Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Syifa terkaget saat melihat air ketubannya pecah membasahi kaki "Ya Allah, ini apa yang keluar? Air ketuban kah?" tanyanya dengan rasa penuh khawatir.
Tidak ada satu orang pun di rumah itu, Rita yang barusan ngobrol sama Syifa pun juga sudah pergi ke rumah tetangga ibu-ibu ngrumpi, sedangkan Fani juga baru pergi main bersama teman-temannya, Harun masih berada di sawah dan Fahri masih kerja di kantor.
"Bu, ibuuu ..." panggil Syifa mencari pertolongan tapi tidak ada sahutan sama sekali, lalu Syifa mencoba menghubungi Fahri, tapi ponselnya juga tidak aktif karena baru meeting.
Syifa tertatih-tatih berjalan sempoyongan mencari keberadaan orang di rumah itu namun tidak diketemukan satu batang hidung pun.
"Ibuuu, ibu dimana?" panggilnya lagi dengan suara yang parau karena sambil menahan rasa sakit.
"Tolong, tolong ..." Sesampainya di luar rumah Syifa masih terus berusaha mencari pertolongan walau tubuhnya kini semakin melemah.
Inem yang ingin mendatangi rumah bapaknya Tanpa sengaja melihat Syifa di depan rumah sedang memanggil-manggil orang meminta bantuan.
Seketika Inem langsung menghampiri Syifa sebelum memasuki rumah bapaknya "Syifa, kamu kenapa?" tanyanya ikut panik.
"Mbak Inem, tolong perutku sakit sekali dan keluar cairan banyak entah apa ini?"
"Ya Allah, ini air ketuban Syifa, kamu harus cepat ke rumah sakit bersalin supaya segera mendapat penanganan yang tepat!"
"Iya, Mbak. Tapi tubuhku semakin lemas, aku seperti nggak kuat lagi,"
"Tahan dulu Syifa, jangan pingsan dulu! Ibu mertuamu mana?"
"Aku nggak tahu kemana Mbak, yang jelas ibu nggak ada di rumah."
"Trus kalau Fani kemana?"
"Dek Fani baru pergi bersama teman-temannya tadi dan bapak belum pulang dari sawah, Mbak."
"Telpon Fahri dong!"
"Nomor mas Fahri nggak aktif, mungkin lagi meeting."
"Ya udah kalau gitu, aku panggil Zaki saja supaya segera mengantarmu ke rumah sakit,"
"Terserah Mbak Inem saja, ini perutku semakin sakit, Mbak. Tolong ..."
"Iya, Syif. Bertahanlah aku panggil Zaki dulu,"
Tidak butuh waktu lama Zaki pun segera menghampiri Syifa dengan membawa mobilnya "Kak Inem, tolong segera bantu Syifa naik ke mobil!" pintanya ikut cemas melihat Syifa merintih kesakitan.
"Iya, tapi kakak nggak bisa ikut nganter Syifa ke rumah sakit, Zak. Karena Nasya sendirian dirumah misal di ajak ke rumah sakit juga nggak boleh karena masih anak kecil,"
"Nggak apa-apa, Kak. Gini aja Syifa tak anter ke rumah sakit dulu, untuk keluarganya biar nanti nyusul aja!"
"Iya, Zak. sebaiknya kakak sekarang mencari bu Rita dulu!"
"Heum."
Sepanjang perjalanan Syifa terus meringis menahan rasa sakit sehingga Zaki pun mengemudikan mobilnya juga sedikit kencang.
Tetibanya di rumah sakit para tenaga medis berlarian menyambut Syifa dengan membawa brankar, lalu segera dibawa keruang pemeriksaan kandungan.
"Apakah Anda suaminya?" tanya seorang perawat pada Zaki.
"Bukan, Sus. Saya tetangganya."
"Oh, lha trus suami dan keluarganya mana?"
"Belum datang, Sus. Mungkin sebentar lagi."
"Tapi ini untuk tindakan harus segera dan butuh tanda tangan keluarga secepatnya!"
"Coba saya telpon suaminya dulu sebentar, Sus."
"Ya, saya tunggu tapi harus cepat!"
Zaki segera menelepon Fahri tapi tetap saja nomornya masih tidak aktif.
"Sus, nomor suaminya tidak aktif, gjmana kalau saya saja yang memberikan tanda tangan itu,"
"Berhubung dari pihak keluarga tidak bisa dihubungi maka Masnya boleh memberikan tanda tangan itu."
"Okay."
Sambil menunggu Fahri dan keluarganya datang, Zaki duduk sendirian di bench sambil termenung "Syif, biarlah aku bukan suamimu tapi aku sudah sangat bahagia bisa membantumu mengambil alih tugasnya Bang Fahri," gumamnya senang walau dengan rasa yang masih khawatir juga.
~
Dirumah, inem sudah memberi kabar pada Rita kalau menantunya kini sudah di rumah sakit ingin menjalani persalinan. Tapi ibu paruh baya itu tetap diam seolah tak perduli dengan kondisi Syifa, ia enggan untuk menyusul ke rumah sakit. Sedangkan Fani pun juga sama tidak ingin menyusul kakak iparnya ke rumah sakit.
"Bu Rita, Fani, kenapa kalian masih santai-santai dirumah? kalian nggak ingin menyusul Syifa ke rumah sakit?" Tanya Inem heran.
"Buat apa kami ke rumah sakit? Toh Syifa itu bukan menantu idaman saya, jadi saya tidak perduli dia mau melahirkan kek, mau sakit kek, terserah!" jawab Rita dengan sikap buruknya.
"Nah bener tuh, aku dan ibu nggak perduli dengan kondisi kak Syifa, jadi biarin saja dia sendirian di rumah sakit bersama kak Fahri,"
"Syifa di rumah sakit tidak bersama Fahri, Fan. Melainkan tadi di antar oleh Zaki, karena kakakmu Fahri tadi nggak bisa dihubungi."
"Apa? bang Zaki nungguin Kak Syifa melahirkan?"
"Heum, karena tadi air ketuban Syifa sudah pecah jadi harus segera cepat-cepat dibawa ke rumah sakit, sedangkan kalian keluarganya malah pada nggak ada di rumah, ya udah deh aku minta tolong sama Zaki."
"Kalau bang Zaki ada di rumah sakit, maka sekarang aku ingin menyusulnya kesana," kata Fani tiba-tiba berubah dengan keputusannya.
"Memang seharusnya gitu, kamu kan adik iparnya Syifa, sebagai keluarga masa malah nggak mau jagain kakaknya persalinan, gimana sih kamu, Fan??"
"Iya, iya, ini aku mau nyusul bang Zaki,"
"Ibu juga mau, kita boncengan ya, Fan?" sahut Rita.
"Heum."
Harun baru pulang dari sawah, bagitu mendengar kabar Syifa, ia langsung membersihkan diri dan langsung menyusul ke rumah sakit. Sedangkan Fahri begitu ponselnya aktif ia juga langsung meminta izin pulang awal untuk segera menuju ke rumah sakit juga.
~~
Tindakan medis selesai dengan kondisi Syifa drop tak tersadarkan diri.
Tidak ada tangisan bayi yang memecah ruang tindakan itu, tapi ...
Bersambung ...
Segini dulu ya Readers ..
Mungkin ini bab terpendek yang pernah author tulis 🤭
Happy Reading 🙏🥰