YOU MUST MARRY ME

Lucian dan Dew berdansa dan Lucian tampak menatap lekat ke arah wajah Dew.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Dew.

“Kau akan pindah ke kamarku malam ini?” tanya Lucian.

“Aku akan tidur dengan Luca untuk sementara. Tak masalah, kan?” sahut Dew.

“Aku tak masalah dengan hal itu. Asal kau nyaman dan aku tak memaksamu untuk melayaniku,” kata Lucian.

“Terima kasih, Luc. Secara teknis kita memang pernah berhubungan semalam tapi kita tak saling mengenal. Aku ingin kita mengenal lebih jauh terlebih dulu. Apakah kau tak keberatan?” tanya Dew.

“Hmm, aku tak keberatan sama sekali,” jawab Lucian yang otak dan mulutnya sedang tak sinkron karena ia sebenarnya menginginkan sebaliknya.

Lucian adalah pria normal yang notabene seorang playboy dan selalu bersama wanita.

Terjebak pernikahan dadakan dengan Dew membuatnya harus memiliki kesabaran lebih untuk menunggu Dew menerimanya.

Menerimanya ‘Di Ranjang’ maksud Lucian.

“Kau boleh tidur bersama kami jika kau mau. Itu akan membuat kita bertiga akan semakin dekat dan Luca pasti menyukainya,” kata Dew yang membuat Lucian seperti mendapat angin segar.

“Kau tak keberatan?” tanya Lucian.

“Sama sekali tidak. Ini semua demi Luca. Fokus kita hanya Luca, Luc. Dan kita harus bekerja sama agar Luca bahagia, right?” ucap Dew.

Lucian mengangguk dan tersenyum lalu sedikit menekan punggung Dew agar lebih mendekat padanya.

Dew merasakan hal itu dan masih mendongak melihat ke arah Lucian.

“Leherku sakit karena harus mendongak melihatmu. Kau terlalu tinggi, padahal aku sudah memakai high heels 10 cm,” kata Dew.

“Mau kuangkat?” tanya Lucian tersenyum.

“T-tidak perlu,” jawa Dew dan kembali mengarahkan matanya ke bahu Lucian.

“Apakah kau pernah menjalin hubungan dengan pria selama 8 tahun ini?” tanya Lucian.

“Tidak, karena aku memakai cincin kawin di jari manisku. Aku membatasi hubunganku dengan pria karena aku takut terjadi hal yang tak diinginkan lagi seperti dulu,” jawab Dew.

Lucian tak menanyakan apa pun lagi setelah itu. Mereka hanya diam menikmati alunan syahdu musik dansa.

Tak berapa lama, Dew kembali mendongak ke arah Lucian.

“Berapa mantan pacarmu sebelum Nancy?” tanya Dew.

Lucian mengerutkan dahinya dan melihat ke arah Dew.

“Well … Aku …” Ucapan Lucian menggantung.

“Tak perlu dijawab karena aku tahu jawabannya,” jawab Dew yang seakan tak peduli dengan hal itu.

*

*

Acara pesta pun telah selesai dengan suasana kekeluargaan yang sangat kental.

Dew merasa terharu karena keluarga besar Lucian menerima kehadirannya dengan tangan terbuka dan menyambutnya dengan penuh kasih sayang.

Kini Dew dan Lucian serta Luca masuk ke dalam kamar Luca di lantai dua.

“Mom, aku bisa tidur sendiri,” ucap Luca.

“Tapi Mommy belum terbiasa, Sayang. Beri Mommy waktu untuk menyadari bahwa kau sudah besar sekarang. Bagi Mommy kau masih bayi milik Mommy,” jawab Dew bersikeras.

Lucian hanya mengamati pertengkaran lucu itu dengan tersenyum.

“Mungkin dia ingin privasi yang lebih, Honey,” sahut Lucian akhirnya dan setiap berada di depan Luca, mereka akan saling memanggil dengan panggilan seperti itu.

“Dia belum genap 8 tahun,” kata Dew menoleh ke arah Lucian.

“Oke, terserah padamu saja,” jawab Lucian dan membuka jas serta kemejanya.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Dew.

“Aku ingin tidur. Bukankah kita sepakat akan tidur bertiga di sini?” sahut Lucian tersenyum dan melempar pakaiannya ke arah kursi.

Luca tertawa kecil melihat wajah sang ibu yang tampak terkejut melihat Lucian hanya menggunakan celana dalaam saja kini.

“Kau tak memakai piyama?” tanya Dew sembari mengalihkan pandangannya dari tubuh hot Lucian.

“Ini dresscode ku ketika tidur. Ayo kita tidur, Boy,” ucap Lucian mengangkat putranya dan melemparkannya ke atas ranjang seperti sedang bermain gulat.

Dan Dew masih terpaku di tempatnya tanpa tahu apa yang harus dilakukannya saat ini karena masih terkejut dengan kelakuan Lucian.