"Apa kabar, istriku? I’m back, Sanaya Sastra."
Suara dingin pria dari balik telepon membuat tubuh Naya membeku.
Ilham Adinata.
Tangannya refleks menahan perut yang sedikit membuncit. Dosen muda yang dulu memaksa menikahinya, menghancurkan hidupnya, hingga membuatnya hamil… kini kembali setelah bebas dari penjara.
Padahal belum ada seumur jagung pria itu ditahan.
Naya tahu, pria itu tidak akan pernah berhenti. Ia bisa lari sejauh apa pun, tapi bayangan Ilham selalu menemukan jalannya.
Bagaimana ia melindungi dirinya… dan bayi yang belum lahir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Regazz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Memberi pelajaran untuk Azzam
Bab 15 Memberi pelajaran untuk Azzam
•••
Naya duduk disamping Hayu dengan mengaduk bubur kacang hijau yang dibelikan oleh Azzam. Ia nampak tidak semangat dengan dahi yang kini sudah diobati.
Naya mengepalkan tangannya menahan amarah. "Masih pusing, Naya?" tanya Hayu cemas.
Ia sedikit tersentak, "ahh, gak kok. Aku udah mendingan..." balas Naya.
"Kalau kamu mau pulang, kamu bisa pulang langsung. Biar nanti aku minta ijin." saran Hayu.
Terlihat dibalik cadar warna hitam tersebut, Naya menyipitkan mata bertanda ia tersenyum. Meski, senyum yang dipaksakan.
"Aku gak apa-apa ko, Yu." Naya mencoba tegar mesti hatinya terbakar.
"Ya udah nih sekalian makan baksonya. Mumpung masih hangat." Hayu menyodorkan bakso ke depan Naya.
Ja menerima, ia memengang garpu di tangannya. Ia menatap garpu ini dengan lekat, rasanya ia ingin sekali menusuk Ilham dengan garpu ini.
"Kenapa tuh kepalamu, Nay?" sapa Clara sok akrab.
Naya hanya diam. Dan Hayu tidak suka dengan Clara yang sok akrab padahal berniat mengganggu.
"Makanya lihat tuh pakai mata. Lagian sih pakek cadar,ya nggak kelihatan lah." ujarnya sinis.
Hayu makin tak suka, ia ingin menantang Clara. Namun, tangannya dicegat oleh Naya.
"Biarin aja, Yu. Jangan nguras waktu kamu untuk orang gak penting kayak Clara. Percuma aja." bisik Naya.
"Tapi, Nay. Dia Sama aja udah menghina pakaian yang dipakai sama istri nabi." balas Hayu.
"Biarin aja, jangan diurus. Kita kan udah pernah bahas itu sama dia. Toh dia gak mau denger. Lagian di kelas kit juga banyak yang pakai cadar tapi dia gak sampai ngomong gitu kan. Dia gak benci sama kain ini, Yu. Dia benci sama aku." balas Naya ia tak ingin ambil pusing. Ia langsung memasukkan satu bakso ke dalam mulutnya.
"Iya, emang aku benci. Dasar tukang caper." ejek Clara.
Naya tak peduli, sedangkan Hayu menahan emosi. "Ishh, ngapain sih dia harus duduk disini segala." bisik Hayu dengan naga menatap Clara dengan tidak suka.
Disisi lain, Ilham terlihat dengan nampan di tangannya sedang mencari tempat duduk. Dari lirikan mata saja, ia sudah tau jika yang duduk beberapa meja di depannya adalah Naya.
"Pak Ilham, duduk disini, Pak!" sapa Clara yang duduk di seberang meja Naya. Ia duduk dengan temannya yang berjumlah tiga orang
Satu perempuan dan dua laki-laki.
Naya yang melihat itu, langsung berdecak dalam hati. Kenapa ia harus bertemu dengan pria gila itu lagi. Entah kenapa Naya merasakan nyeri di daerah lehernya. Ia buru-buru memakan bakso miliknya dengan cepat.
"Yu, aku balik kelas duluan ya. Kepalaku agak pusing, kamu gak apa-apa kan sendirian disini?" ujar Naya langsung bangkit.
"Oh iya~ aku gak apa-apa kok. Duluan aja..." balas Hayu yang paham dengan kondisi Naya.
Naya langsung berjalan menuju kelasnya. Kelas nampak begitu sepi. Hanya ada beberapa orang saja. Saat ia duduk, sebuah pesan langsung masuk kedalam ponselnya.
— Kenapa pergi hah?! Sudah bosan untuk hidup?
Itu nomor asing lagi. Namun, Naya sudah langsung tau jika itu adalah pesan dari Ilham.
'Sebenarnya dia punya berapa ponsel sih?' batin Naya.
Kini, kepalanya nampak begitu pusing. Ia memijit pelipisnya dan memberikan minyak kayu putih.
— Sebenarnya apa mau mu hah?!
Naya membalas itu dan mengirimkannya pada Ilham.
— Aku mau dirimu.
Naya kembali memblokir nomor tersebut. Ia sudah muak sekali. Tak lama Azzam masuk kedalam jelas tersebut.
"Nomor kamu kok gak aktif sih Nay? Sekarang kamu udah gak apa-apa kan?" tanya Azzam hang reflek menyentuh pundak Naya.
Naya tersentak kaget, Azzam segera menyingkirkan tangannya. "Maaf."
"Aku udah gak apa-apa kok. Cuman yah hanya pusing aja." balas Naya.
"Emang keterlaluan ya Pak Ilham. Jalan gak hati-hati banget." Azzam masih kesal dengan apa yang terjadi pada Naya.
Azzam memperhatikan luka Naya yang sudah diperban. "Apa kamu mau aku anter pulang aja?"
"Gak usah deh, Zam. Aku gak apa-apa kok." tolak Naya halus.
"Eh, mendingan kamu balik ke kelas deh. Dosen udah mau masuk tuh." saran Naya.
"Oh iya, tapi kamu hati-hati ya. Dan jangan lupa balas chat aku." ujar Azzam langsung lari.
"Tampang sok alim, taunya dekat-dekat juga sama cowok." cibir Clara yang baru masuk.
Hayu juga sudah kembali.
Naya hanya menghela napas kasar. Ia tidak ada semangat untuk meladeni ucapan Clara barusan.
•••
Ilham berada di dalam mobilnya. Jam kuliah sudah berakhir. Dan ia juga akan segera pulang. Dan tanpa sengaja ia melihat Naya yang pulang dibonceng oleh Azzam.
Bugh!
Ilham memukul stir kemudi dengan wajah penuh amarah. "Sialan!"
Dadanya naik turun menatap tajam dua sejoli yang melewati gerbang kampus. Ia bisa melihat wajah Azzam yang begitu bahagia, terukir sebuah senyuman di wajahnya yang tampan.
"Brengsek!" teriak Ilham meninju stir itu lagi.
Ia pun mengambil ponselnya. Mencari nomor Naya dan menekan tombol. Ia mulai memanggil.
Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif...
"Sialan! Kau pikir aku main-main dengan tindakanku, Naya. Lihat saja akan ku buat anak itu mendapatkan ganjarannya karna sudah berani mendekatimu." ujar Ilham penuh dendam amarah.
Ia langsung mengambil ponselnya, muali menghubungi seseorang.
"Lakukan sesuatu pada bocah ini, nanti aku kirim fotonya." suaranya begitu dingin, datar dan kejam.
"Baik, Tuan." jawab suara dari seberang sana.
"Kamu akan lihat sendiri akibatnya jika berani melawanku." Ilham tersenyum menyeringai.
Ia mulai membuka sebuah file lama didalam ponselnya. Menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam dan puas.
"Hahaha... Aku suka permainan ini." tawanya begitu menakutkan.
•••
Di depan rumah kos Naya
"Makasih, Zam." ujar Naya.
Azzam tersenyum, " ya, sama-sama."
Azzam pun balik pulang dengan berjalan kaki keluar dari dalam gang tersebut. Ia akan menunggu ojek online dan kembali mengambil motornya di kampus.
Naya pun kembali masuk kedalam kos an miliknya.
Bersamaan dengan itu juga ojek online pesanan Azzam pun telah datang.
Diatas motor, Azzam begitu senang sekali bisa membonceng Naya pulang tadi. Dari mimik wajahnya semuanya bisa tau jika ia suka dengan Naya. Bahkan, ia menyukai wanita itu sejak ia masih duduk di bangku SMA. Bukan, tanpa alasan ia dulu sering menganggu dari sahabat kakaknya itu.
Tentu saja, karna ia suka.
Asyik lamun, hingga Azzam sadar jika sang ojek malah berbeda arah dari seharusnya. Malah semakin jauh dari kampusnya.
"Loh, Mas. Kenapa juga lewat jalan lain?" tanya Azzam mulai curiga.
Sang ojek online mengenakan masker hitam, "jalan lain macet, Mas. Kita lewat jalan ini saja."
Tak ada rasa curiga dalam diri Azzam. Hingga mereka berada di sebuah kawasan kumuh dan sepi dari orang-orang.
Dan tiba-tiba sang pengemudi ojek pun turun.
"Saya hanya bisa sampai disini aja ya, Mas." ujarnya.
Azzam makin bingung, "lah ini dimana, Mas. Kenapa aneh begini..."
Azzam mulai kembali mengecek ponselnya. Hingga tiba-tiba kepalanya di pukul seseorang dari belakang. Seketika dunianya berputar, kepalnya mengeluarkan banyak darah. Ia hanya melihat beberapa pria besar mengelilingi tubuhnya.
Ia awalnya terjatuh dengan memengang kepalnya yang sakit. "Siapa kalian?!" teriaknya.
"Jangan banyak bacot deh! Ayo!" ujar salah satu dari mereka langsung memukuli tubuh Azzam.
Azzam mencoba menangkisnya.
Tapi, Satu banding lima. Tentu saja ini tidak adil sama sekali. Ditambah, Azzam kondisi tubuhnya sudah parah. Dan salah satu dari mereka bahkan merekam aksi tersebut.
Ia begitu babak belur. Bibirnya sobek, sudut matanya terluka parah. Wajahnya bengkak.
Hingga salah satu dari mereka mematahkan tangannya.
"Akh!" teriak Azzam kesakitan.
•••
Naya berjalan tergesa-gesa menuju rumah sakit. Ia menuju UGD dan disana ada Pak Yusuf dan Ibu Mazaya, yaitu ayah dan Ibu dari Azzam.
"Gimana keadaan Azzam, Ummi?" tanya Naya yang sudah akrab dengan keluarga itu kayaknya saudara.
Sepasang suami istri yang sudah tua tersebut, kaget melihat wanita bercadar di hadapan mereka. Namun, mereka langsung kenal suara itu.
"Naya!" Ibu Mazaya langsung memeluk Naya dengan erat.
"Apa yang terjadi, Ummi?" cemas Naya mencoba menenangkan wanita yang juga memakai cadar seperti dirinya.
"Kami gak tau, Naya. Tiba-tiba saja Azzam ditemukan warga setempat dengan keadaan babak belur begini di jalan sepi hiks ...hiks ..."
Pak Yusuf juga menahan tangisnya dengan rahang mengeras menahan amarah. Siapa yang tega melakukan ini semua.
Akhirnya, mereka hanya bisa menunggu operasi Azzam selesai.
Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Naya. Naya begitu kaget dengan isinya. Ia langsung tau siapa pelaku ini semua.
— Apa mau coba main-main lagi denganku, sayang? Hari ini anak sialan itu. Dua hari lagi bisa jadi keluarganya yang akan celaka.
To be continue...
aku tunggu up nya dari pagi maa Syaa Allah 🤭 sampai malam ini blm muncul 😁
kira-kira itu pak dosen gila ngapain krmh ibu Yanti 🤔