NovelToon NovelToon
Menikahi Istri Ke Tigamu

Menikahi Istri Ke Tigamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Nikah Kontrak / Cerai / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:354
Nilai: 5
Nama Author: rtgfcg

Kevin Pratama tidak pernah menyangka bahwa Ani Anggraini, istri ketiga bawahan di kantornya. Dapat membangkitkan gairahnya yang terpendam selama ini. Karena hal itu, ia melakukan segala cara agar bisa membuat Ani menjadi miliknya. Namun, saat berhasil membuat Ani menjadi miliknya bahkan menjadi istrinya. Ia malah mengajukan kontrak nikah hanya karena trauma di masalalu nya.

“Apa maksudnya ini?” tanya Ani yang terkejut saat melihat isi dari kontrak nikah itu.

“Apa kata-kata yang ada di dalam kontrak nikah itu kurang jelas untukmu Ani? sampai-sampai membuatmu tidak paham seperti itu!”tanya Kevin dengan raut wajah yang datar.

“Tidak, isi dari kontrak nikah ini saya sangat paham. Hanya saja. Mengapa tuan ingin menikahi saya? hanya karena agar tuan mendapatkan seorang keturunan!” ucap Ani, karena memang isi dari kontrak itu menyatakan bahwa pernikahan mereka akan terjalin sampai Ani melahirkan anak untuk Kevin.

“Lalu, memangnya menurut kamu. Apa ada alasan yang lebih masuk akal, untuk saya menikahi kamu yang seorang wanita biasa-biasa saja. Selain untuk memiliki keturunan?”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rtgfcg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri Pertama

“Ayah.” Panggil seorang anak perempuan yang berumur 6 tahun yang baru keluar dari dalam rumah sederhana dan sekarang sedang berdiri di depan pintu rumah itu, saat melihat Dimas yang baru turun dari ojek onlinenya.

“Dira sayang!” Teriak Dimas dengan senyum manis di wajah lelahnya. Saat melihat sang putri sedang menunggunya di depan pintu rumah.

Setelah ia berteriak itu, terlihat sang putri yang bernama Dira, mulai berlari kecil menghampiri ia dan saat sampai di depannya. Putrinya itu terlihat mulai merentangkan tangan kecilnya, seperti meminta untuk di gendong oleh Dimas.

“Dira ko belum tidur. Ini udah malam loh?” Ujar Dimas dengan suara yang lembut, setelah ia menggendong putri semata wayangnya itu.

“Mana mungkin Dira bisa tidur, sedangkan ayah nya yang udah janji bakal nemuin dia tadi siang setelah seminggu kemari ga ketemu. Itu ga datang-datang.” Terdengar suara ketus yang menjawab ucapannya, yang tentu saja bukan berasal dari sang putri, Dira. Tapi suara itu terdengar dari belakang Dira, lebih tepatnya dari wanita dewasa bernama Ranti, yang menjadi istri pertamanya sekaligus ibu kandung dari Dira.

“Ran... tadi kan aku udah bilang. Mobil yang aku kendarai, saat nganter Susan ke restoran tempat dia kerja. Kecelakaan dan karena kecelakaan itu, Susan sampai kritis dan aku yang sebagai suaminya, tentu harus nungguin dia di sana.” ucap Dimas dengan suara yang keras pada istri pertamanya itu.

Terlihat Ranti, yang mendengar ucapan suaminya itu, dengan wajah datarnya mulai memutar bola matanya pertanda malas.

Setelahnya, ia mulai bergumam. “Kuharap pelakor itu ga cuman kritis tapi kuharap dia segera mati.”

Gumaman Ranti itu, tentu masih bisa terdengar jelas di telinga Dimas, karena memang jarang di antara mereka yang lumayan dekat.

Terlihat wajah tampan Dimas yang berwarna putih sekarang telah berubah menjadi merah, akibat amarah saat mendengar gumaman istri pertamanya itu. Dimas bahkan dengan posisi masih menggendong sang putri, tanpa sadar, karena tidak bisa menahan amarahnya mulai membentak istrinya itu dengan keras.

“Ranti.” Bentak Dimas dengan keras pada sang Istri.

“Kenapa, ga terima... kalo aku berharap pelakor itu mati.” Teriak Ranti dengan suara yang tidak kalah kerasnya, karena ia sungguh merasa tidak terima sang suami membentaknya hanya karena pelakor yang telah menjadi perusak rumah tangga mereka.

“Susan bukan pelakor Ranti. Ingat! di istriku juga. Istri yang ku nikahi secara sah secara agama dan negara.” Balas Dimas dengan menurunkan sedikit nada suaranya, karena merasakan sang putri, Dira yang ada dalam gendongannya. Semakin mempererat pelukannya dengan tubuh yang terasa gemetar.

“Iya-iya, terserah kamu mas. Tapi yang jelas, menurutku perempuan itu tetep pelakor.” Ucap Ranti dengan tajam.

Dimas, yang sebenarnya ingin kembali marah, memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Karena tidak ingin membuat Dira yang masih ada dalam gendongannya semakin ketakutan.

“Udah Ran... kamu jangan mancing-mancing amarah aku terus. Karena aku gamau kira debat disaat ada Dira.” Ucap Dimas akhirnya dengan suara yang pelan dan berusaha menekan amarahnya.

Ranti hanya bisa tersenyum menyeringai, saat mendengar suaminya yang mengatakan tidak ingin berdebat hanya karena ada anak mereka, Dira. Di antara mereka berdua. Lalu, setelahnya, ia hanya berpikir. Jika tidak ada Dira di antara mereka? apakah suaminya itu dengan senang hati akan berdebat dengannya. “Aku udah bilang mas, aku paling ga suka kalo kamu jadiin Dira sebagai tameng biar perdebatan kita ga terjadi.” Ucap Ranti dengan ketus.

“Ran... plis.” Ucap Dimas menekan kata-katanya, karena ia sekaran merasa sangat lelah dengan semua masalah yang di hadapinya hari ini dan ia sekarang sungguh tidak sanggup lagi jika harus menghadapi perdebatan dengan istri pertamanya itu.

“Ya terus kamu ngapain kesini! bukannya kamu mau urusin istri kedua kamu itu yang lagi kritis? atau kamu ke sini mau kasih kabar bahagia, tentang istri kedua kamu itu yang udah beneran mati.” Ucap Ranti dengan tajam dan sekarang kembali memperlihatkan senyum menyeringainya.

“Ranti!” Dimas kembali berteriak, walaupun teriakannya itu tidak sekuat tadi. Karena masih ingat ada Dira di dalam gendongannya.

“Udahlah... kamu bilang, bukannya kamu ga mau berdebat sama aku. Jadi sekarang kamu bilang intinya aja, kamu mau apa kesini?” ucap Ranti akhirnya, karena memang sudah merasa sangat malas menghadapi suaminya itu.

Dimas terlihat mulai menghela napas, saat mendengar ucapan Ranti barusan.

Lalu, setelahnya. Ia mulai berucap dengan pelan. “Aku kesini... mau minta izin sama kamu, buat kamu izinin Ani untuk sementara waktu tinggal di sini, selama aku ngurusin Susan di rumah sakit.”

Ranti yang mendengar ucapan itu, sungguh langsung tercengang dan tidak percaya karena mendengar permintaan suaminya itu, untuk ia mengizinkan istri ketiga sekaligus wanita yang menjadi madunya tinggal bersamanya.

“Ngapain, emang dia ga punya rumah apa?” Ucap Ranti dengan suara yang ketus serta wajah yang sekarang mulai memerah. Karena amarahnya yang semakin besar pada suaminya itu.

“Bukan gitu Ran... aku tahu Ani punya rumah sendiri. Tapi selama ini kan, Ani ga pernah tinggal sendiri. Dia selama ini selalu tinggal sama Susan dan kamu juga tahu kan seberapa deket mereka berdua! aku cuman takut, Kalo Ani tinggal sendiri dengan umur dia yang masih muda banget. Dia bakal kesepian dan sedih karena kepikiran dengan kondisi Susan. Makanya itu, setidaknya kalo Ani tinggal di sini. Dia mungkin akan merasa ga kesepian dan mungkin akan sedikit terhibur karena dengan adanya Dira.” Ujar Dimas yang sekarang terdengar lembut saat menjelaskan pada istri pertamanya itu. Karena bagaimanapun ia harus mendapatkan izin Ranti agar istri pertamanya itu mengizinkan istri ketiganya untuk bisa tinggal di sini.

“Yang terus menurut kamu? aku peduli gitu, kalo istri ketiga kamu itu kesepian?” Balas Ranti dengan nada suara yang masih tajam.

“Aku tahu kamu ga akan peduli, tapi Ran... aku mohon kali ini aja. Izinin yah.” Ujar Dimas dengan nada suara yang amat sangat memohon.

Ranti yang mendengar Dimas yang memohon, hanya bisa menatap dingin wajah suaminya itu dan tentu tanpa mengucapkan satu kata pun dari mulutnya sebagai balasan.

Dimas hanya bisa menghela napas melihat respon Ranti seperti itu. Walaupun di perjalanan tadi, ia sudah bisa menebak bahwa Ranti tidak pernah mungkin mengizinkan istri ketiganya itu untuk tingal beberapa waktu di rumahnya. Tapi, ia tetap nekat, karena memang sudah tidak tahu lagi harus menitipkan istri ketiganya itu di mana lagi. Selain di rumah istri pertamanya.

“Dira sayang.” Ucap Dimas akhirnya setelah terdiam cukup lama, pada sang putri yang masih di gendongan nya dan sedang menyembunyikan wajahnya di dadanya.

Dira yang mendengar panggilan ayahnya, dengan takut-takut mulai mengangkat wajahnya yang sebenarnya dari tdi di sembunyikan di dada sang ayah, sebab merasa takut dengan perdebatan ayah dan bundanya.

Saat wajahnya sudah terangkat, ia dengan jelas dapat melihat wajah sang ayah yang di depannya, sedang tersenyum manis padanya.

“Ini udah malam, sekarang Dira masuk kamar terus tidur ya.” Ujar Dimas dengan suara yang lembut pada putrinya itu.

“Tapi, ayah harus temenin Dira buat bobo.” Ucap Dira dengan takut-takut pada sang ayah.

“Dira... ayah masih ada urusan sama bunda. Jadi ayah ga bisa buat temenin Dira. Lagian kan Dira anak pemberani, jadi Dira harus berani dong buat tidur sendiri.” Ucap Dimas dengan masih mempertahankan suara lembutnya itu.

“Yaudah tapi Dira mohon, kalo sekarang Dira pergi tidur. ayah sama bunda janji ya, jangan berantem lagi.” Ucap Dira dengan suara yang pelan dan masih sedikit takut-takut.

“Iya ayah janji, jadi sekarang Dira masuk ke dalam, pergi ke kamar dan tidur ya.” ujar Dimas dengan tersenyum manis pada Dira.

Setelahnya, ia mulai menurunkan sang putri dari gendongannya. Lalu, ia berucap. “ Yaudah sana masuk.” Ucap Dimas dengan masih mempertahankan senyum manisnya, untuk menyuruh sang putri masuk ke dalam.

“Yaudah kalo gitu, selamat malam ayah, bunda.” Ujar Dira, sebelum ia berlalu pergi dengan langkah kecilnya menuju dalam rumah.

“Ran... aku mohon.” Ujar Dimas kembali pada sang istri, setelah putrinya, Dira. Sudah berlalu pergi masuk ke dalam rumah.

“Sekali engga, tetep engga.” Ucap Ranti dengan tegas bahkan istri pertama Dimas itu, sekarang mulai menatap suaminya dengan tatapan yang sangat tajam.

“Ran... asal kamu tahu, sebenarnya alasan utama aku nyuruh Ani tinggal sementara di sini. Itu karena aku akan segera bercerai dengannya.” Ucap Dimas, akhirnya terpaksa menyebutkan alasannya meminta agar Ranti menerima Ani di rumah wanita itu.

“Maksudnya?” tanya Ranti yang merasa terkejut dan tidak percaya dengan ucapan yang keluar barusan dari mulut suaminya.

“Aku akan segera bercerai dengan Ani, karena itu makanya aku ingin Ani tinggal sementara di sana dengan harapan, dia tidak akan terlalu sering memikirkan perceraian aku dan dia. Karena mungkin ada Dira, yang menghiburnya.”ucap Dimas menjelaskan lebih rinci lagi.

“Tapi kenapa kamu tiba-tiba mau bercerai sama Ani?” Ucap Ranti yang merasa heran, dengan keputusan tiba-tiba suaminya, yang akan menceraikan istri ketiganya. Walaupun ia sebenarnya tahu pernikahan Dimas dan Ani berawal bukan karena cinta, tapi karena suatu hal. Namun tetap saja, ia tidak pernah menduga bahwa Dimas akan menceraikan istri ketiganya itu.

“Karena demi operasi Susan.” Ucap Dimas dengan suara yang lirih.

Ranti yang mendengar perkataan suaminya itu, hanya bisa tertawa getir. Karena ia tahu dari dulu pun Dimas yang amat cinta mati pada istri kedua pria itu, akan selalu mengutamakannya.

Bahkan saat wanita itu. Meminta suaminya itu untuk menikahi Ani, Dimas, suaminya itu dengan sadar menyetujui permintaan istri keduanya itu dan sekarang pun masih begitu, hanya karena untuk menyelamatkan istri keduanya itu. Walaupun, ia tidak tahu apa hubungannya dengan menceraikan istri ketiga pria itu dengan keselamatan Ani.

Tapi ia tidak penasaran untuk tahu lebih jauh, karena ia tahu, suaminya itu akan mengorbankan apapun untuk istri keduanya. Karena memang di hati pria itu, memang hanya ada nama Susan tidak ada nama Ani ataupun dirinya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!