NovelToon NovelToon
ISTRI KE-101

ISTRI KE-101

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: GazBiya

Rose dijual.
Bukan dalam arti harfiah, tapi begitulah rasanya ketika ayahnya menyerahkannya begitu saja pada pria terkaya di kota kecil mereka. Tuan Lucas Morreti, pria misterius dengan gelar mengerikan, suami dari seratus wanita.
Demi menutup hutang dan skandal, sang ayah menyerahkan Rose tanpa tanya, tanpa suara.
Ia dijemput paksa, dibawa ke rumah besar layaknya istana. Tapi Rose bukan gadis penurut. Ia arogan, keras kepala, dan terlalu berani untuk sekadar diam. Diam-diam, ia menyusup ke area terlarang demi melihat rupa suami yang katanya haus wanita itu.
Namun bukan pria tua buncit yang ia temui, melainkan sosok tampan dengan mata dingin yang tak bisa ditebak. Yang lebih aneh lagi, Tuan Morreti tak pernah menemuinya. Tak menyentuhnya. Bahkan tak menganggapnya ada.
Yang datang hanya sepucuk surat:
"Apakah Anda ingin diceraikan hari ini, Nona Ros?"
Apa sebenarnya motif pria ini, menikahi seratus satu wanita hanya untuk menceraikan mereka satu per satu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GazBiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku belum sempat membacanya

Tanpa diminta, Rose menyerahkan buku itu, tangannya gemetar tapi wajahnya pura-pura tenang.

“Aku belum sempat membacanya,” ucap Rose dengan nada berbohong, matanya tak berkedip menantang.

Lucas menyipitkan mata. Ia tahu. Dan ia tidak percaya.

Tanpa ragu, tangannya meraih tubuh Rose, menariknya keluar dengan paksa dari bagasi. Rose terhuyung, kakinya hampir tak menjejak tanah, gaun satinnya terseret di kerikil basah.

Di bawah cahaya fajar yang dingin, hutan hujan menjadi saksi. Lucas menatapnya, rahangnya mengeras, tangannya mencengkeram lengan Rose begitu kuat seolah ingin menghancurkannya.

“Beraninya kau…,” bisiknya rendah, nyaris menggeram, mata gelapnya membara antara marah dan takjub.

Rose terdiam, napasnya terengah, tapi bibirnya tersenyum tipis__senyum kecil yang entah kenapa justru semakin memicu bara di dada Lucas.

Khap!

Tangan kekar Lucas mencengkeram rahang indah Rose, memaksa wajahnya mendongak ke arahnya. Cengkeramannya kuat, dingin, membuat Rose terpaksa menahan napas.

“Apa yang sebenarnya kau cari?” geram Lucas, suaranya berat, nadanya seperti raungan binatang buas yang terkurung. Nafas panasnya hampir melahap wajah Rose yang begitu dekat.

Namun Rose tidak bergeming. Meski ketakutan jelas berpendar di matanya, bibirnya tetap berani.

“Tentu saja suamiku… orang yang sudah menikahiku. Apa itu salah?” tantangnya, lirih tapi penuh keberanian.

“Deg!”

Jantung Lucas bergetar keras. Kata-kata itu menusuk seperti belati. Sesaat genggamannya melemah, matanya tak mampu menyembunyikan keterkejutan. Ia tidak punya jawaban.

Udara hening. Fajar merambat lebih terang, menyoroti dua jiwa yang terikat dalam pertempuran aneh antara benci, cinta, dan rahasia.

Lucas menunduk tajam, rahangnya mengeras, urat di pelipisnya menonjol, sorot matanya membakar penuh murka.

“Jangan pernah bermain-main denganku, Rose! Kau sudah banyak mendapatakna toleransi.”

Rose hanya diam, napasnya memburu, tapi tatapannya tidak lari. Justru sebaliknya__ia menelusuri setiap detail wajah Lucas. Garis tegas rahangnya. Alisnya yang menekuk tajam. Hidung mancung yang begitu dekat. Bahkan kilatan marah di matanya yang berwarna gelap, gelap tapi indah.

Lucas terhenti sepersekian detik. Pandangannya membelalak, merasa seolah seluruh tubuhnya ditelanjangi bukan dengan tangan, melainkan dengan mata.

“Apa yang kau lakukan?” suaranya tercekat, tapi segera ditutup dengan ketegasan dingin. Ia merapatkan jarak, memaksa Rose tidak bisa berpaling. “Jangan coba-coba mempermainkan pikiranku.”

“Siapa kau sebenarnya?” suara Rose pecah di udara dingin kaki gunung. Matanya tajam, menusuk ke dalam mata kelam pria itu. “Aku mencari Lucas Morreti__pria yang menikahiku. Tapi yang kutemui… selalu kau,” Ia berhenti sejenak, senyum tipis terbit di bibirnya, penuh tantangan.

“Atau… jangan-jangan rumor itu salah. Kau sebenarnya Lucas Morreti?” Desak Rose.

Degg!

Luca membeku, hanya bisa menusuk Ros dengan tatapan kaku.

“ Aku tidak akan berhenti sampai aku menemukannya.”

“Kenapa?” suaranya berat, seperti menahan amarah. “Apa yang ingin kau sampaikan padanya?”

Rose tidak gentar, ia membalas tatapan itu.

Luas geram segera mendekat, menatap Ros dari jarak yang membuat udara di antara mereka menegang. “Ada hose… atau sampaikan saja padaku. Itu cukup.”

“Katakan padanya…” Rose menahan napas, lalu suaranya meluncur dingin, “Dia pengecut. Dia bahkan bersembunyi dari istrinya sendiri.”

Jantung Lucas seakan berhenti berdetak. Kata-kata itu menghantam lebih keras dari peluru. Tubuh tegarnya seketika kaku. Rose menatapnya, matanya berkilat arogan__ia tahu kata-kata itu telah menyentuh titik paling rapuh.

Keheningan menyelimuti, hanya suara hutan hujan dan angin pagi yang menggesek daun-daun. Lucas menunduk sedikit, menyembunyikan sorot matanya yang bergejolak. Tangannya mengepal, namun mulutnya terkunci.

Tiba-tiba, Rose melangkah ringan masuk ke dalam mobil, gaunnya menyapu kursi kulit hitam mahal itu. Tanpa ragu, ia duduk di kursi tengah, tepat di samping tempat yang seharusnya ditempati Lucas.

“Hhhh! Dengus Lucas mengkerutkan kening, heran melihat tinggal gadis ini. Ia pun menyusul beberapa detik kemudian, sempat terdiam di pintu. Dahinya mengernyit melihat sikap Rose. Biasanya, orang lain akan menyingkir, memberi jarak, bahkan gemetar berada di dekatnya. Tapi gadis ini… seenaknya duduk di kursi miliknya.

Lucas pun masuk dan menjatuhkan tubuh kekarnya di samping Rose. Udara di kabin mobil seketika menegang.

“Kenapa kau duduk di sampingku?” tanya Lucas, suaranya berat, nyaris seperti geraman.

Rose melirik singkat, lalu kembali menatap ke depan dengan wajah arogan. “Ini mobil Lucas Morreti. Suamiku. Aku bebas duduk di mana saja.”

Degg!

Lucas merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Matanya menyipit, antara ingin tertawa karena nyali gadis itu begitu besar, dan marah karena ia diperlakukan seolah bukan siapa-siapa.

“Suamimu, hm?” gumamnya lirih, hampir seperti tawa dingin yang tertahan. Rahangnya mengeras, sorot matanya membakar sisi wajah Rose. Gadis itu sama sekali tidak bergeming, malah sengaja menyilangkan tangan di dada, memperlihatkan kesombongan yang kontras dengan ketegangan di udara.

Lucas akhirnya mengangkat dagunya, memberi instruksi singkat. “Jalan!”

Sopir mengangguk, dan mobil kembali melaju menembus jalanan berbatu. Namun di dalam kabin, hanya ada dua hal yang beradu, keangkuhan Rose, dan gejolak hati Lucas yang semakin sulit ia kendalikan.

*

Deru mobil melaju di jalan panjang itu hanya diiringi suara lembut mesin. Di dalam kabin, Rose bersandar dengan kepala sedikit menunduk. Sejak semalam ia tidak tidur. Matanya berusaha terbuka, tapi kelopak itu makin berat, kalah oleh rasa kantuk.

Lucas duduk tegap di sampingnya, jemarinya sibuk membalik lembar-lembar dokumen. Sesekali matanya menajam, penuh konsentrasi pada angka-angka dan strategi di atas kertas. Namun keheningan itu pecah ketika sesuatu yang lembut jatuh di bahunya.

Rose.

Tanpa ia sadari, gadis arogan itu tertidur, kepalanya perlahan bersandar pada bahu Lucas. Nafasnya teratur, helai rambutnya menyentuh leher pria itu.

Lucas sempat menegang. Refleks tangannya hampir saja bergerak untuk menyingkirkan kepala itu. “Tch…” ia mendengus pelan. Rasa terganggu seharusnya muncul, tapi yang datang justru hal aneh__sunyi, hangat, dan… damai.

Dengan helaan napas berat, Lucas menutup dokumen di tangannya. Ia meletakkannya di pangkuan, lalu diam. Bahunya ia biarkan tetap menjadi sandaran. Sesekali matanya melirik Rose yang tampak rapuh dalam tidur.

“Bodoh. Kau bahkan tak sadar siapa yang sedang kau dekati,” gumam batin Lucas getir, menahan gejolak yang sulit ia artikan.

Untuk pertama kalinya Lucas Morreti tidak terlihat seperti pria dingin tanpa hati, melainkan seorang lelaki yang diam-diam takut membangunkan gadis yang kini tertidur di bahunya.

Setelah perjalanan cukup panjang. Mobil berhenti di tepi sebuah pasar modern di pinggiran kota. Udara dipenuhi aroma rempah, kain warna-warni bergelantungan di kios-kios, dan suara pedagang bersahutan. Tidak jauh dari situ, baling-baling helikopter berputar, menunggu Lucas untuk segera dibawa ke kota besar.

Rose menoleh dengan mata terbelalak, kagum sekaligus asing. “Pasar?” gumamnya. Seumur hidup, ia tak pernah benar-benar berjalan di tempat seperti ini. Semua yang ia butuhkan selalu tersedia di Mottesa__kota kaya yang berdiri bak kerajaan modern. Ia lahir, tumbuh, dan hampir dikurung di sana, semua tersedia tapi juga penuh batas.

Lucas turun dari mobil, berdiri tegak dengan setelan gelapnya. Ia menoleh pada Rose, wajahnya dingin tapi tajam memperhatikan gaun sederhana yang dipakai gadis itu. Gaun yang tak pantas mendampingi nama Morreti.

“Aku akan mengirimmu kembali ke Pallazo dengan mobil ini. Tapi sebelumnya, kau harus mengganti pakaianmu,” ucapnya datar, sembari menutup pintu mobil.

Rose mendengus, matanya berkilat arogan. “Aku tidak butuh kau atur,” ketusnya, memaksa turun.

Namun Lucas dengan cepat menghadang, menatapnya sebentar, lalu mendekat. Pandangan matanya turun, meneliti gaun yang Rose pakai__sederhana, lusuh, dan baginya… memalukan.

“Tidak.” Lucas menghela napas berat, suaranya dalam dan tajam. “Dengan pakaian itu, kau tidak akan keluar selangkahpun dari mobil!”

Rose mendongak, “Maksudmu aku harus mengganti pakaian disini?” bentaknya.

Bentakan itu melukai harga diri Lucas, meskipun masuk akal. Dengan cepat ia membuka Jas mewah yang membalut tubuhnya, lalu memakaikan pada tubuh Ros.

Rose hendak menangkis, tapi pria itu sudah meraih tangannya. Tarikan yang tegas, namun tidak kasar, menyeretnya ke sebuah butik megah di sisi pasar. Dari luar saja, butik itu berkilauan dengan kaca tinggi, manekin berbalut busana couture, dan penjaga yang langsung menunduk hormat saat Lucas masuk.

Rose mendelik, suaranya meninggi, “Hei! Aku bisa memilih pakaianku sendiri!”

Lucas berhenti sejenak, menoleh dengan tatapan menusuk, lalu tersenyum tipis__senyum yang entah kenapa lebih mengintimidasi daripada amarahnya. “Itu masalahnya, Roselyne. Kau tidak memilih. Kau hanya… tidak tahu.”

Rose terdiam. Untuk pertama kalinya, ia merasa kecil di samping pria itu, di dunia yang asing baginya__dunia yang hanya pernah ia dengar dari cerita, dunia di luar Mottesa.

Sementara Lucas berjalan masuk lebih dulu, tubuhnya menjulang, suaranya memberi perintah pada penjaga butik dengan tegas. Ia tampak seperti seseorang yang terbiasa memiliki segalanya. Ya, memang dia punya segalanya, dia bahkan hampir menghabiskan seluruh gadis di Mottesa.

Beberapa gaun disodorkan, dua pelayan membantu Rose. Ia berdiri di depan cermin, gaun baru membalut tubuhnya dengan anggun. Ia hampir tak mengenali dirinya sendiri. Ia lansung jatuh cinta pada gaun simple itu.

Seorang pelayan datang menghampiri Lucas, mengembalikan sebuah kartu hitam berlapis emas. Lucas Morreti, terukir di sana dengan huruf tegas. Rose memicingkan mata. Nama itu berputar di kepalanya. Ia menelan ludah.

**

Bersambung!

1
tutiana
baguss Thor,,,lanjut
Tt & 1g : Author Gazbiya: Siapp akak🔥
total 1 replies
tutiana
luar biasa
Tt & 1g : Author Gazbiya: Terima kasih atas bintangnya❤️😭, sehat-sehat orang baik🫶🏻
total 1 replies
Harry
Aku sudah kehabisan kata-kata untuk memuji karya ini, sungguh luar biasa.
Tt & 1g : Author Gazbiya: Terimakasih 🥹🫶🏻 Sehat-sehat akak…
total 1 replies
AkiraMay_
Amanat lah thor buat cerita yang mendebarkan dan sangat menarik ini. Aku tunggu kelanjutannya ya!
Tt & 1g : Author Gazbiya: Asiappp akakk🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!