NovelToon NovelToon
The Runway Home

The Runway Home

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yayalifeupdate

Setelah menaklukan dunia mode internasional, Xanara kembali ke tanah air. Bukan karena rindu tapi karena ekspansi bisnis. Tapi pulang kadang lebih rumit dari pergi. Apalagi saat ia bertemu dengan seorang pria yang memesankan jas untuk pernikahannya yang akhirnya tak pernah terjadi. Tunangannya berselingkuh. Hatinya remuk. Dan perlahan, Xanara lah yang menjahit ulang kepercayaannya. Cinta memang tidak pernah dijahit rapi. Tapi mungkin, untuk pertama kalinya Xanara siap memakainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pandangan Yang Membakar

Rey duduk di kursi mobilnya, mengetuk-ngetuk setir dengan irama tak sabar. Dia hanya berniat memantau, memastikan Xanara tetap menjadi celah yang bisa dia masuki di antara hubungan Harvey. Tapi yang dia dapat malam ini jauh dari harapannya.

 

Tirai ruang pribadi butik Xanara biasanya selalu tertutup rapat. Namun entah kenapa, satu sisi kain itu kini terbuka cukup lebar untuk membuat Rey melihat sesuatu yang seharusnya tidak untuk mata orang lain.

 

Di dalam, Harvey duduk di kursi panjang, sementara Xanara dengan tubuhnya condong ke depan, berbicara dekat sekali ke telinga Harvey. Gerakan tangan wanita itu perlahan menyentuh kerah kemeja Harvey, lalu turun menyusuri dadanya dengan tatapan penuh goda.

 

Rey merasakan darahnya naik. Nafasnya berat.

 

“Sial!” gumamnya, mencengkeram setir.

 

Harvey terlihat tersenyum puas, menatap Xanara dengan sorot penuh kepemilikan. Lalu, gerakan itu menjadi semakin intim. Xanara merangkak ke atas kursi, menunggangi paha Harvey dengan penuh percaya diri, sambil memegang wajah pria itu agar tatapannya hanya pada dirinya.

 

Dari balik kaca mobil, Rey bisa melihat jelas bagaimana bibir mereka hampir bersatu, bagaimana tangan Harvey membelai punggung Xanara. Dan yang membuat Rey gila, Xanara tampak menikmatinya. Tidak ada rasa terpaksa. Tidak ada jarak.

 

Rey memukul setir, keras.

 

“Dia memilih Harvey dengan begitu mudahnya” pikirnya, rasa marah dan frustrasi bercampur jadi satu.

 

Di dalam butik, Harvey tahu betul Rey sedang menonton. Dia sengaja membiarkan tirai itu terbuka, membiarkan Rey melihat bagaimana Xanara menyerahkan hatinya sepenuhnya pada Harvey. Setiap sentuhan dan tawa lirih yang keluar hanyalah bagian dari permainan Harvey untuk menghancurkan ego Rey.

 

Dan dari kejauhan, Rey bisa merasakan satu hal yang menyesakkan dadanya, Xanara tidak akan pernah menoleh ke arahnya lagi, bahkan meski dia mencoba seribu cara.

 

Rey tak tahan lagi. Melihat pemandangan itu membuat darahnya mendidih. Dia keluar dari mobil, langkahnya cepat dan penuh tekad, berusaha menuju pintu butik. Tangannya sudah siap meraih gagang pintu ketika…

 

Klik.

 

Lampu butik tiba-tiba mati, meninggalkan ruangan itu dalam gelap kecuali cahaya tipis dari lampu jalan yang memantul lewat jendela. Tirai yang tadinya terbuka kini perlahan tertutup rapat dari dalam.

 

Rey menghentikan langkahnya. Rahangnya mengeras. Dia mencoba menarik napas panjang, menahan amarah yang memuncak.

 

“Tahu aku di sini” gumam Rey sadar bahwa Harvey yang licik itu sengaja memutus pandangannya di saat yang paling membakar.

 

Dia menunggu beberapa menit, berharap tirai terbuka lagi. Tapi yang terdengar hanya suara samar tawa dan percakapan pelan dari dalam, cukup untuk membuat imajinasinya semakin tersiksa.

 

Rey mundur, kembali ke mobilnya. Matanya menatap tajam ke arah butik, meskipun kini yang terlihat hanya bayangan samar di balik kain tebal. Dia merogoh saku, mengambil rokok, menyalakannya, lalu menghembuskan asap panjang.

 

“Bukan sekarang tapi aku akan dapatkan celahnya,” ucapnya pelan, nada suaranya berat dan mengandung janji yang jelas.

 

Namun, di balik kaca butik, Harvey berdiri di dekat jendela tersenyum tipis, dia tahu persis Rey telah kalah untuk malam ini. Dan Xanara, yang duduk santai di kursi panjang, bahkan tidak sedikitpun melirik keluar.

 

Kekalahan itu membuat Rey semakin lapar, tapi juga semakin sadar, permainan ini akan jauh lebih sulit dari yang dia bayangkan.

 

Winny berdiri di balik pilar, menunggu Rey keluar dari mobil. Matanya tajam, bibirnya mengatup rapat saat melihat arah pandangan Rey yang terus mengarah ke butik. Dia sudah mencurigai hal ini sejak lama, tapi malam ini tatapan Rey mengkonfirmasi semuanya.

 

“Aku tahu sekarang,” ucap Winny dingin ketika Rey akhirnya berjalan menghampirinya.

 

“Kamu jatuh hati padanya. Pada Xanara.”

 

Rey menghela napas, malas menanggapi.

 

“Kamu terlalu banyak berasumsi, Winny.”

 

“Berasumsi?” Winny mendengus, matanya berkilat.

 

“Kalau kau memang tidak tertarik, kau tidak akan berdiri di sini seperti pecundang, memandangi dia bersama Harvey dari kejauhan.”

 

Rey menahan diri, tapi ekspresinya tak bisa bohong. Winny menyadari itu dan hatinya langsung terbakar cemburu.

 

“Aku akan membuatnya menyesal pernah bertemu denganmu,” ujar Winny, suaranya penuh racun. Ia melangkah cepat menuju butik, tangan kanannya menyelip di tas—entah apa yang dia bawa.

 

Rey langsung bergerak, meraih lengannya dengan cengkeraman kuat.

 

“Jangan bodoh.”

 

“Lepas, Rey!” Winny meronta.

 

“Kamu pikir aku akan diam melihat dia mengambil semua perhatianmu? Dia sudah merebut Harvey, dan sekarang kamu?! Dia harus diberi pelajaran!”

 

“Kalau kamu menyentuhnya, kita selesai, Winny,” Rey membalas dengan nada tajam, matanya menusuk dalam.

 

Pertengkaran itu semakin panas. Winny menepis tangan Rey, mendorongnya mundur.

 

“Oh, jadi sekarang kau membela dia? Di atasku?”

 

“Dia tidak bersalah,” Rey berkata mantap.

 

“Dan aku tidak akan membiarkanmu melukai seseorang hanya karena egomu yang busuk.”

 

Winny terdiam sejenak, terkejut dengan ketegasan Rey. Wajahnya merah padam, bukan hanya karena marah, tapi juga karena sadar dia tidak lagi memiliki kendali atas Rey seperti dulu.

 

Malam itu, mereka berpisah tanpa kata perpisahan. Winny pergi dengan amarah yang membara, sementara Rey berdiri sendiri, merasakan bagaimana semua ini mulai lepas dari kendali tapi hatinya tahu, ia tidak akan mundur dari Xanara.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!