NovelToon NovelToon
THE MASK OF SILENCE

THE MASK OF SILENCE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir
Popularitas:296
Nilai: 5
Nama Author: MishiSukki

Di balik reruntuhan peradaban sihir, sebuah nama perlahan membangkitkan ketakutan dan kekaguman—Noir, sang kutukan berjalan.

Ditinggalkan oleh takdir, dihantui masa lalu kelam, dan diburu oleh faksi kekuasaan dari segala penjuru, Noir melangkah tanpa ragu di antara bayang-bayang politik istana, misteri sihir terlarang, dan lorong-lorong kematian yang menyimpan rahasia kuno dunia.

Dengan sihir kegelapan yang tak lazim, senyuman dingin, dan mata yang menembus kepalsuan dunia, Noir bukan hanya bertahan. Ia merancang. Mengguncang. Menghancurkan.

Ketika kepercayaan menjadi racun, dan kesetiaan hanya bayang semu… Siapa yang akan bertahan dalam permainan kekuasaan yang menjilat api neraka?

Ini bukan kisah tentang pahlawan. Ini kisah tentang seorang pengatur takdir. Tentang Noir. Tentang sang Joker dari dunia sihir dan pedang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MishiSukki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Kebangkitan Sang Iblis

Geraldine Marc Houston, putri walikota dan kebanggaan Akademi Everhart, adalah seorang alkemis muda yang dipuja. Namun, di balik reputasi gemilangnya, tersembunyi sebuah rahasia gelap: eksperimen kejam yang melibatkan manusia sebagai subjek percobaan.

Noir, pemungut sampah yang tak berdaya, adalah spesimen ke-113, sebuah angka tanpa arti yang menandai nasibnya sebagai kelinci percobaan bagi ambisi Geraldine.

Pagi itu, Noir terbangun dalam ruangan yang sempit dan dingin, tubuhnya masih terikat di ranjang. Ia tahu, siklus penderitaan akan dimulai lagi. Geraldine masuk dengan langkah mantap, di tangannya sebotol ramuan berwarna hijau cerah.

"Spesimen ke-113," katanya dengan nada datar.

"Hari ini, kita akan melanjutkan eksperimen ini. Jangan khawatir, proses ini akan mengubahmu menjadi lebih kuat."

Noir hanya menatapnya dengan mata kosong. Rasa sakit yang tak berkesudahan telah melenyapkan segala emosi dari dirinya. Geraldine memandangnya seperti seorang ilmuwan yang melihat objek percobaan, tanpa sedikit pun rasa iba.

"Ini adalah ramuan yang baru saja aku buat," lanjutnya, membuka botol.

"Sebuah formula yang aku harap akan memberikan reaksi yang berbeda dari yang sebelumnya. Kamu akan menjadi kunci untuk memahami lebih jauh potensi yang bisa dimiliki manusia. Jika berhasil, kita akan menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar manusia. Kita akan menciptakan kehidupan yang lebih sempurna."

Kata-kata itu terdengar jauh, tak berarti bagi Noir. Ia sudah terlalu lelah untuk merasa takut atau marah. Geraldine mendekat dan meneteskan cairan ke dalam mulutnya. Seketika, rasa panas menyebar ke seluruh tubuhnya, diikuti nyeri yang menusuk.

"Semua ini demi masa depan," bisik Geraldine pada dirinya sendiri, seolah membenarkan perbuatannya.

"Semua ini demi mencapai tujuan yang lebih besar. Kamu adalah bagian dari itu, Noir."

Noir menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang semakin meluas. Tubuhnya bergetar, dan pikirannya mulai berkabut. Namun, di tengah penderitaannya, muncul dorongan baru—keinginan untuk bertahan, untuk melawan takdir yang telah ditentukan untuknya.

"Semua ini akan segera berakhir," Geraldine melanjutkan, menatapnya dengan mata penuh tekad.

"Dan ketika itu terjadi, kita akan melihat kekuatan sejati yang telah kau miliki." Geraldine tertawa terbahak-bahak.

Namun, bagi Noir, tak ada lagi yang pasti. Ia hanya berharap, di tengah semua kesia-siaan, bahwa ia bisa mengendalikan nasibnya sendiri.

Noir kehilangan jejak waktu. Hari-hari menjadi kabur, terhapus oleh siklus penderitaan yang tak berujung. Yang ia tahu hanyalah rasa sakit yang tak henti-hentinya dan eksperimen yang seolah tak ada habisnya. Ramuan-ramuan yang mengalir ke tubuhnya menyebabkan sensasi membakar, sesak, dan nyeri. Kadang, ia disayat dengan pisau tajam, darah mengalir, tanpa sedikit pun belas kasihan.

Setiap luka meninggalkan bekas, setiap rasa sakit mengikis sisa-sisa kemanusiaannya. Namun, saat Noir terkulai sekarat, Geraldine akan datang dengan ramuan penyembuhnya. Luka-lukanya sembuh dalam sekejap, dan ia kembali hidup—hanya untuk merasakan siklus penderitaan yang sama sekali lagi.

Geraldine tak peduli. Baginya, Noir hanyalah objek, sebuah langkah menuju tujuannya yang lebih besar. Ia tak peduli pada penderitaan yang membunuh jiwa dan raga Noir secara perlahan.

Noir terperangkap dalam putaran ini, sebuah siklus yang tak berujung. Tubuhnya yang telah hancur akan disembuhkan, hanya untuk dihancurkan lagi. Ia tak tahu kapan semua ini akan berakhir. Semua yang ia ingat hanyalah rasa sakit, dan harapan yang perlahan memudar.

Di saat-saat paling gelap, ia merasa telah kehilangan segalanya—identitas, tujuan, bahkan harapan. Ia hanyalah alat. Tetapi ada satu hal yang tidak bisa diambil darinya: keinginan untuk bertahan.

Ketika Geraldine kembali dengan ramuan penyembuh, Noir tidak merasakan terima kasih. Hanya kebingungan, kesakitan, dan keputusasaan.

"Apa yang kau inginkan dariku?" bisik Noir, suaranya lemah.

Geraldine hanya menatapnya dengan mata dingin.

"Kamu adalah kelinci percobaan, Noir. Tidak lebih, tidak kurang. Dan aku akan terus mengujimu hingga aku menemukan apa yang aku cari."

Noir menutup matanya, mencoba melawan rasa sakit yang terus menghujam. Namun, di dalam kegelapan yang ia pilih, ada sesuatu yang berbeda. Sebuah suara dingin dan kejam muncul di benaknya. Bukan suara dari masa lalunya, melainkan suara yang lahir dari penderitaan ini.

Suara itu berbicara tentang kekuatan, tentang balas dendam, tentang kebebasan yang harus direbut, bukan diminta. Noir tidak akan menyerah. Ia akan bertahan, bukan untuk Geraldine, bukan untuk dirinya yang dulu. Tapi untuk dirinya yang baru. Dirinya yang akan lahir dari kehancuran ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!