NovelToon NovelToon
ENCOUNTER

ENCOUNTER

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:314
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Laila

pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Maharani mengaduk-aduk gelas tinggi berisikan ice virgin mojito. Membuat es dan gelas kaca itu saling berdenting. Sesekali tertawa mendengar celotehan kedua kakaknya, Miranda dan Dona, dan sesekali ikut menimpali. Tetapi, isi kepalanya sejak tadi melayang, memikirkan hal lain.

“Lo tau sesuatu tentang Baskara gak, Kak?” tanya Maharani ke Dona.

“Tiba-tiba jadi bahas Baskara,” ledek Dona dengan senyum jahilnya.

“Kenapa emang gebetan lo itu?” tanya Miranda membuat Maharani memutar bola matanya.

“Gak tau,” dia menghembuskan nafas dengan bahu yang menurun, “gua gak yakin dia single. Like, somehow dia terikat dengan sesuatu atau …,” Maharani menatai Dona dan Miranda bergantian, “seseorang.”

“Setau gue sih dia single,” ucap Dona. "dari lo bilang lo naksir dia, gua pernah nanya-nanya soal dia ke Jo. Jo bilang dia single. Dah putus sama pacarnya," lanjut Dona, "dia juga gak pernah posting cewek di ig-nya," tambahnya

“Atau masa lalunya belom selesai? Atau dia di tinggal nikah sama ceweknya? Terus gamon parah,” tebak Maharani asal.

“Kenapa lo jadi kepikiran ke sana? Lo ada menangkap sinyal sesuatu?” tanya Miranda.

Maharani menganggukkan kepalanya, “dulu pernah nanya, kayak sambil becanda santai gitu, dia gak jawab. Terus kemaren pas di acaranya Om Lubis, gua nanyain lagi. Dia cuma senyum. Tapi senyumnya keliatan sendu.”

“Kalo misal, misal nih ya, Ra, dia gamon sama mantannya, lo gimana?” tanya Dona.

“Deketin terang-terangan sih kata gue,” ujar Miranda santai mendapat pandangan bingung dari adiknya, “lo sama dia deketnya ambigu. Batas aman antara temen dan orang yang pedekate tuh samar. Kalo di bilang kayak temen deket, ya bisa. Tapi rasanya kayak orang htsan.”

“Anjir,” ucap Maharani sambil tertawa. “Gak htsan juga kale.”

“Ya udah, ttm deh ttm,” balasnya tertawa.

“Kalo dia gamon misalnya di tinggal nikah, gue gak tau mau maju atau mundur, jujur. Berat. Punya pasangan yang masih mengenang masa lalunya dengan sangat dekat, rasanya sesek gak sih? Mau cemburu gimana coba? Sedangkan yang milih buat jadi pacaran gitu misalnya, kan gua juga," katanya mengutarakan perasaannya.

“Tapi bisa aja dia ada rasa sama lo, Ra. Buktinya dia segitunya sama lo. Effort banget suka ngajak jalan atau mau lo ajak kemana-mana,” ucap Miranda.

“Nah, itu juga bisa jadi,” timpal Dona, “atau lo takut jadi rebound ya?” tanya Dona dengan alisnya yang berkerut penuh rasa empati.

Maharani mengangguk lemah. “Gue gak mau jadi alat buat dia ngelupain mantanya. Ngebayanginnya aja rasanya perih,” ucapnya lirih dengan tatapan sendu.

“Terus lo mau gimana?” tanya Miranda, “mau udahan?”

Maharani menghembuskan nafasnya. “Dari yang waktu itu gue emang udah jarang ngehubungin dia, Kak. Hati gue terlalu linu. Kalian harus liat gimana senyum sendunya, gimana tatapan matanya yang menerawang. Seolah dia sedang merindukan seseorang. Gue udah kalah, Kak,” katanya lirih.

Kedua kakaknya itu pun saling bertatapan dengan wajah prihatin pada adik mereka. Mereka tahu bagaimana cerahnya wajah Maharani setiap membahas soal Baskara, bagaimana senangnya dia saat bisa bertemu dengan pria itu.

...♥

...

Bulan Desember datang. Setelah acara grand opening hotel bulan lalu, Baskara kembali ke settingan sebelum bertemu dengan Maharani. Wajahnya terlihat datar, alisnya yang tegas terlihat lebih menukik tajam. Senyumnya tidak secerah sebelumnya.

“Bas, gua titip ya,” kata Jemmy menenteng gambar-gambar di tangannya.

“Iya lo tenang aja. Nanti gua dateng buat site visit.”

“Bakal ada meeting juga nanti.”

“Iya, Jem. Lo udah ngejabarin semuanya dari 2 hari lalu.”

“Mending lo buruan jalan deh, nanti ditinggal pesawat yang ada,” kata Ghani.

“Ati-ati di jalan, Jem. Awas di makan Bu Dian,” ledek Baskara dan Jemmy hanya tertawa membawa tas berisikan semua berkas gambar yang mungkin akan dia butuhkan.

Tak lama keberangkatan Jemmy, Dewo masuk ke ruang kerja mereka bertiga.

“Mas Baskara, ini berkas gambar yang Mas minta.”

Baskara menerima setumpukan kertas A3 dan membolak-baliknya, berkata, “oke. Makasih ya, Wo.”

“Mas, abis meeting langsung balik ke sini kan?”

“Kenapa, Wo?” Baskara menatap Dewo.

“Mau acc yang gambar revisi itu, Mas.”

“Ooh iya. Oke. Nanti siang ya. Lo print aja nanti.”

“Siap, Mas, misi ya.”

Jam 9, Baskara meninggalkan kantornya menuju BSD dengan mobil Honda Brio RS warna abu-abunya. Selama di jalan, matanya hanya fokus pada jalanan. Tidak ada radio menyala yang menemani atau musik yang mengalun. Begitu sampai, pria tinggi itu langsung mengambil backpack andalannya. Memasukkan ponsel itu ke dalam saku dan mengunci mobilnya. Berjalan memasuki ruang kerja proyek apartment yang sedang berjalan tersebut.

“Selamat siang,” sapanya.

“Darimana Masnya?” tanya pria yang berumur sekitar 40 tahun-an.

“Baskara dari Raghamy, Pak. Hari ini saya menggantikan Jemmy.”

“Ooohh yaya. Mas Jemmy tadi juga sudah mengabari saya. Mau ke Surabaya ya?” Baskara mengangguk, “masuk-masuk, Mas. Kita masih nunggu konsultan struktur dulu ya. Katanya masih di jalan, udah mau sampe katanya,” ujar si Bapak.

“Iya.”

Baru saja Baskara meletakkan pantatnya dan berkenalan dengan beberapa orang yang ada di sana, pintu ruangan itu terbuka dan menghadirkan seorang perempuan. Membuat Baskara yang duduk menghadap pintu pun tercengang melihat wanita itu.

“Kenalkan, Ibu engineer architect yang gantiin Pak Aston.”

“Saya Amel.”

“Mbak Amel baru 2 mingguan ini di pindah ke sini dari proyek yang di Bali,” ucapnya memberitahu peserta rapat, “oh itu Pak Jaid dateng. Kalo gitu kita langsung mulai aja meetingnya, biar gak makin panas nanti pas ke lapangan.”

Selama meeting berlangsung, Baskara tak hanya sekali dua kali mencuri pandang pada wanita yang duduk di sebrangnya. Sudah setahun sembilan bulan dia tak pernah melihatnya. Amel menghilang begitu saja setelah hari itu. Tak bisa dihubungi. Nomor dan social medianya di block. Bahkan, saat Baskara mendatangi ke rumah Tantenya dimana dia tinggal selama di Jakarta, Tantenya pun tak mau memberi tahu keberadaan Amel. Baskara tak menyangka sama sekali akan bertemu dengannya hari ini.

“Hai,” sapa Amel santai setelah selesai inspeksi lapangan.

“Hai,” balas Baskara masih menatap Amel penuh dengan rasa tak percaya dia bisa melihat wanita itu lagi.

Amel terkekeh, “kamu apa kabar?”

“Gini-gini aja,” jawab Baskara seadanya.

“Bas, mau makan siang bareng?”

Baskara terdiam. Otaknya terlalu sibuk dengan pertanyaan yang tidak bisa dia ucapkan.

“Jadi? Mau gak?” tanya Amel lagi dan Baskara pun mengangguk.

“Di sekitar sini ada salad stop gak ya?” tanya Baskara di dalam mobil.

“Aku juga gak tau, Bas. Mau ke mall aja?” tanya Amel duduk di samping kemudi.

Akhirnya mereka makan di quiznos dekat ice bsd, dan memesan zesty steak ditemani ice coffee.

“Aku dulu resign dan apply ke MK ini. Langsung di tempatin di Bali dulu,” katanya tanpa ditanya.

Baskara hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil memakan sandwich-nya. “Aku butuh suasana baru. Aku butuh menjernihkan pikiran aku sendiri. Mendinginkan perasaan aku. Kamu ngerasa gak, Bas? Dulu kita tuh sempet gak baik-baik aja. Bikin aku selalu bertanya-tanya, apa bener aku mau ini semua.”

Baskara masih menatapnya dan berkata, “terus kamu dapet jawaban apa?” suaranya tenang. Seperti yang selalu ada dalam ingatan Amel.

“Aku dulu salah sama kamu. Aku egois. Maaf aku baru sadar. Kamu mau gak ngelanjutin hubungan kita?”

Entah kenapa pertanyaan itu terdengar aneh di telinga Baskara. Diantara mereka tak pernah keluar kata putus, tapi juga tidak ada kejelasan didalamnya. Dirinya ditinggal seorang diri di sana.

“Mel.”

“Kamu bisa pikirin dulu, Bas. Aku tau, aku ngegantungin hubungan kita selama hampir dua tahun, tapi di sini aku minta maaf sama kamu. Untuk semuanya. Aku mau memperbaiki hubungan kita lagi, Bas. Menata letak yang salah.”

Baskara hanya diam. Berusaha mencerna kalimat Amel dan ada sedikit getaran dari hatinya yang membuat dia tak bisa langsung mengiyakan wanita yang pernah mengisi hatinya.

...♥

...

1
Shion Fujino
Menarik perhatian.
Winifred
Aduh, gak sabar pengen baca kelanjutannya!
luhax
Bagus banget deh, bikin nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!