NovelToon NovelToon
PEDANG GENI

PEDANG GENI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Persahabatan / Raja Tentara/Dewa Perang / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

PEDANG GENI. seorang pemuda yang bernama Ranu baya ingin membasmi iblis di muka bumi ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

Baru juga hari beranjak malam, Ranu dan Mahesa yang belum tidur dikejutkan dengan tawa kecil seorang wanita. Tawa itu terdengar dari berbagai arah dan seperti bergerak sangat cepat.

Ranu mencoba merasakan energi di sekitar mereka, namun dia tidak merasakan ada energi apapun dalam jarak dekat.

"Apa mungkin suara ini dari penunggu hutan ini?" tanya Ranu kepada Mahesa. Dia teringat ucapan ayah Arika yang mengatakan kalau penunggu hutan Karaenta suka mengganggu siapapun pendatang di hutan itu.

"Entahlah, Ranu. Tapi bisa jadi memang seperti itu adanya," jawab Mahesa. Matanya pun menatap tajam ke sekeliling mencari keberadaan suara tersebut.

"Aneh, padahal kita belum masuk hutan ini, kenapa penunggunya sudah muncul? Apa mungkin dia suka padamu, Hesa?" Ranu terkekeh menggoda sahabatnya itu.

"Entahlah, kenapa nasibku tidak seberuntung kau, Ranu. Sekalinya ada gadis yang suka padaku, dari golongan jin pula. Apes nian nasibku ini? Padahal kurang apa aku ini, tampan, bisa ilmu kanuragan, dan juga baik hati serta tidak sombong, hehehe."

"Ini ceritanya kau lagi curhat padaku? Sekarang sedang ada hantu yang sedang mengganggu kita, apa tidak bisa nanti saja curhatnya?"

Mahesa terkekeh mendengar omelan Ranu, "Salahmu sendiri kenapa pakai memancing segala!"

Sekilas Ranu melihat sekelebatan warna putih melintas dengan cepat tidak jauh dari tempat mereka beristirahat. Dia segera berdiri dan pandangan matanya mengikuti arah warna putih itu.

"Jangan dikira aku takut padamu! Keluarlah baik-baik atau kubakar kau menjadi abu!"

"Hihihihihi ... kau berani juga, Manusia. Tapi aku sedang tidak ingin membunuh saat ini. Katakan apa tujuanmu ke sini!?"

Sesosok wanita berwajah cantik tapi sangat pucat dan berbaju putih, tiba-tiba muncul melayang di depan mereka berdua.

Ranu dan Mahesa mundur selangkah saking kagetnya dengan kemunculan hantu wanita itu.

"Aku sedang mencari seorang kakek tua di hutan ini. Sebaiknya jangan mengganggu kami atau aku tidak segan untuk membakarmu!"

"Sudah aku bilang aku sedang tidak ingin membunuh,tapi kenapa kau malah memancing emosiku!?" bentak hantu wanita itu.

Ranu mendengus kesal, "Kau sudah mengganggu waktu istirahat kami. Sebaiknya kau pergi, aku tidak ingin mencari masalah denganmu!"

"Terlambat ...! Kau sudah memancing emosiku!" Hantu wanita itu tiba-tiba saja berubah wujud menjadi sangat menyeramkan. Pakaian putihnya berganti menjadi warna merah dan wajahnya penuh dengan luka serta lidah yang menjulur keluar.

"Kau nampaknya tidak bisa diajak bicara baik-baik, jangan salahkan aku jika membakarmu!" bentak Ranu. Seketika tubuhnya diselimuti api hitam yang berkobar hebat.

"Kau ... kau ... siluman api!" Hantu wanita itu bergerak mundur ketika merasakan panasnya api hitam yang dikeluarkan Ranu. Wajahnya yang buruk rupa kembali berubah menjadi cantik seperti semula. Dan pakaiannya pun berganti menjadi berwarna putih.

Ranu yang merasa terusik waktu istirahatnya bergerak mendekati hantu wanita itu.

"Berhenti, Anak Muda! Padamkan api hitammu itu!"

Suara seorang lelaki tua tiba-tiba terdengar di telinga Ranu. Dengan cepat, api hitam itu menyusut dan masuk ke dalam tubuhnya.

"Sumiati, antarkan tamuku itu kemari!"

"Baik, Tuan," jawab hantu wanita yang bernama Sumiati

"Mohon maaf, Tuan. Ternyata kalian adalah tamu dari Tuan Wanandra. Sekali lagi aku minta maaf." Hantu wanita bernama Sumiati itu menangkupkan kedua telapak tangannya menjadi satu di depan wajah.

"Jadi kau bernama Sumiati?" tanya Ranu.

"Benar, Tuan. Mari aku antarkan Tuan ke tempat Tuan Wanandra."

"Mahesa, Ayo!" Ranu memanggil Mahesa yang masih mematung di tempatnya.

Mahesa berdiri dan berjalan mendekati Ranu. Mereka kemudian berjalan sambil menuntun kudanya, mengikuti sumiati yang melayang di depan mereka.

Cukup lama mereka berjalan mengikuti Sumiati hingga ke tengah hutan, Ranu cukup kagum dengan kemampuan lelaki yang bisa memanggil dengan jarak begitu jauh. Dia bisa menilai jika lelaki yang memanggil sumiati itu pasti memiliki kemampuan tenaga dalam yang sangat tinggi.

Perjalanan mereka terhenti di sebuah gubuk kecil di tengah hutan. Meski keadaan di dalam hutan itu begitu gelap gulita, tapi entah kenapa Ranu dan Mahesa bisa melihat dengan jelas.

"Tuan Wanandra berada di dalam, Tuan berdua silahkan masuk," ucap Sumiati mempersilahkan.

Dengan sedikit ragu-ragu, Ranu dan Mahesa menuruti ucapan Sumiati. Mereka berdua bergegas memasuki gubuk kecil itu.

Suasana yang gelap di dalam gubuk tiba-tiba menjadi terang, setelah dua lentera kecil secara bersamaan menyala ketika mereka berdua melewati pintunya.

Ranu dan Mahesa melihat lelaki tua yang sedang duduk bersila sambil memejamkan mata.

"Kakek?" sapa Ranu.

Mereka berdua bisa mengenali jika lelaki tua itu adalah yang mereka lihat tempo hari di warung makan.

"Duduklah!

Ranu dan Mahesa mengangguk dan langsung duduk bersila di depan lelaki tua bernama Wanandra itu.

"Maafkanlah Sumiati ... dia sebenarnya tidak jahat seperti yang kalian kira. Dia hanya trauma dengan manusia seperti kalian."

"Kenapa dia tidak trauma dengan kakek? Apakah kakek bukan manusia seperti kami?"

Wanandra terkekeh seraya menggaruk kepalanya, "Aku sebenarnya bukan manusia seperti kalian, dan aku berasal dari bangsa jin. Namun Dewata memberiku anugerah bisa menjadi wujud manusia secara nyata. Itupun aku harus melakukan ritual khusus agar aku bisa memasuki alam manusia dengan wujud nyata," jawabnya. Jin berwujud lelaki tua itu kemudian membuka matanya.

"Sama seperti kalian para manusia yang harus melakukan ritual khusus agar bisa memasuki alam jin beserta wujud kalian," lanjutnya.

"Tapi aku tidak perlu ritual khusus untuk memasuki alam jin," sahut Ranu cepat.

Wanandra kembali terkekeh, "Sejak pertama aku melihatmu, aku tahu kau bukan pemuda sembarangan, Ranu."

Ranu terkejut ketika Wanandra bisa mengetahui namanya.

"Kau tidak usah kaget seperti itu, Ranu. Namamu sudah sangat terkenal di bangsa jin. Paduka Raja Condrokolo sudah mewanti-wanti semua bangsa jin agar tidak ada yang mengganggumu," lanjut Wanandra.

"Jadi itu alasannya. Raja Condrokolo itu mantan calon mertua temanku ini, Kek," balas Ranu terkekeh pelan sambil melirik Mahesa yang wajahnya berubah menjadi merah padam, entah karena marah atau malu.

"Jadi dia calon suami Putri Andini waktu itu? Dan gara-gara dia pula kau harus bertarung melawan Raja Condrokolo?" tanya Wanandra.

"Benar, Kek. Ini dia tersangkanya, hehehe." Ranu tidak bisa menahan tawanya.

"Kenapa tidak kau biarkan saja dia menjadi suami Putri Andini waktu itu?"

"Aku sudah bersumpah kepada kakek Barada untuk menjaganya, bahkan jika harus mengorbankan nyawaku, Kek," jawab Ranu sopan. Meski Wanandra berasal dari bangsa Jin, itu tidak membuat Ranu melupakan adab dan tatakrama ketika bicara dengan yang lebih tua.

"Sebentar, apa yang kau maksud itu Empu Barada?"

tanya Wanandra penuh penasaran.

Ranu mengangguk, "Temanku Mahesa ini cucunya Kakek Empu Barada."

"Bagaimana bisa manusia suci seperti Empu Barada mempunyai cucu yang otaknya kotor seperti dia?" sahut Wanandra sembari menggaruk kepalanya.

"Hahaha!" Ranu tidak bisa untuk tidak tertawa lepas. Bahkan dia harus memegangi perutnya yang terasa kaku.

Bugh!

Sebuah pukulan Mahesa tiba-tiba mendarat di lengan Ranu.

"Lihatlah, Kek. Dia ternyata marah." Ranu terus tertawa lepas.

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
Was pray
ya jelas dicurigai kan kamu dan suropati jelas2 orang asing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!