Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 15
Aska menatap kamar yang kosong untuk mencari keberadaan Erinna dan Denis, tetapi dia tidak menemukan mereka di ruangan itu. Dia mencoba mencari setiap sudut rumah, tetapi hasilnya sama saja, semuanya kosong tidak ada orang sama sekali. Dia membuang napas kasar lalu menghempaskan tubuhnya di sofa, sudah dua hari dia tidak bisa menghubungi istrinya itu. Dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih itu di sana. Dia mencoba memeriksa riwayat panggilan, hingga akhirnya dia melihat begitu banyak panggilan tidak terjawab dari Erinna dan satu panggilan masuk dua hari lalu.
"Kenapa Erinna menghubungiku? Siapa yang mengangkatnya?" batin Azka memijit kepalanya yang terasa pusing.
''Azka! Kamu kenapa pulang? Dimana Bella? Kenapa dia tidak ikut bersamamu?" tanya Amrita melihat putranya itu saat masuk ke rumah, tidak biasanya Azka pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu, bahkan Bella juga tidak ikut bersamanya
Azka melirik jam yang telah menunjuk ke pukul dua malam, tetapi ibunya itu baru pulang. Dia langsung bangkit dari duduknya lalu mencium aroma alkohol dari tubuh wanita itu. Azka mencoba untuk memeriksa keluar, tentu dia ingin tahu ibunya itu pulang dengan siapa.
"Dari mana saja ibu? Kenapa pulang selarut ini? Lalu dimana Aruna?" Azka menatap tajam sang ibu sambil mencengkram lengan wanita itu.
"Argh! Kamu ini kenapa, Sih? ngak ada lembut-lembutnya sedikitpun." Amrita menepis kasar tangan Azka lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. Kepalanya sangat berat, sepertinya dia terlalu banyak minum di bar tadi. Dia menatap Azka yang masih berdiri menatapnya sambil tersenyum sinis.
''Ibu lelah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Semua ibu yang mengerjakan, dari masak, mengepel, cucu baju, semuanya ibu. Ibu sudah seperti pembantu di rumah putra ibu sendiri, jadi apa salahnya sesekali ibu keluar mencari kesenangan," oceh Amrita kesal sambil melepaskan high hillsnya lalu melemparkan ke sembarang tempat.
Azka mengerutkan keningnya bingung mendengar ucapan sang ibu. Memang ibunya itu sering mengeluh karena Erinna tidak mau lagi mengerjakan hal yang bukan tugasnya lagi, seperti membereskan kamar ibu dan adiknya dan juga mencuci pakaian mereka. Namun, sejak kapan Erinna tidak pernah perduli dengan kebersihan rumah? wanita itu paling tidak bisa melihat keadaan rumah yang berantakan. Dia termasuk tipe wanita yang tidak bisa diam. Jadi tidak mungkin dia seperti itu.
"Erinna kemana?" tanya Azka sambil duduk di samping sang ibu. Dia menatap ibunya itu dengan tatapan penuh selidik, seakan mencari tahu apakah perkataan ibunya itu benar atau karangan semata.
"Dia tidak pulang sudah dua hari. Mungkin dia sudah pergi dengan pria lain. Dasar wanita j4l4ang, seharusnya kamu menceraikannya saja. Dia itu wanita munafik, kelihatannya aja polos, tapi ngak bisa jaga marwah."
"Cukup, Bu.'' Azka mengusap wajahnya frustasi mendengar perkataan sang ibu yang terus menjelek-jelekkan istrinya.
Memang setelah mengetahui pengkhianatannya , Erinna berubah drastis, dari istri penurut dan patuh menjadi istri pembangkang dan semena-mena. Bahkan wanita itu lebih sering keluyuran tidak jelas di luar sana dan jarang berada di rumah. Bahkan Erinna tidak pernah lagi memperdulikannya, tidak perduli dia pulang atau tidak, tidak pernah lagi menuntut apapun lagi. Dia juga tidak pernah lagi mengomel saat pria itu melakukan kesalahan. Wanita itu hanya menghubunginya saat ingin meminta uang bulanan saja, tidak ada lagi yang lain.
Azka menghempaskan tubuhnya di sofa sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia tidak tahu kemana Erinna pergi, jika wanita itu pergi karena Denis sakit, kenapa pihak rumah sakit tidak menagih tagihannya? tidak mungkin wanita itu mampu membayar tagihan rumah sakit yang begitu besar. Sedangkan untuk ongkos saja dia selalu meminta kepada suaminya itu.
Namun, tiba-tiba Azka mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya, dengan cepat dia membuka pintu dan melihat sebuah mobil mewah telah berlalu meninggalkan perkarangan rumah itu. Dia menatap Erinna yang berjalan mendekatinya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Penampilan wanita itu, sungguh di luar nalar, sama sekali tidak pernah terbayang di benaknya. Dress mini berwarna hitam dan juga high hills yang dia pegang, tidak lupa dengan jas berwarna hitam yang menutupi bagian atas tubuh wanita itu, membuat Azka langsung sesak napas melihatnya.
"Dari mana saja kamu?" tanya Azka dengan penuh amarah.
Bukannya menjawab, Erinna hanya menatap sinis pria itu sambil berjalan melewatinya. Tentu hal itu membuat emosi Azka semakin memuncak, dia mencengkram lengan wanita itu dengan kuat sambil melemparkan tatapan penuh amarah. Tidak perduli dengan suara rintihan yang keluar dari mulut Erinna, dia terus memperkuat cengkramannya tanpa ada niat untuk melepaskan.
"Lepaskan!" Erinna menepis tangan Azka sekuat tenaganya, hingga cengkraman pria itu terlepas dari lengannya. Erinna menatap lengannya yang memerah karena ulah Azka, tapi dia berusaha terlihat kuat walaupun dia merasakan sakit karena bekas cengkraman itu.
"Bukan urusanmu!" Erinna membalas tatapan Azka, tentu wanita itu tidak mau kalah sedikitpun.
"Dari mana saja kamu? Pantas saja ngak pulang-pulang, habis jual diri ya?" tanya Amrita menatap penampilan Erinna dengan tatapan sinis.
"Kalau ia emangnya kenapa? Lebih baik aku jual diri, tapi tubuhku di bayar impas. Daripada melayani putramu, hanya dapat capeknya doang. Jadi lont3 gratisan."
"Erinna!" Azka menatap Erinna dengan tatapan penuh amarah, deru napasnya berhembus tidak karuan, seakan menyimpan amarah yang begitu besar.
"Apa! mau pukul? pukul saja. Pukulanmu bukan apa-apa dibandingkan penghiatanmu, Mas.''
"Kalau kamu mau jual diri, jual diri sana. Tidak akan ada yang mau membeli tubuhmu yang kumuh itu. Hanya aku, hanya aku yang mau sama wanita sepertimu."
Erinna tersenyum sinis mendengar ucapan Azka. Dia melangkahkan kakinya mendekati pria itu, hingga akhirnya jarak mereka begitu dekat. Dia menatap tajam pria itu, tatapan tegas dan penuh keberanian, bahkan tidak ada sedikitpun kesedihan yang terlihat di dalamnya.
"OK! kita lihat saja."
Bersambung.....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜