanif menahan senyumannya mendengar hal itu, "iya Aa becanda cantik."

Nenek di samping itu berdehem mendengarnya lalu tersenyum pada teteh sepupu yang baru saja masuk ke ruangan. Wanita itu kembali keluar dengan dalih akan menghubungi anaknya yang ditinggal bersama dengan mamah di rumahku.

"Aku mau ceritain, tapi jangan ngeledek ya?" Hanif mengangguk mengiyakan.

"Jadi dulu aku pernah pacaran, sebelum kelas 3 SMA. Pacaran sama cowok yang dikenal ramah, ganteng, jago ngaji, kalau lomba keagamaan pasti menang terus," ucapku.

"Awalnya cuman aku aja yang suka sama dia. Ngeliat dia tuh udah kayak liat calon suami aja di masa depan." Hanif mendelik mendengar hal itu.

"Tapi ternyata kenyataan itu pudar cuman karena sikap dan kelakuan terus perkataan dia yang bikin aku sakit hati sampe gak mau buka hati lagi buat siapapun," sambungku.

"Sakit banget ya perlakuan dia sama kamu?" aku mengangguk mengiyakan.

"Terus kalian putus?"

Aku kembali mengangguk, "kita putus setelah 1 tahun pacaran dan berakhir karena aku tau kalau dia terima perasaan aku karena kasian."

"Karena kasian? Emang kamu ngemis sama dia?" tanya Hanif.

Aku menggelengkan kepala, "aku juga gak tau A. Perlakuan aku yang mana yang seolah buat dia kasian sama aku. Katanya, kalau dia gak terima cinta aku, aku gak akan pernah merasakan jatuh cinta dibalas dengan cinta. Terus juga gak akan bisa pacaran sama orang manapun karena aku jelek, aku jerawatan, aku juga bukan orang kaya, aku—"

Hanif menggenggam tanganku, "udah. Jangan dilanjut!! Apapun perkataannya, Aa gak ngerti kenapa perempuan secantik kamu dihina sampai seperti itu. Udah jelas, dia ramah dan jago ngaji hanya untuk di luar saja bukan untuk memperbaiki akhlaknya. Apalagi omongannya jelek banget sama perempuan."

"Terus yang lebih gilanya, habis putus sama aku. Dia jadian sama cewek cantik, sekelas sama aku," ucapku membuat Hanif menggelengkan kepalanya.

"Ri, kamu cantik dengan versi diri kamu sendiri dan itu gak akan ada yang nyamain. Mau sikap kamu ataupun muka kamu, gak ada masalah kalau dia mandang kamu dengan baik," ucapnya.

Aku terdiam mendengarnya.

"Jadi gak usah di pikirin lagi omongan orang gak penting itu. Karena kamu cantik di mata aku," ucapnya membuatku menoleh dengan senyuman.

"Dan satu lagi, aku deketin kamu juga bukan karena kasian tapi karena tertarik," ucapnya dengan yakin.

"Tapi aku gak tarik tambang, pake ketarik segala," ucapku membuat laki-laki itu terkekeh pelan.

"Aa gak kerja ya? Kok bebas banget keluyuran begini kerjanya," tanyaku.

"Kerja, makanya ada di sini," jawabnya.

"Kerjanya ngawasin aku?" tanyaku membuatnya terkekeh mendengarnya, "udah sana kerja lagi. Nanti dicariin lagi sama temennya."

"Ya udah iya, Aa kerja lagi ya! Nanti mau ke sini lagi boleh kan?"

"Boleh Aa. Udah sana," ucapku.

Laki-laki itu beranjak dari ruangan rawat inap kembali ke ruangan kerjanya.

Di sisi Hanif,

"Abis darimana?" tanya Adri yang baru saja datang dari dapur.

"Dari kantin," jawab Hanif singkat.

"Dari kantin terus mampir ke ruang perawatan?" tanya Adri berbisik.

"Siapa? Cewek lo ya?" tanyanya.

"Bukan—"

"Terus?"

"Calon istri," jawab Hanif dengan santai membuat sahabatnya itu menoleh dengan tatapan terkejut.

"Kenapa? ada yang salah?" tanya Hanif.

Adri menggelengkan kepalanya.

Bukannya ruangan itu pasiennya nenek-nenek ya?

"Lo serius nif?"

Hanif menoleh dengan tatapan lekatnya, "emang muka gw ada bercandanya gitu?"

Adri menggelengkan kepalanya lalu kembali duduk di kursi meja kerjanya.

Ini gw yang terlalu pilih-pilih atau temen gw yang salah liat?

Kok bisa dia jatuh cinta sama yang udah lanjut usia?

Atau selera Hanif emang yang begitu?

Di sisi Riyani,

Sorenya, mamah dan bapak datang kembali. Bedanya, kali ini dengan rombongan keluarga—sengaja memang agar lebih lama untuk berkunjung.

Sekalipun memang tidak seharusnya membawa cukup banyak orang sekaligus ke rumah sakit, apalagi di ruangan juga ada pasien lain.

Aku mengangguk pada nenek sebagai rasa sungkan, "nenek maaf ya karena keluarga aku jadi berisik."

"Gak apa-apa neng, Justru nenek seneng karena ngerasa ada temennya. Apalagi banyak yang nengok begini, berasa ada keluarga nenek walaupun nyatanya mereka nengok kamu," ucapnya dengan senyuman.

Memang keluarga nenek ini tidak terlihat sama sekali dari pagi tadi—sejak awal aku di sini.

Keluarga nenek ini kemana ya?

Aku tanyain jangan ya?

Kasian banget kalau sendirian.

Aku memang sengaja tidak menutup gorden sekat antara ranjang kita berdua. Hingga cukup banyak mengobrol dengannya.

Keluargaku juga menawarkan makanan yang mereka bawa pada nenek. Aku merasa senang dan merasa dekat juga dengan nenek ini.

Tidak lama setelahnya, seseorang datang dengan bingkisan yang dibawanya.

Hanif terdiam ketik melihat cukup banyak orang sedang berada di ruanganku. Laki-laki itu tersenyum pada bapak dan juga mamah lalu duduk di samping ranjang nenek itu.

"Neng itu cucu neneknya ya?" tanya bibi yang datang bersama bapak tadi.

Aku menahan senyuman mendengarnya, apalagi teteh sepupu sudah menahan senyuman sejak tadi.

"Bukan bi. Tapi gak tau sih," jawabku dengan santai lalu menoleh pada Hanif.

Hanif mengobrol sebentar dengan nenek itu. Aku menyangka bahwa dirinya akan kembali setelah mengobrol dengan nenek, tapi tidak disangka ia malah menghampiriku yang kini mengobrol dengan bapak dan juga keluarga lainnya.

"Gimana sekarang?" tanyanya membuatku mendongak lalu menoleh pada tatapan semua keluargaku.

"Baik kok. Udah lebih baik, rasa perihnya juga udah mendingan," jawabku.

"Syukurlah kalau kayak gitu. Ini ada sesuatu, kamu pasti suka. Nanti makan ya? tapi jangan semuanya sekaligus," ucapnya membuatku mengangguk mengiyakan dengan senyuman.

"Kalau gitu aku pamit dulu," ucapnya dengan senyuman lalu pamit pada semuanya termasuk bapak dan juga mamah.

Setelah ia pergi, sontak semua tatapan kembali padaku. Bapak dan mamah menghampiriku lebih dulu, "siapa?"

"Temen," jawabku singkat.

"Beneran temen?" tanyanya.

Aku mengangguk, "ya apalagi dong."

"Bukan calon suami kamu?" goda teteh sepupu.

"Teteh," protesku membuat semuanya terkekeh pelan.

Tidak terasa hari sudah mulai malam, aku tidak bisa tertidur setelah bapak dan juga mamah kembali dengan keluarga lainnya. Aku hanya tinggal bersama dengan teteh sepupu yang sudah tertidur begitupun nenek—pasien di sebelahku itu.

Aku berjalan pelan keluar dari ruangan, berniat mencari udara segar dibanding tidak bisa tidur setelah berulang kali berusaha untuk memejamkan mata.

Dingin juga di sini ya!!

"Kalau dingin kenapa diem di sini?"

Aku menoleh pada lorong di belakangku.

Siapa yang bicara barusan?

1
Chocoday
Ceritanya dijamin santai tapi baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!