NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:334
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Bertemu sahabat lama

Pesan yang Alden dapatkan kemarin membuatnya penasaran dan juga was-was. Bagaimana tidak, sahabatnya dulu di SMA yang membencinya karena tuduhan itu, kini justru mengajaknya bertemu tanpa alasan.

Alden merasa ragu-ragu, bisa jadi ini adalah jebakan atau mungkin tidak. Dengan berat hati, akhirnya ia melangkahkan kakinya menuju tempat temu yang dijanjikan.

"Bro," ujar seseorang menghentikan langkah Alden ketika ia ingin memasuki tempat itu.

Alden menoleh, mendapati sahabat lamanya itu dengan wajah yang sulit diartikan oleh Alden. Alden mengernyitkan dahi, menaikkan sebelah alisnya.

"Ada apa? Kenapa lo ngajak gue ketemu." ujar Alden dingin, ia masih merasakan sakit dengan sikap Fathan dulu yang sama sekali tidak mempercayainya.

"Ngobrol di dalem aja. Gue udah pesan minum." ujar Fathan.

Kafe itu terlihat ramai, walaupun hari ini adalah hari minggu pagi. Keduanya berjalan menuju salah satu meja kafe yang berada di pojok.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Alden.

Fathan menghela nafas panjang, ia seakan mengumpulkan keberanian untuk berbicara. "Bro, gue mau minta maaf sama lo."

"Minta maaf?" ujar Alden bingung.

"Iya, gue mau minta maaf. Gue nyesel dulu gak percaya sama lo." Fathan berbicara serius dan nada bicaranya penuh dengan penyesalan.

"Tunggu-tunggu. Maksud lo gimana?" ujar Alden yang tidak mengerti dengan arah pembahasan Fathan yang tiba-tiba.

"Gue udah tau kebenarannya. Lo enggak salah, dan gue nyesel dulu pernah benci lo." Fathan mengambil jeda sejenak, lalu melanjutkan. "Ternyata semua ini ulah Albian dan teman-temannya. Gue denger sendiri mereka bicarakan lo."

Alden hanya mendengarkan tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia dulu pernah mencoba untuk bercerita pada Fathan, tapi pemuda itu sama sekali tidak ingin mendengarkan.

"Semua tuduhan yang lo dapatkan memang bener bukan salah lo. Hilangnya barang-barang termasuk dompet gue, ini murni akal-akalan Albian." lanjut Fathan menjelaskan panjang lebar.

"Itu yang dulu pengen gue cerita sama lo. Tapi, udahlah gapapa. Gue juga ngerti kenapa lo bisa benci gue saat itu." jawab Alden yang sedari tadi hening.

"Iya, gue kepengen banget memang ikut olimpiade sains itu. Tapi, ketika ada murid sekolah lain yang ngaku geng lo dan mau hancurin olimpiade itu, membuat gue buta."

Fathan menghela nafas berat, ia benar-benar menyesali perbuatannya pada Alden setahun yang lalu.

Alden sedikit tersenyum dan menepuk punggung sahabatnya itu. "Udah gapapa. Yang lalu biarlah berlalu. Gue gak masalah."

Fathan terkejut, sahabat yang dulunya pernah ia caci maki justru memaafkannya begitu saja. Andai saja waktu itu Fathan tidak bertindak sesukanya, pasti persahabatannya dengan Alden baik-baik saja hingga sekarang.

Sayangnya, waktu tidak bisa diubah. Yang ada hanya penyesalan yang membekas bagi Fathan.

"Gue bener bener bego waktu itu. Andai aja gue gak terhasut, mungkin gak bakal terjadi kayak gini." ujar Fathan kemudian.

"Udah, lupain aja." ujar Alden santai sembari menyeruput minumannya.

"Thanks, bro." ujar Fathan kembali menepuk punggung Alden. Keduanya menjadi hening, menikmati minuman masing-masing.

"Lo sekolah dimana sekarang?" tanya Fathan di sela-sela keheningan.

"Gue putus sekolah sejak kejadian itu. Sekarang gue bantuin ibu jualan. Hitung-hitung ngurangin beban ibu lah." ujar Alden.

Lagi-lagi Fathan terkejut. Ia mengira Alden pindah sekolah setelah dikeluarkan dari sekolah itu dulu. Tapi nyatanya, Alden kini putus sekolah.

"Sorry, harusnya gue dulu percaya sama lo. Dan gue bisa belain lo saat itu."

"Lo gak perlu menyesal kayak gini. Ini udah takdir gue, lo gak salah dalam hal ini." ujar Alden mencoba menenangkan Fathan yang terus-terusan menyesali dirinya sendiri.

"Kalo lo butuh apa-apa bilang aja sama gue. Hitung-hitung sebagai bentuk penebusan kesalahan gue dulu." ujar Fathan serius.

"Aman, thanks sebelumnya." ujar Alden dengan tertawa ringan. Mereka berdua kembali tertawa, seperti telah mendapatkan kembali kebersamaan yang dulu sempat hilang.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

"Dania, temenin aku yuk." ujar Rani yang menghampiri Dania di kamarnya.

Dania yang duduk di depan laptopnya langsung menoleh ketika pintu kamarnya terbuka.

"Kemana?" tanyanya penasaran.

"Hmm, ke perpustakaan kota aja yuk. Bosen nih." ujar Rani yang duduk di tepi tempat tidur Dania.

"Boleh deh, bentar ya ganti baju dulu." ujar Dania dengan senyuman.

"Oke, aku tunggu di luar." balas Rani sambil melangkahkan kakinya keluar dari kamar Dania.

Setelah berganti pakaian, Dania menghampiri Rani yang sudah menunggu di sofa. Keduanya berjalan bersama ke tempat tujuan mereka.

"Rani, kamu kemarin kenapa ya? Apa ada yang salah?" tanya Dania hati-hati mengingat sikap Rani kemarin.

"Oh, enggak papa kok. Emang lagi buru-buru aja, khawatir sama Mama." jelasnya dengan senyuman.

Dania mengangguk pemahaman, karena akhir-akhir ini memang ibu Rani sering drop karena penyakitnya. Terlebih ayah Rani yang sudah meninggal, membuat ibu Rani menjadi lebih sibuk karena memimpin perusahaan yang ditinggalkan ayahnya.

Rani sendiri, sepertinya tidak membawa kecemburuannya kemarin. Ia merelakan Alden dan Dania bersama, karena ia sadar yang disukai Alden adalah Dania bukan dirinya.

"Kamu mau baca buku apa, Ran?" tanya Dania sambil mengisi daftar kunjungan.

"Enggak tau sih, liat dulu nanti." ujar Rani.

Mereka berdua kemudian berjalan menuju lantai dua, dimana tempat bacaan yang dikhususkan untuk remaja.

Setelah mendapatkan buku yang menarik, Dania dan Rani duduk bersama dan membaca buku yang mereka pilih.

"Lho, kalian di sini?"

Suara pelan dari seseorang membuat Dania dan Rani langsung menghentikan sejenak aktivitas membacanya.

Keduanya terkejut, melihat Alden yang tersenyum ramah dengan seseorang yang tidak mereka kenali.

"Iya, Rani bosen katanya. Makanya kami ke sini." ujar Dania pelan agar tidak mengganggu orang lain yang sedang membaca.

"Ini siapa, Alden?" tanya Rani yang sedari tadi memperhatikan Fathan.

"Ini Fathan, sahabatku di SMA." ujar Alden.

Setelah berkenalan, Fathan dan Alden duduk di meja yang sama dengan Dania dan Rani. Membuka buku bacaan juga.

"Kalian kok bisa barengan ke sini?" tanya Dania penasaran mengingat cerita Alden yang persahabatannya hancur saat SMA dulu.

"Iya, tadi ketemuan sebentar. Fathan ada tugas katanya, jadi kami ke sini." jelas Alden.

Dania mengangguk, sementara Fathan terlihat penasaran. "Lo kayak akrab banget dengan Dania. Pacar lo?" bisik Fathan kepada Alden yang hanya diangguki singkat oleh Alden.

Rani hanya menyimak perbincangan mereka dan tersenyum. Rani yang awalnya suka ceplas-ceplos kini cenderung lebih diam. Entah karena tahu hubungan antara Alden dan Dania atau karena hal lain yang merubahnya menjadi seperti ini.

Suasana menjadi hening, mereka berempat sibuk dengan buku yang dipegang masing-masing.

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!