NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AWAL DARI PENDERITAAN

Aurora sudah tidak lagi memikirkan tentang kontrak kerja yang harusnya ditandatangani.

Yang penting sekarang baginya adalah mendapatkan penjelasan yang sejelas jelasnya terkait apa yang sebenarnya terjadi dengan William.

Setelah hampir dua puluh lima menit Aurora menaiki ojek online akhirnya dia sampai di tempat pertama kali dia bertemu dengan William.

Saat dia turun dia melihat William sudah menunggunya disana dengan wajah yang kusut bahkan dengan rambut yang acak acakan.

William nampak berdiri saat melihat Aurora dari luar pintu menuju kearahnya dan

William tersenyum kemudian menyeret kursi untuk mempersilakan Aurora duduk.

"Setelah sekian lama kamu menghilang

, kamu baru berniat menemui ku karena tadi kamu melihatku?" Tanya Aurora dengan matanya yang tajam dan sedikit berair.

William menghembuskan nafas lalu menunduk sebentar.

"Kamu salah Ra, ini bukan kemauanku " Jawab William dengan tatapan yang sedih dan menunjukkan galeri foto di ponselnya.

Aurora mengambil ponsel William dan melihat foto Rani yang berdarah darah dan dibawa ke Rumah Sakit selain itu ada foto William yang selalu ada didepan pintu gerbang ditempat Aurora ditahan namun tidak berani masuk.

Disitu terlihat ada tanggal William yang selalu pergi ketempat Aurora selama satu minggu sekali. Ada Juga foto dia pergi ke Panti asuhan Mutiara Hati tempat Alvero tinggal kemudian ada juga makam Alvero dan yang terakhir adalah didepan rumah Aurora yakni selalu melihat Hamida.

Aurora meneteskan air mata dan menutup mulutnya sambil terisak.

"Apa yang telah dilakukan Ibu Wil?" Tanya Aurora masih sambil melihat foto foto tadi.

"Ibu nekat mengakhiri hidupnya Ra,,,, tidak hanya sekali tapi berkali kali" ucap William menyakinkan walaupun sebenernya dia berbohong.

"Aku terpaksa harus melakukan ini semua demi nyawa Ibu,, dan sekarang aku tanya sama kamu Ra, aku harus bagaimana?" Tanya William yang nampak mengusap air matanya.

"Aku tau kamu pasti kecewa tapi aku gak bisa berbuat apa apa selain menuruti semua kemauan ibu, maaf Ra,,, maaf" ungkap William sambil memegang tangan Aurora.

Aurora membalas pegangan tangan William dengan erat dan mereka berpelukan di dalam rumah makan sederhana yang nampak sepi.

"Apa yang membuatmu melamar kerja di tempatku kerja Ra, apa kamu yakin bisa diterima kerja dengan statusmu saat ini" Ucap William sambil melepas pelukan Aurora.

Sebenarnya William merasa risau dan takut dengan kehadiran Aurora ditempat kerjanya namun dia mencoba menyembunyikannya dari Aurora.

"Aku butuh pekerjaan dan aku kira kamu tidak lagi kerja disana, dan,,," Ucap Aurora terputus dengan tatapannya yang kosong lalu bibirnya melengkung ke bawah tanda dia akan menangis lagi.

William nampak penasaran lalu mendengarkan cerita Aurora.

"Tadi Aku di telpon pihak perusahaan untuk tanda tangan kontrak namun aku memilih untuk datang kesini dan itu artinya tidak akan ada lagi kesempatan untukku bekerja disana," ucap Aurora dengan tatapan kosongnya sambil melamun.

William nampak tersenyum lega namun segera dia tahan saat mendengar detail cerita Aurora.

'Akhirnya kamu gak jadi diterima, kalau sampai diterima ini akan menjadi masalah besar untukku kedepannya' ucap William dalam hati sambil mengusap tangan Aurora mencoba menenangkan kekecewaan Aurora.

"Nanti aku coba cari pekerjaan lainnya ya Ra, kamu jangan sedih dan sekarang makan dulu yuk, ini makanannya sudah datang"Ucap William sambil menggeser makanan kesukaan Aurora ke depan Aurora yakni ayam goreng.

Melihat ayam goreng, Aurora nampak tersenyum dan memandang William lalu memakannya.

"Terimakasih Will," ucap Aurora lagi.

Satu jam mereka berada di rumah makan, mereka pulang bersama melepas rindu dengan saling berpegangan tangan.

William berhenti ditepian jalan, tanpa aba aba William langsung memegang wajah Aurora lalu memagut bibirnya yang setelah hampir lima tahun lebih tidak disentuhnya.

Aurora nampak pasrah dan menikmati ulah manis William.

Saat mereka akan melanjutkan aktivitas tersebut lebih lanjut dan panas, ponsel William nampak berdering membuat wajahnya yang awalnya sumringah menjadi pucat saat melihat nama di ponselnya.

William menarik nafas panjang sebelum mengangkat telpon tersebut lalu berdehem.

"Iya bu,,, Will disini ada apa" Tanya William dengan suara datar dan lesu.

"Kamu dimana Will, gak lupa kan malam ini ada pertemuan antara Sovia dengan kamu" Tegas Rani ditelpon.

Mendengar hal tersebut dahi Aurora mengkerut dan mulutnya diam tertutup rapat tak bersua karena panggilan tersebut sengaja William load speaker agar Aurora turut bisa mendengarkan.

Sedangkan William menoleh memandang kearah Aurora kemudian meraih tangan Aurora kemudian memegang erat tangannya.

"Iya bu,,, Will masih ingat nanti aku pulang lebih cepat" Jawab William denga malas lalu mengakhiri panggilan tersebut.

Aurora menghela nafas berat lalu mencoba berbicara dengan hati yang yang lapang.

"Apa pun itu turuti kemauan ibu, aku juga nggak mau jika ibu melakukan hal yang seperti dulu" Ucap Aurora dengan berat hati.

William mengangguk lalu mengantarkan Aurora pulang.

Sesampainya Aurora dirumah dia tidak mempersilakan William untuk masuk kerumah, karena pastinya Hamida melarangnya untuk berhubungan kembali dengan William mengingat bahwa William tidak pernah mengunjunginya selama Aurora tidak berada dirumah.

Saat Aurora melepas sepatu dan hendak pergi mandi, terdengar bunyi notifikasi pesan dari nomor yang tidak dikenal.

Senyum Aurora nampak merekah saat membaca isi dari pesan tersebut yakni Aurora diperbolehkan untuk bekerja besok sekaligus tanda tangan kontrak.

Tanpa menunggu lama Aurora langsung membalas pesan tersebut lalu dia keluar dan membagi kabar bahagia tersebut ke Hamida.

Melihat Hamida yang duduk di teras sambil melihat pemandangan malam yang hening dan damai, Aurora memeluk erat Hamida dan mencium pipinya.

"Nenek, aku besok dah mulai kerjaaaa" ucap Aurora girang.

Hamida nampak bahagia mendengar hal tersebut.

Sementara Devandra nampak tersenyum licik melihat balasan pesan dari Aurora.

'ini adalah awal dari penderitaanmu' ucap Devandra dalam hati sambil meremas dokumen lamaran milik Aurora.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!