Aluna Maharani dan Reza Mahesa sudah bersahabat sejak SMA. Mereka kuliah di jurusan yang sama, lalu bersama-sama bekerja di PT. Graha Pratama hingga hampir tujuh tahun lamanya.
Kedekatan yang terjalin membuat Aluna yakin, perhatian kecil yang Reza berikan selama ini adalah tanda cinta. Baginya, Reza adalah rumah.
Namun keyakinan itu mulai goyah saat Kezia Ayudira, pegawai kontrak baru, masuk ke kantor mereka. Sejak awal pertemuan, Aluna merasakan ada yang berbeda dari cara Reza memperlakukan Kezia.
Di tengah kegelisahannya, hadir sosok Revan Dirgantara. Seorang CEO muda yang berwibawa dari perusahaan sebelah, sekaligus sahabat Reza. Revan yang awalnya sekadar dikenalkan oleh Reza, justru membuka lembaran baru dalam hidup Aluna. Berbeda dengan Reza, perhatian Revan terasa nyata, matang, dan tidak membuatnya menebak-nebak.
Sebuah kisah tentang cinta yang salah tafsir, persahabatan yang diuji, dan keberanian untuk melepaskan demi menemukan arti kebahagiaan yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAKET MISTERIUS
Sesampainya di apartemen, Aluna langsung membersihkan diri. Di bawah derasnya pancuran, pikirannya tak henti memutar pertanyaan yang sama. Siapa pengirim paket itu?
Selesai mandi dan berganti pakaian, ia duduk di tepi kasur sambil menatap benda yang sejak tadi sore membuatnya penasaran. Perlahan, ia kembali mengangkat isi paket tersebut.
Sebuah botol minum besar transparan dengan tutup hitam yang cukup menampung dua liter air, kini berada di tangannya. Di bagian belakang botol itu, terdapat secarik kertas dengan tulisan sederhana.
"Jangan sampai kekurangan cairan ya."
Aluna membacanya berulang kali. Matanya menyipit, bibirnya bergumam lirih.
"Aneh, siapa yang peduli sampai segini nya?"
Pikirannya langsung tertuju pada Reza. Ia tahu benar kalau sahabatnya itu sering mengingatkan dirinya untuk minum lebih banyak.
Tapi, rasanya mustahil. Kalau memang Reza, kenapa harus repot mengirim lewat paket? Ia bisa memberikannya langsung.
Ingatannya melayang pada saat makan siang tadi, saat Reza menegurnya soal minum. Ia baru sadar dua orang lain ada di meja itu, dan mereka pasti mendengar percakapan itu dengan jelas. Yuna dan Revan
"Tunggu! Yuna!?" gumamnya tiba-tiba sambil mengerutkan kening.
Namun kemudian ia menggeleng cepat. "Nggak mungkin. Kalau Yuna, dia bisa kasih langsung. Ngapain harus repot-repot ngirim paket segala?"
"Hhh…" napasnya tercekat. Jemarinya refleks menyibakkan rambut yang jatuh menutupi jidat. Kini tebakannya berakhir di satu nama, Revan.
"Kalau bukan Yuna atau Reza, berarti…" ia berhenti, tertawa hambar. "Ahahah, nggak mungkin! Revan? Nggak masuk akal kalau dia." ucapnya seolah berdebat dengan dirinya sendiri.
Akhirnya, ia bangkit dari tempat tidur dan membawa botol itu ke dapur. Dicucinya perlahan, memastikan setiap sudutnya bersih, sebelum mengisinya penuh dengan air dingin. Setelah selesai, botol besar itu ia bawa kembali ke kamar dan ia letakkan di meja samping kasur.
Sejenak ia hanya menatapnya, perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Lalu sebuah senyum tipis muncul di wajahnya.
"Baiklah, siapa pun kamu, terima kasih banyak atas perhatianmu ini." ucapnya pelan, seolah kata-kata itu bisa sampai kepada si pengirim misterius.
Tak lama kemudian.
Drttt. Drttt.
Ponselnya bergetar di atas kasur, sebuah pesan masuk. Nama Revan jelas terpampang di layar.
📩
Revan
"Aluna, kamu sibuk?"
^^^📨^^^
^^^Aluna^^^
^^^"Nggak sih, ada apa, Revan?" ^^^
Tanpa ada balasan tiba-tiba ponselnya berdering. Kali ini panggilan masuk dari Revan. Aluna terdiam, menatap layar itu cukup lama.
Jari-jarinya ragu menyentuh tombol hijau, seolah sedang menimbang harus menjawab atau tidak.
"Ehmm…" ia berdehem singkat, berusaha menormalkan suaranya sebelum menjawab.
*📞*Aluna
"Halo?"
📞 Revan
"Aluna, maaf aku ganggu waktumu."
*📞*Aluna.
"Nggak apa-apa kok, ada apa?"
*📞*Revan.
"Emm... Kalau kamu nggak keberatan, aku mau ngajak kamu weekend besok."
Deg! Aluna terkejut dan terdiam beberapa detik mendengar ajakan dari Revan barusan, namun akhirnya menjawab.
*📞*Aluna.
"Oh... Maaf, Revan. Tapi aku sudah ada janji."
📞 Revan.
"Oh ya? Maaf kalau begitu, aku nggak tau, sebenarnya aku mau menebus kesalahanku waktu itu, jadi aku inisiatif mau ngajak kamu weekend sebagai tanda maaf ku."
*📞*Aluna.
"Itu kan sudah lewat. Lagi pula aku sudah baik-baik aja. Tapi, nanti kalau ada waktu senggang, aku kabarin, ya."
*📞*Revan.
"Benarkah? Kalau begitu aku tunggu hari itu. Selamat malam, Aluna."
*📞*Aluna.
"Iya, selamat malam."
TUTTTT ...
Panggilan terputus. Aluna masih menatap layar ponselnya dengan senyum tipis, sebelum akhirnya senyum itu seketika hilang ketika ia tersadar akan kebodohannya sendiri.
"Tunggu… apa tadi aku bilang?" gumamnya panik. Ia mengulang kata-katanya. "Kalau ada waktu senggang?"
Aluna menepuk mulutnya sendiri berkali-kali. "Bodoh… bodoh! Kenapa aku bisa sebodoh itu, sih? Akhhhh!" serunya lirih sambil mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustasi.
Setelah lama menggerutu sendiri, akhirnya Aluna memaksa dirinya untuk tidur. Ia menarik selimut hingga menutupi wajahnya, berharap rasa malunya bisa hilang begitu saja bersama mimpi.
Namun, pikirannya masih terus melayang pada ucapannya ke Revan. "Kalau ada waktu senggang, aku kabarin, ya."
Kalimat itu masih bergema di kepalanya, membuatnya geram dan menendang-nendang selimut yang menutupinya.
****
Pukul 07.40.
Suara bel pintu apartemen membangunkannya.
DING… DONG…!
Aluna mengerjap-ngerjapkan mata, menguap kecil, lalu bangkit dengan rambut yang masih berantakan. Ia menoleh ke arah jam dinding, lalu mendengus pelan.
Bel pintu kembali berbunyi, kali ini lebih lama.
DING… DOOONG...!
"Issss, iya… sabar! Baru bangun juga," ucapnya agak keras, tapi tetap melangkah cepat keluar kamar.
Sesampainya di depan pintu, Aluna berhenti. Ia menempelkan mata ke lubang kecil, dan mengintip melalui lubang itu. Hanya sekali pandang, dan ia langsung tahu siapa yang berdiri di luar sana.
"Astaga, cepat banget sih datangnya!"
...----------------...
Siapa kira-kira yang punya janji dengan Aluna ya? Bahkan sepagi itu sudah datang?
Kalau kalian kepo dengan visual mereka, bisa liat langsung di Ig Iqueena ya 🌹
kebanyakan nonton Drakor lu lun..
kali dia emang mau ngasih duit segepok,tapi nyuruh jgn ninggalin anaknya
abis....takut belok beneran
ini mumpung ada betina yg mau dan khilaf🤣🤣🤣
yg penting pasangan perempuan..
seenggaknya lega euy,anak gw ga belok
abis ga pernah ketawan gandeng cewek
di ga tau aja,udah kyk soang anknya maen nyosor Mulu🤣🤣