NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:438
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

Harsa memutar tubuhnya, dua manusia beda generasi itu saling berhadapan.

"bisakah anda keluar!!!."

Axel melipat tangannya dengan gerakan pelan, dia menelisik wajah gadis yang sejak tadi sering membulatkan mata dihadapannya. Axel jadi ingat panggilan sampean dengan nada lembut kini berubah jadi anda dengan mode galak.

"baiklah."

Jawaban singkat, namun nadanya bikin harsa ingin marah-marah. wajah pria arogan yang dingin, memandang harsa layaknya bocah kecil, bikin kesel setengah hidup.

Harsa segera melepas mukenanya setelah kepergian axel, dia menatap wajahnya sambil menggunakan hijab dengan cepat.

Tiba-tiba pipi harsa bersemu, dia teringat ucapan axel didepan pintu tadi. bikin bulu kuduknya meremang. suara deep voice yang halus itu seperti menggelitik perutnya.

"tidak, tidak."

Harsa menggeleng pelan, menghapus suara pelan yang tiba-tiba menggentayangi-nya.

Harsa kembali menatap wajahnya di cermin, memastikan wajahnya tidak aneh, lalu bergegas keluar, dia takut terlambat.

Di ruang makan keluarga, semua sudah berkumpul, termasuk Axel suami harsa.

"maaf menunggu lama."

bosa-basi harsa untuk meminimalisir kecanggungan.

"tidak kok sayang, umma juga baru saja duduk."

harsa menatap meja berukuran sedang yang menampung beberapa macam hidangan. dia segera mengambil tempat yang tersisa.

Di samping axel, suaminya. harsa melirik sekilas pria yang tengah duduk tenang, pakaian pria itu masih sama, menggunakan sarung dan kemeja hitam tanpa songkok hitam.

Sedangkan neng elsa sudah ganti baju dengan daster muslimnya yang senada dengan warna kaos yang dipakai gus abid.

harsa mengamati umma halimah yang cekatan menyiapkan nasi diatas piring kyai maulana, begitupun dengan neng elsa yang malu-malu menanyakan lauk pada gus abid.

"harsa, umma sudah."

harsa mengangguk, dia segera mengisi piringnya dengan nasi setelah menunggu antriannya.

umma halimah melihat putrinya yang begitu tidak mengetahui tentang melayani suaminya itu sedikit geram.

"harsa, kenapa kamu tidak ambilkan suamimu nasi."

tanya umma halimah.

Harsa melirik axel yang duduk tenang disampingnya.

"harsa tidak tahu porsinya umma, biar om axel ambil sendiri."

ucap harsa enteng, tanpa pikir panjang. namun gadis itu segera menatap umma-nya yang sedang menatapnya.

Harsa baru saja sadar akan ucapan nya. dengan cepat-cepat dia bergelayut di lengan suaminya.

"maksud ku mas axel. "

Harsa melirik suaminya dengan senyum manis namun penuh kepalsuan.

"gak papa tante, saya lebih suka ambil sendiri."

Axel mengisi nasi di piringnya sendiri, kemudian dia mengambil lauk secukupnya. Gerakannya penuh dengan ketenangan.

Harsa pun dibuat heran. pria berwajah dingin disampingnya itu makan menggunakan table manner ala bangsawan yang begitu elegan. harsa baru saja ingat jika suaminya seorang pengusaha, tentu dia sering diundang makan oleh orang-orang penting.

Axel melirik piring harsa yang belum sempat diisi lauk. dengan penuh perhatian dia mengambilkan lauk untuk istrinya.

"makanlah, kamu harus lebih banyak makan makanan mengandung banyak protein."

Harsa melirik tajam, dia melihat piringnya yang terisi dua ayam goreng dan sepotong daging.

Dia sedang menghina ku...

Kata-kata axel sungguh membuat harsa tersinggung, dia tahu pendek, tapi tinggi badan seratus lima puluh tiga itu dibilang tidak terlalu pendek. harsa berpikir suaminya saja yang kelebihan kalsium.

Gus abid sekilas melirik harsa, perhatian yang diberikan axel tadi sungguh mengganggunya. gus abid melakukan hal yang sa, di berusaha memberikan perhatian kepada neng elsa dengan cara mengambilkan minum, namun sialnya harsa tidak melirik kearahnya.

"makasih mas."

ucap neng elsa dengan lembut. harsa melirik meja pasangan pengantin baru, entah mengapa dia jadi tak berselera makan.

lirikan mereka berdua yang diam-diam saling mencuri pandangan, membuat axel terganggu. Axel jadi ingat tentang dua insan yang sedang berbincang di bawah pohon ketapang.

"sayang."

"uhuk-uhuk."

panggilan axel ditengah makanan harsa, membuat dia tersedak oleh makannya.

Axel mengusap punggung harsa, dan memberikan minum dari gelas bekasnya miliknya.

Harsa dengan pelan meminum, namun setelah itu dia baru sadar.

"ini bekas,.."

ucap gadis itu melotot ke arah suaminya.

"memang kenapa? bukan kah..."

harsa segera mengangkat tangannya dan menutup mulut axel.

Jari kecil nan ramping itu menyentuh bibir axel. Axel tak menyingkirkan jari lentik itu, dia hanya melirik dan membiarkan harsa menyingkirkannya sendiri.

wajah harsa bersemu merah, karena nervous dan kesal itu membuat gua abid tidak suka. dia jadi ingat tentang masa kecilnya, bagaimana ekspresi harsa saat dia jahili. dan saat ini ekspresi itu terjadi bukan dia yang menjadi penyebabnya tapi pria lain, dada gus abid bergemuruh antara cemburu dan penyesalan.

gus abid segera menyelesaikan makannya. dia tidak makan-makanan pencuci mulut, pria itu memilih untuk pamit lebih dulu dengan beralasan ada kepentingan di kantor pengurus putra.

Ustadz yariz begitu terkejut ketika gus abid tiba-tiba datang ke kamarnya.

Yariz dan gus abid adalah teman sekolah jadi mereka cukup akrab.

"tumben ke kamar saya gus."

"iya, cuma ingin Sharing."

"kalau masalah pernikahan saya tidak begitu tahu ya, kalau lainnya saya bisa dia ajak sharing...."

gura ustadz Yazid.

"eh ada gus abid."

tak lama ustadz arivin datang, dia adalah salah satu ustadz yang berencana untuk mengkhitbah harsa, namun sayangnya gagal.

"gus, dia baru saja galau beberapa hari ini."

Ucap ustadz yariz memberi tahu temannya.

gus abid melirik ustadz arivin.

"kenapa?."

"karna gagal jadi adik ipar mu."

gus abid tersenyum kecut.

Aku juga gagal jadi calon suami adikku...

batin gus abid, tapi tak berani sedikitpun untuk mengatakan.

Akhirnya ustadz Yariz menyuguhkan dua gelas kopi pahit untuk dua pria yang galau karena orang yang disukai menikah dengan orang lain.

jam sudah menunjukkan pukul sebelas, namun pengantin baru itu masih betah duduk merokok dang ngopi di kamar ustadz yariz.

"bid, kamu gak kasian ninggalin istri sendiri."

gus abid melirik ustadz yariz sekilas, lalu dia menatap jam.

kamarnya dan harsa berdampingan, mungkinkah dua insan itu...

gus abid segera menggelengkan kepalanya.

"aku pulang."

"iya."

setelah gus abid pergi, barulah ustadz arivin menatap teman sejawatnya.

"dia kenapa?."

ustadz yariz mengangkat bahu, dia juga tidak tahu dengan wajah galau sahabatnya itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!