NovelToon NovelToon
Suddenly Married

Suddenly Married

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Romansa / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ichageul

Evan dipaksa menikah oleh ayahnya dengan Alya, gadis yang tidak dikenalnya. Dengan sangat terpaksa Evan menjalani pernikahan dengan gadis yang tidak dicintainya.

Evan mulai menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alya. Perbedaan karakter dan pola pikir menjadi bumbu dalam pernikahan mereka.

Akankah pernikahan mereka berhasil? Atau mereka menyerah dan memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Baru

“Papa bilang apa? Operasi mata ikan?”

Evan melihat tak percaya pada papanya. Fariz dan Karina sekuat tenaga menahan tawanya. Kaisar sendiri sudah hampir tergelak, pria itu segera menutup mulutnya dengan masker. Hanya Alya yang diam tak berekspresi apapun, karena dia juga bingung dengan situasi sekarang.

“Oh my God! Dua kali aku dikerjain! Keterlaluan, bang!” Evan melihat sewot pada Kaisar.

Kaisar tak bisa menahan tawanya lagi. Pria itu menurunkan maskernya kemudian tertawa terbahak. Begitu pula dengan Fariz dan Karina. Evan meremat rambutnya dengan kasar. Tidak percaya kalau keluarganya sendiri tega mengerjainya seperti ini. Hanya karena sang papa akan menjalani operasi mata ikan, dia begitu saja menyetujui pernikahan dengan perempuan yang tidak dikenalnya.

“Sudah.. sudah.. kamu kenapa sewot seperti itu. Apa kamu memang berharap papa operasi jantung?”

“Bukan gitu, pa..”

“Yang penting, kamu sudah menikah dan operasi papa berjalan dengan lancar. Ayo.. sekarang kita ke rumah baru kamu. Evan, dorong kursi roda papa.”

Mau tak mau Evan mengikuti perintah papanya. Dia segera memegang pegangan kursi roda, kemudian mendorongnya keluar dari ruangan Kaisar. Alya, Karina dan Fariz mengikuti dari belakang. Hanya Kaisar saja yang tidak ikut, pria itu masih harus menangani pasien lain.

Fariz mengenakan sandal khusus yang sudah dibelinya pada Antonio. Pria itu meringis ketika berjalan memasuki mobilnya. Luka di kakinya bekas operasi masih terasa nyeri. Fariz kembali duduk di belakang kemudi. Pria itu menjalankan kendaraannya lagi. Kali ini tujuan mereka adalah rumah baru tempat pasangan pengantin akan tinggal.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, mobil yang dikendarai Fariz berbelok memasuki kompleks perumahan bersubsidi. Pria itu terus melajukan kendaraannya melewati dua blok, kemudian berhenti di depan rumah kecil bercat biru muda.

“Ayo turun,” ajak Antonio.

Kedatangan Antonio dan yang lainnya langsung disambut pemilik rumah. Dengan ramah, wanita paruh baya itu menyambut kedatangan pria yang sudah menyewa rumahnya selama setahun.

“Selamat datang pak Antonio. Rumahnya sudah mau ditempati sekarang?”

“Iya, bu. Ini anak saya, Evan. Dan ini menantu saya, Alya.”

“Oh masih muda-muda. Semoga betah ya. Jangan lupa lapor ke RT, bawa fotocopy KTP dan KK. Eh mungkin KK baru belum selesai. KTP saja, tidak apa-apa.”

“Iya, bu,” jawab Evan.

“Rumah pak RT masih di deretan ini, yang ada pohon jambu di depan rumahnya. Kalau butuh apa-apa, rumah ibu di blok sebelah. Tanya aja rumah bu Sarpinah yang mana.”

“Iya, bu.”

“Kalau begitu, saya permisi dulu. Semoga betah ya.”

Setelahnya memberikan kunci dan pesan-pesan pada penghuni rumahnya, Sarpinah segera berlalu dari sana. Antonio membuka pintu rumah, lalu mengajak Evan dan Alya masuk. Mata Evan langsung memandang sekeliling. Rumah yang disewakan untuknya dan Alya, tidak besar, mungkin masuk tipe 21. Hanya ada satu ruang tamu, satu kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur.

“Seperti yang papa janjikan, papa menyiapkan rumah untuk kalian. Tapi rumah ini masih ngontrak. Papa sudah bayar untuk biaya sewa selama setahun. Tahun depan kalian harus membayar sendiri. Biaya sewanya 10 juta setahun.”

Evan hanya terbengong mendengar ucapan papanya. Disangkanya dia akan diberi rumah yang besarnya minimal setengah dari rumah Antonio, atau unit apartemen. Ternyata sang papa menyewakan rumah kecil di kompleks perumahan bersubsidi. Di sini hanya ada satu kamar, maka mau tak mau dia harus tidur sekamar dengan Alya.

Alya membuka pintu kamar tidur. Luas kamar tidak seberapa. Di dalamnya terdapat ranjang berukuran queen size, lemari pakaian dan meja rias. Ruang yang tersisa pun tidak banyak karena ketiga barang tersebut. Tapi cukup untuknya shalat. Fariz datang membawakan koper Evan, lalu menaruhnya di kamar.

“Papa juga membelikan tivi, kompor, gas, peralatan dapur, dispenser dan kulkas. Beras juga sudah papa sediakan. Sisanya, kalian saja yang beli. Dan transportasi buatmu juga sudah papa siapkan. Itu motor yang di depan, gunakan untukmu beraktivitas.”

Kembali Evan dibuat tercengang. Disangkanya sang papa akan memberikan mobil untuknya. Ternyata Antonio hanya membelikan motor bebek, itu pun second, bukan yang baru. Kepala Evan serasa dihantam gada besar. Hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat setelah menikah.

“Untuk airnya menggunakan pompa jet pump, jadi kamu hanya harus memikirkan tagihan listrik saja. Rumah ini memakai listrik pra bayar. Kalau ada bunyi nit.. nit.. nit.. berarti tokennya akan segera habis dan harus segera diisi. Mengerti Evan?”

Evan jatuh terduduk di kursi rotan yang ada di ruang depan. Dua tangannya memegangi kepalanya yang mendadak terasa pusing. Fariz hanya memperhatikan sang adik sambil menyandarkan punggungnya ke tembok di belakangnya. Tak menyangka, ternyata papanya cukup sadis juga memberikan pelajaran untuk adiknya.

“Baiklah.. mulai hari ini kalian tinggal di sini. Jangan lupa main ke rumah papa, Alya, Evan”

“Iya, pa,” jawab Alya pelan.

“Kalau begitu papa pulang dulu. Papa mau istirahat, kaki papa masih sakit.”

Dengan malas Evan bangun lalu mengantar papanya sampai ke mobil. Dia dan Alya mencium punggung tangan Antonio bergantian. Fariz menepuk pundak adiknya, kemudian masuk ke dalam mobil. Karina memeluk adik dan adik iparnya bergantian, baru kemudian memasuki mobil. Tangannya terlambai ketika mobil yang ditumpanginya bergerak.

☘️☘️☘️

Alya baru saja membereskan baju-baju miliknya juga Evan ke lemari pakaian. Dia menaruh koper mereka berdua di dekat lemari. Nanti saja dia akan meminta Evan untuk menaruhnya di atas lemari supaya keadaan kamar tidak bertambah sempit. Setelah itu, dia memasang seprai yang memang sudah disediakan oleh Antonio. Tak lupa dia memasang sarung bantul dan guling. Diambilnya dua buah selimut dari dalam lemari lalu menaruhnya di atas kasur.

Gadis itu keluar setelah selesai dengan urusan kamarnya. Diliriknya Evan yang masih duduk di tempatnya semula sambil menonton televisi. Alya segera menuju dapur. Dibukanya pintu kulkas untuk memeriksa isinya. Ternyata kulkas masih kosong, hanya ada beberapa butir telur, dua botol minuman dingin dan susu full cream kardus besar.

Alya kemudian membuka cabinet yang ada di dapur. Di sana terdapat beras, minyak goreng, garam, kecap, penyedap dan beberapa bungkus mie instan. Rupanya Antonio memang sudah menyiapkan semua untuk mereka berdua. Alya membuka lemari bagian bawah, di sana terdapat beberapa peralatan masak. Sendok, garpu dan pisau ada di laci. Bahkan pria itu juga menyediakan blender.

Tangan Alya terulur mengambil beras berukuran lima kilogram itu. Setelah membuka bungkus beras, dia menuangkan dua cangkir kecil beras ke dalam magic com. Gadis itu akan memasak nasi untuk makan malam mereka. Evan yang melihat istrinya sedang masak nasi, langsung berkata,

“Kamu ngga usah masak nasi, aku ngga makan nasi.”

“Tapi aku makan nasi. Perutku ngga kenyang kalau ngga makan nasi.”

Evan hanya berdecih saja. Dia kembali melayangkan pandangannya ke layar televisi yang menayangkan film Upin Ipin. Entah kenapa dari dulu, dia tidak pernah bosan menonton film yang menceritakan bocah kembar berkepala botak bersama teman-temannya.

Setelah menurunkan tombol magic com, Alya segera menuju ke ruang depan. Ada hal yang harus dia bicarakan dengan Evan. Mulai sekarang, mereka akan hidup berdua saja di rumah ini. Sepertinya mereka harus mulai membuka diri agar hubungan mereka dapat berkembang dengan baik.

“Mas.. kamu ngga ke rumah pak RT?”

“Ngapain?”

“Kasih fotocopy KTP kita. Kan kita warga baru, ya harus ke sana.”

“Nanti ajalah, abis maghrib. Jam segini belum tentu pak RT ada di rumah.”

Tak ada bantahan dari Alya. Mungkin saja apa yang dikatakan Evan benar. Mereka tidak tahu apa pekerjaan RT di sini. Siapa tahu pria itu memang bekerja dan belum kembali ke rumah.

“Mas.. mulai sekarang kita hanya tinggal berdua. Aku harus tahu apa yang mas suka dan ngga. Begitu juga dengan aku.”

Evan yang sedang dalam posisi berbaring sambil menekuk kaki, segera menegakkan tubuhnya. Konsentrasinya melihat petualangan Upin Ipin harus terganggu gara-gara perkataan Alya. Dia duduk lalu menatap lurus pada istrinya.

“Aku itu orangnya ngga neko-neko. Aku ngga suka diperintah dan aku juga ngga mau privasiku diganggu. Itu aja yang harus kamu ingat.”

“Ok.. aku akan ingat itu. Tapi mas juga harus ingat, kalau mas sekarang kepala keluarga. Jadi mas tahu kan kewajibannya apa saja.”

“Aku tahu. Tidak usah menggurui.”

“Ada makanan yang mas suka atau tidak suka?”

“Aku ngga suka makan nasi dan teman-temannya. Aku lebih suka makanan western atau Italia, paham? Jadi kamu ngga usah masak nasi banyak-banyak. Mubazir, karena aku ngga akan makan.”

Alya menghela nafas panjang. Ternyata berbicara dengan Alya cukup menguras emosi juga. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya selalu dibarengi dengan intonasi yang menyebalkan. Namun begitu, Alya mencoba untuk tetap tenang dan mengalah. Kalau dua-duanya keras, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik.

“Aku suka rumah dalam keadaan bersih. Jangan menyimpan handuk atau baju kotor sembarangan, begitu juga dengan sepatu atau sandal. Aku ini tidak pilih-pilih soal makanan, tapi aku alergi kacang. Aku ngga bisa makan kacang jenis apapun, baik sedikit apalagi banyak. Kalau aku sampai mengkonsumsi makanan yang mengandung kacang, aku bakalan sesak nafas.”

Cukup panjang penjelasan Alya tentang apa yang diinginkannya. Evan mendengarkan dengan mata terus menatap ke layar datar di depannya. Entah apakah pria itu mendengarnya atau tidak.

“Untuk makan malam sekarang, mas mau makan apa?”

“Ngga usah repot-repot masak. Aku mau pesan pizza aja.”

“Ya sudah.”

Merasa tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Alya bangun dari duduknya, lalu menuju ke dapur. Dia lebih baik menata ulang perabotan di sana, dari pada berbicara dengan Evan yang sama sekali tidak terlihat antusias.

☘️☘️☘️

Malam menjelang, Evan masih berada di ruang depan. Matanya melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Pria itu keluar untuk mengunci pintu pagar. Motor dibiarkan saja berada di teras rumah. Toh dia sudah mengunci pagar dan ada keamanan juga yang berjaga. Tadi saat berkunjung ke rumah RT, pria itu mengatakan kalau perumahan ini aman.

Setelah menutup pintu, Evan bingung sendiri, di mana dia akan tidur. Tidak mungkin dia tidur di ruang depan. Bisa pegal-pegal badannya tidur di kursi rotan. Akhirnya dia memutuskan untuk tidur di kamar. Evan mematikan televisi dan lampu depan kemudian masuk ke dalam kamar.

Nampak Alya belum tidur, dia masih mengibas-ngibas kasur dengan sapu lidi, lalu mengatur posisi bantal dan guling. Evan memandang sekeliling, masih ada space di ruangan ini. Namun ternyata papanya tidak menyediakan kasur lipat. Otak Evan bekerja keras.

“Kamu mau tidur di mana?” tanya Evan.

“Ya tidur di kasur,” jawab Alya tanpa melihat pada suaminya.

“Ck… aku tuh ngga biasa tidur satu ranjang sama orang lain.”

“Cih.. kemarin malam kamu tidur nyenyak walau satu ranjang denganku. Lagi pula aku itu istrimu, bukan orang lain. Memangnya kamu saja yang ngga nyaman? Aku juga ngga nyaman tidur seranjang denganmu.”

“Ya sudah, kamu tidur di bawah aja.”

“Helow.. situ cowok apa b*nci? Masa nyuruh perempuan tidur di bawah terus mas enak-enakan tidur di kasur empuk ini. Aku ngga mau.”

“Ya udah, aku aja yang tidur di bawah.”

“Silahkan.”

Tanpa mempedulikan tatapan kesal Evan, Alya segera membaringkan tubuhnya di ranjang. Dia memposisikan dirinya membelakangi suaminya. Evan membuka pintu lemari, mencari-cari yang bisa digunakan sebagai alas tidurnya. Pria itu kembali menutup pintu lemari. Dia membentangkan selimut di lantai, lalu mengambil bantal dan guling.

Walau sudah dilapisi selimut, tetap saja lantai rumah ini terasa dingin untuk Evan. Apalagi pria itu tidak memakai selimut, karena selimut satunya digunakan Alya. Untuk beberapa saat pria itu berguling ke kanan dan kiri. Akhirnya dia bangun lalu pindah ke atas ranjang. Sama seperti kemarin, dia tidur dengan posisi di dekat tepi ranjang. Dipakainya selimut sampai menutupi sebatas dada. Tak lama matanya mulai terpejam, menyusul Alya yang sudah lebih dulu masuk ke alam mimpi.

☘️☘️☘️

Evan ngarep dikasih rumah besar atau unit apartemen. Ngga taunya dapet rumah tipe 4L, Lo Lagi Lo Lagi🤣

1
anonim
ternyata pak Dadang menyayangi putrinya dengan caranya sendiri - sampai-sampai kalau pulang kerja memantau di sekitar kafe tempat Alya bekerja untuk memastikan putrinya aman.
Alya tidak tahu itu - jadi bikin Alya merasa diabaikan - tak di sayang ayahnya.
anonim
Ervan mau kabur dibela-belain merangkak pula biar Karina, Kaisar dan Fariz yang baru duduk-duduk di ruang tengah tidak melihat dia mau kabur pikirnya. Ternyata tidak jadi kabur setelah tahu kondisi papanya sedang tidak baik-baik saja - ada dua dokter teman Kaisar yang selama ini menjadi langganan papanya kalau berobat datang dan masuk ke kamar papanya.
Gak jadi kabur Bro - jadi menikah nih /Facepalm/
anonim
Evan ini belum tahu kalau yang mau menikah dengan Alya dirinya /Facepalm/
anonim
keren bang Sar bisa memulangkan Evan ke Indonesia dengan idenya yang gak tanggung-tanggung
anonim
Bagus Alya - om Antonio di suruh langsung bilang ke pak Dadang - Alya akan menerima apapun hasilnya.
anonim
mantap Fariz bisa bermain ke rumah pak Karta yang mengajak main catur dan bisa mencari tahu tentang kehidupan Alya. Miris juga nasib Alya yang ada tapi seperti tak ada bagi ayahnya
Rahma Habibi
terimakasih author atas karya2 mu yang sangat menghibur dan selalu di nanti karya selanjutnya
In
gara2 Dion aku balik lagi ke sini... ☺️
Laila Isabella: sama..ulang baca dari awal lagi..🤣🤣
total 1 replies
Poppy Sari
keren.../Good/
Wiwie Aprapti
yg Tututware kemana kak, udah tutup ya pabrik nya
Wiwie Aprapti
karma di bayar tunai ga pake di cicil lagi
Wiwie Aprapti
harusnya Evan bilang nya "sudah ku dugong" gitu kak🤣🤭🙃
Wiwie Aprapti
bunga Kamboja 🤣
Wiwie Aprapti
nahhhh kannn Mardi lohhhh🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
dehhhhh..... hampura lahhhhhhh ki ace🤭🤣
Wiwie Aprapti
skakmat Evan🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
Kaisar pasti temennya kevin nihhhh
Wiwie Aprapti
kisah nana ada sedikit kemiripan sama bestiee aku, tapi kalo bestie aku satu agama cuma beda jalur, besti ku NU cowoknya LDII, dan mama besti ku ga kasih restu, bahkan di kasih pilihan, pilih cowoknya atau mamanya, kalo dia pilih cowoknya, besti ku di usir dari rumah, di cabut semua fasilitas yg di pakai, di coret dari kk, alhamdulillah dia lebih sayang sama mamanya, sekarang udh nikah, malah dapet suami yg baik banget, sayang💕, dan berkecukupan juga hidupnya, pilihan orang tua memang yg terbaik buat anaknya, ga tau juga kalo dia salah pilih, wallahualam......
Wiwie Aprapti
waduhhhhhhhh encok ga tuhhh si Alya di garap Evan 🤭🙃
Wiwie Aprapti
yg lain travelotak.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!