Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.
Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.
Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?
Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Di sebuah ruangan yang pengap, ditekan oleh kegelapan yang hanya diselingi cahaya remang lampu gantung tua yang berayun pelan, menciptakan bayang-bayang di meja beralas keramik itu.
Dua pria paruh baya duduk berhadapan, meja panjang di antara mereka bagai jurang pemisah yang dalam. Asap rokok tebal mengepul dari mulut Tuan Dante, pria berambut putih yang aura arogannya memenuhi ruangan.
Di seberangnya, Tuan Ricardo, dengan tatapan tajam yang seakan bisa menusuk, menunggu lawan bicaranya bicara.
"Kita harus segera singkirkan Klan The Silent, Dante," ujar Tuan Ricardo, suaranya berat, seperti batu yang digulingkan ke dasar jurang.
"Bisnis kita terancam bangkrut gara-gara mereka."
Tuan Dante menarik napas panjang, mengeluarkan asap rokok yang membumbung ke langit-langit ruangan.
"Kau pikir itu mudah, Ricardo? Keenan ketua The Silent, sangat tangguh dan licik. Bukan sembarang orang bisa menumbangkannya."
Tuan Dante, bos mafia dengan bisnis ilegal terbesar kedua di Asia, terkenal bengis dan licik. Ia tak pernah puas sampai mencapai puncak, dan Klan The Silent yang dipimpin Ken adalah satu-satunya rintangan terbesarnya.
Ia kehilangan pasar akibat manuver cerdik Ken membuat Tuan Dante terbakar amarah. Kehilangan itu terasa semakin menyakitkan karena Ken adalah cucu dari musuh bebuyutannya yang telah ia singkirkan bertahun-tahun lalu. Kebencian yang mengakar dari dalam mendorongnya untuk membalas dendam.
"Semenjak anak itu mengambil alih, bisnis bawah tanahku terancam bangkrut! Ini sudah keterlaluan!" Tuan Dante mengepalkan tangan, urat-urat di tangannya menonjol. Amarahnya tersirat dalam gerakan tangannya yang gemetar.
"Tujuan kita sama, Dante! Meski masalahnya berbeda." Tuan Ricardo menyela, suaranya tenang namun tegas.
Tuan Ricardo menatap Tuan Dante tajam, tatapannya seperti pisau yang siap menghujam.
"Kau pikir selama ini aku diam saja atas kematian putraku? Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk bertindak!" Suaranya meninggi, menunjukkan ketegangan yang terpendam.
"Sampai kapan? Anak itu semakin berkuasa!" Dante menyela, suaranya sinis.
Tuan Ricardo tersenyum tipis, tatapannya tajam dan penuh perhitungan. "Aku sudah menemukan kelemahannya." Lanjutnya dengan penuh percaya diri.
"Kelemahan? Serius? Kelemahan macam apa yang kau temukan?" Tuan Dante menunjukkan rasa ingin tahu yang kuat, yang dibalut dengan kecurigaan.
"Mata-mataku beberapa kali melihatnya bersama seorang gadis SMA," Tuan Ricardo menjelaskan dengan nada misterius.
"Kau yakin? Keenan terkenal dingin dan anti wanita!" Dante meragukan informasi tersebut, karena ia tahu seberapa dingin dan fokusnya Ken pada dunia bisnis.
"Jika itu benar, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini. Kita hancurkan dia melalui kelemahannya," Tuan Ricardo mengusulkan dengan senyum licik, memperlihatkan rencana jahatnya.
"Lalu, apa rencanamu? Kau akan menculik gadis itu?" Tanya Tuan Dante dengan nada yang penuh dengan kecurigaan.
"Aku tidak sebodoh itu. Menculiknya akan mudah diketahui" Tuan Ricardo menolak rencana itu dengan tegas, kehati-hatiannya.
"Lalu … apa yang harus kita lakukan?" Tuan Dante menunggu penjelasan lebih lanjut dari Ricardo, karena ia ingin mengetahui rencana yang akan dilakukan untuk menghancurkan Ken. Ia menatap Tuan Ricardo dengan penuh harap.
Ricardo tersenyum tipis, tatapannya tajam dan penuh perhitungan.
"Kita akan menggunakan gadis itu sebagai umpan. Kita akan menyebarkan informasi palsu, membuat Ken terjebak dalam situasi yang sulit. Kita akan membuatnya memilih antara gadisnya atau klannya."
Tuan Dante mengerutkan dahi, ragu-ragu. "Aku ragu, Ricardo. Anak itu selalu selangkah bahkan dua langkah di depan kita."
Tua Ricardo tersenyum dingin. "Justru karena itu. Kita akan menjadi dalang yang tak terlihat. Dan jika ia curiga? Kita salahkan musuh kita yang lain."
Dante berpikir keras. Dendam dan ambisi beradu dengan keraguan. Akhirnya, ia mengangguk setuju.
***
Sedangkan di gedung pencakar langit milik Alendra Group. Tempat di ruangan CEO Lea sedang Menganti seragam sekolah dengan baju yang di sediakan ken sebelumnya.
"Wah ... kamar kak Ken, ternyata rapi dan nyaman bangat." Gumam Lea pelan sambil terus memperhatikan setiap sudut kamar yang bernuansa klasik dengan cat dominan abu-abu di kombinasi cat putih.
Sampai pada akhirnya pandangan Lea beralih pada sebuah paper bag di atas nakas. Lea melangkah pelan menuju nakas lalu mengeluarkan isi di dalamnya ada dua setel baju. Satu dress yang satu lagi baju kasual santai.
"Pakai yang mana ya?" Bingung Lea sambil mengangkat kedua baju tesebut seolah mempertimbangkan yang mana yang cocok.
"Ah, ini aja, lebih nyaman untuk bergerak," pilihan Lea jatuh pada baju kasual sederhana yaitu sebuah kaus polos warna putih dan celana jins warna hitam.
Setelah memutuskan apa yang ingin ia kenakan Lea langsung mengganti bajunya. Selesai ganti baju Lea keluar dari kamar tersebut.
Colek!
Bunyi pintu terbuka, Lea langsung menyelinap keluar dari kamar, terlihat Ken sangat fokus dengan laptopnya. Lea akhirnya menuju sofa. Ken melirik lea sekilas dengan senyum hangatnya. Lalu fokus lagi pada laptopnya.
Melihat ken sedang sangat sibuk, Lea akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang informasi yang ia dapatkan dari Bima di sekolah tadi.
Suasana hening kembali menyelimuti ruangan tersebut. Ken meskipun terlihat fokus sesekali ia memperhatikan Lea, yang sedang duduk santai sambil memangku satu bungkus keripik kentang di pangkuannya, dan satu botol susu coklat di tangannya.
"Lea, apa kau bosan? Jika ia kau bisa keliling kantor ini." Ujar Ken yang memperhatikan Lea terlihat santai namun ada kebosanan di wajahnya.
"Benarkah?!" Lea langsung semangat dengan senyum manis menghiasi bibir mungilnya.
Ken mengangguk kecil sebagai tanda ia membenarkan ucapan Lea.
"Kalau begitu, aku keluar sekarang! Ujar Lea tak sabar.
"Tunggu dulu Lea, aku akan meminta sekretaris ku untuk menemanimu." Titah Ken tegas.
Ken langsung menekan tombol interkom tak lama pintu ruangan terbuka.
Cklek!
Masuklah seorang wanita muda dengan pakaian formal dan rapi.
" Maaf pak ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang sekretaris sopan.
"Hm ... kamu temani Lea keliling gedung ini ya!" Perintah Ken tegas dengan wajah datarnya.
Sang sekretaris menatap lea sebentar lalu mengangguk pelan.
"Baik pak." Jawabnya patuh.
"Maya, jaga Lea, jangan jauh-jauh dari nya!" Peringat Ken tegas pada sang sekretaris.
"Baik pak, saya mengerti." Jawab Maya.
"Ayo Nona Lea, ikut saya." Ujar Maya ramah dan sopan.
Lea mengangguk pelan lalu bangkit dari sofa. Saat keduanya hendak meninggalkan ruangan tiba-tiba pintu ruangan Ken kembali terbuka.
contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.
dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒