NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30

Suasana laboratorium di lantai 27 FUNDAMENTA terasa dingin, nyaris membekukan. Udara berbau steril dan logam, menambah kesan mencekam. Monica melangkah dengan hati-hati menyusuri lorong menuju ruang akses terbatas, kartu akses pemberian Dr. Bram digenggam erat di tangannya. Setiap langkah terasa berat, bukan karena keraguan, tetapi karena kesadaran akan resiko yang dihadapi. Satu kesalahan kecil saja bisa mengakhiri segalanya, menghancurkan semua usaha yang telah mereka lakukan.

Di ruang server utama, cahaya merah berkedip-kedip—tanda bahwa protokol keamanan tingkat tinggi telah aktif. Dengan tangan yang gemetar, ia memasukkan chip celah sistem ke dalam panel tersembunyi, berharap chip tersebut masih berfungsi.

“Verifikasi identitas…” Suara komputer terdengar dingin dan mekanis.

“Dr. M. Halim,” gumam Monica, menyebutkan identitas palsunya.

“Sistem mengenali identitas sekunder: Monica A. Setiawan.” Sistem mengenali identitas aslinya.

“Perhatian: Protokol pengecoh gagal. Arsya telah memperbarui enkripsi tiga jam lalu.” Sebuah pesan peringatan muncul di layar.

Mata Monica melebar, ia menyadari bahwa ia telah terjebak. Ia mencoba mencabut chip tersebut, namun…

“Kunci teraktivasi. Pemantauan sedang berlangsung.” Sistem telah mengunci aksesnya.

Layar menampilkan satu nama yang membuatnya membeku:

Eksekutor Sistem: Azzam R. Kurniawan.

Nama itu tak asing baginya. Ia ingat Azzam, bocah jenius yang pernah ia selamatkan dari eksperimen gelombang pertama yayasan Raline. Bocah itu… sekarang menjadi pengawas internal keamanan FUNDAMENTA, seorang eksekutor yang akan menghentikannya.

Di markas rahasia di Jakarta, Kirana dan Livia menatap layar komputer mereka dengan wajah tegang. Mereka memantau situasi di Singapura.

“Monica kejebak,” desis Kirana, suaranya penuh kekhawatiran, "Sinyal ditarik ke sistem internal. Mereka tahu dia ada di sana."

Livia mengetik dengan cepat, mencoba untuk menyusup ke jalur komunikasi satelit cadangan, mencari cara untuk menghubungi Monica. Namun, semua jalur komunikasi memantul kembali—seolah-olah telah diantisipasi, telah diblokir.

“Ini jebakan berlapis,” gumam Livia, suaranya terdengar lelah, "Kita bukan hanya mengganggu mereka… kita menghidupkan sistem cadangan mereka." Ia menyadari bahwa mereka telah terjebak dalam sebuah strategi yang telah lama direncanakan.

Kirana menoleh, "Apa artinya?" Ia tidak mengerti maksud Livia.

Livia menatap Kirana dengan tatapan yang penuh dengan keputusasaan, "Artinya… FUNDAMENTA sudah siap kehilangan segalanya. Asal mereka bisa memulai dari nol. Dengan otak-otak yang mereka pilih sendiri." Mereka telah terjebak dalam sebuah permainan yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan.

Di Singapura, pintu ruang server terbuka. Seorang pria tinggi, mengenakan jaket hitam, dengan tatapan mata yang tajam memasuki ruangan. Wajah itu…

“Azzam?” gumam Monica, terkejut.

Pria itu menatap Monica dengan tatapan yang penuh dengan luka masa lalu, "Aku selamat karena kamu," katanya, suaranya terdengar berat, "Tapi untuk bertahan… aku harus bergabung dengan mereka. Sekarang, kamu ancaman. Dan aku… harus menghapusmu." Ia telah memilih untuk bergabung dengan pihak yang berkuasa.

Monica mengangkat tangannya perlahan, berusaha untuk menenangkan situasi, "Dulu kamu bilang… kamu ingin dunia yang lebih adil." Ia mencoba untuk membangkitkan rasa kemanusiaan Azzam.

Azzam terdiam, tersiksa oleh dilema yang dihadapinya.

Monica melanjutkan, suaranya terdengar tegas, "Apa ini adil? Menyingkirkan semua yang berbeda hanya demi sistem yang sempurna?" Ia mempertanyakan tindakan Azzam.

Suara dalam speaker menggema, mengumumkan eksekusi otomatis, "Eksekusi terjadwal. Otomatisasi dalam 90 detik." Waktu semakin menipis.

Namun, Azzam tak bergerak. Matanya menunjukkan pertarungan batin yang hebat—antara kesetiaan kepada FUNDAMENTA, rasa bersalah atas masa lalunya, dan kebenaran yang telah ia saksikan.

Di tengah laut, di atas geladak sebuah kapal kecil yang telah ia bajak, Teddy memegang radio gelombang pendek, mencoba untuk menghubungi Monica.

“Monica, kalau kamu mendengar ini… kamu tidak sendirian,” gumamnya, suaranya terdengar lemah namun penuh dengan tekad, "Tunggu aku." Ia sedang menuju ke Singapura.

Dari geladak kapal tersebut, ia menatap ke arah daratan Singapura, malam mulai turun. Di tangannya, ia menggenggam sebuah detonator darurat, sebuah pilihan terakhir yang akan menghancurkan FUNDAMENTA.

Di akhir bab ini, layar server di ruang utama FUNDAMENTA mendadak mati. Alarm berbunyi keras, menandakan adanya gangguan sistem.

Azzam menatap Monica dengan tatapan yang penuh dengan keraguan, "Pergi. Sekarang." Ia memberikan kesempatan terakhir kepada Monica untuk melarikan diri.

Monica menatap Azzam dengan penuh makna, "Aku tidak akan lari sendiri." Ia telah membuat pilihannya.

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!