Seumur hidupnya Anne selalu hidup dalam tekanan, dia tumbuh menjadi gadis lemah dan penakut. Kata-kata andalannya hanya satu, "Maafkan Saya."
Anne percaya hanya kata maaf yang mampu membuat hidupnya selamat.
Hingga sebuah peristiwa membuatnya terjebak dengan seorang Presdir dingin, Jackson Wu.
"Maafkan Saya, Tuan. Saya mohon jangan pecat Saya. Saya mohon maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ILKP Bab 19 - Lihat Aku
Willy sontak merasa sesak nafas saat mendengar jawaban Anne, Bagaimana bisa wanita itu Dengan gampangnya mengatakan bahwa wajah tuan Jackson mengerikan. Pada akhirnya Willy memilih untuk diam seribu bahasa, langsung sembunyi di balik kursi agar keberadaannya tak dianggap oleh kedua orang tersebut.
Padahal tak perlu bersembunyi, sejak tadi Jackson memang sudah menganggapnya tidak ada.
Dan jawaban Anne tersebut, sedikitpun tidak membuat Jackson marah, dia hanya merasa heran. Seolah ada yang salah dengan sang istri.
"Baiklah, kalau begitu aku akan berusaha untuk tidak terlihat mengerikan di matamu," jawab Jackson, tak merubah nada bicaranya yang lembut.
Anne yang sempat merasa ketakutan jadi perlahan tenang saat mendengar ucapan tersebut, padahal sempat dia kira Jackson akan marah.
"Kita turun sekarang ya?" tanya Jackson dan Anne mengangguk. Saat memasuki rumah tangan mereka saling menggenggam dengan erat.
Willy menyaksikan semuanya dengan banyak pikiran di dalam kepala, apakah sang Tuan mulai menganggap bahwa pernikahan ini adalah pernikahan yang sesungguhnya?
Seorang pelayan menyambut sejak pertama kali mereka masuk.
"Apa ada orang di rumah?" tanya Jackson. Bicara diantara langkah yang terus melaju memasuki rumah.
"Hanya ada nona Estella, Tuan. Nyonya Yessa dan nona Deinara pergi sejak siang tadi dan belum kembali, sementara tuan Bastian pergi ke luar kota untuk beberapa hari."
Jackson hanya mengangguk dan memberi isyarat pada pelayan itu untuk pergi. Di ruang tengah tidak ada siapapun, di sepanjang mata memandang juga tidak terlihat ada orang.
Anne pikir Jackson akan melepaskan genggaman tangan mereka, tapi ternyata tidak. bahkan saat menaiki anak tangga genggaman Jackson justru terasa semakin erat, seolah melindungi Anne, tak ingin Anne sampai jatuh.
"Tuan," panggil Anne lirih, dia ingin membahas tentang genggaman tangan mereka ini. Tapi belum sempat mengajukan pertanyaan Jackson sudah lebih dulu menjelaskan.
"Hanya untuk jaga-jaga, Bagaimana jika tiba-tiba Estella menunjukkan diri?" balas Jackson, dia mengangkat genggaman tangan mereka hingga berada di depan wajah Anne.
Sekarang Jackson sudah mulai bisa menebak apa isi pikiran Anne, isi kepala yang semakin lama terasa menyenangkan untuk dia tebak terus.
Tidak lagi terasa menyebalkan seperti beberapa hari lalu.
Anne memang masih menjadi misteri, tapi Jackson tetap menyukainya.
Mereka tiba di kamar, "Mandilah lebih dulu," titah Jackson.
"Baik, Tuan."
Di dalam kamar tersebut mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, di saat Anne mandi Jackson menuju meja kerjanya, tapi saat Anne keluar dari dalam kamar mandi Jackson pun menyadarinya. Meski tak nampak mencolok namun kedua matanya menatap ke arah wanita tersebut, terlebih sekat di ruang kerja tersebut adalah dinding kaca.
Anne yang tak tahu apa-apa langsung menuju tempat istirahatnya, yaitu sofa. Tadi saat mandi Anne sudah membawa baju gantinya sekaligus, jadi saat keluar penampilannya sudah rapi. Tidak perlu berlari-lari menuju ruang ganti seperti kemarin.
Jackson kemudian menghampiri Anne, "Aku akan mandi lebih dulu, kamu jangan tidur. Setelah ini aku ingin kita bicara," ucap Jackson, tak ingin kecolongan seperti kemarin.
"Baik, Tuan," jawab Anne patuh, meski bertanya-tanya pula apa yang ingin dibicarakan oleh sang Tuan.
Jika dipikir-pikir Anne merasa mereka tak punya hal untuk dibicarakan.
Sekitar 15 menit kemudian, Jackson kembali datang dengan penampilannya yang sudah rapi. Menggunakan baju rumahan dan langsung duduk di samping Anne, menghilang jarak yang selalu Anne ciptakan diantara kita berdua.
Deg! Anne jadi terkejut, sebab harusnya Jackson tidak duduk di sini. Sementara sofa masih banyak menyisahkan ruang kosong.
"Anne."
"I-Iya Tuan, apa yang ingin Anda bicarakan?"
"Aku tahu pernikahan kita hanya sementara. Kamu setuju untuk menikah kontrak denganku karena takut ku tuntut tentang cincin itu," ucap Jackson lalu mengambil jeda, memperhatikan wajah Anne yang masih setia sedikit menunduk. Anne pilih menatap lantai dibanding menatap dirinya.
Tapi sungguh, kini Jackson ingin hubungan mereka berjalan dengan baik. Selama pernikahan ini berlangsung dia ingin memperlakukan Anne dengan benar, tanpa ada ketakutan.
Dan jika bisa, Jackson ingin pernikahan mereka diperpanjang, dipertahankan saja.
Bukan hanya untuk satu tahun tapi untuk selamanya.
Tapi bicara dengan Anne, Jackson mulai paham bahwa dia harus berhati-hati. Jackson tak tahu pasti kenapa Anne terlihat selalu takut begini, Jackson ingin mengetahui semua alasannya. Jika ternyata ada luka yang Anne tanggung, maka Jackson ingin jadi penyembuh.
Dan mendengar ucapan Jackson, Anne akhirnya tahu apa yang akan mereka bicarakan. Ternyata tentang pernikahan kontrak ini, tapi lebih lanjutnya Anne tak berani menebak.
"Sementara aku menikahi mu untuk membatalkan pertunangan dengan Deinara," timpal Jackson, "Kamu tahu kan, Yessa adalah ibu tiriku dan Deinara adalah wanita yang Yessa atur untuk jadi mata-matanya."
Jackson terdiam sejenak.
"Bagaimana pun awalnya pernikahan ini terjadi, tapi sekarang aku tidak ingin egois An. Kamu sudah membantuku, jadi aku juga ingin berguna untukmu."
Anne masih betah diam, mencerna tiap kata Jackson dengan hati-hati sebab dia tak ingin salah menafsirkannya.
"Jangan pernah berpikir bahwa aku akan memperlakukan mu dengan buruk dalam pernikahan ini, tidak An, hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. Aku justru ingin ... kita menjadi teman," ucap Jackson lagi dan lagi.
Seperti pria hidung belang yang sedang merayu gadis incarannya, menggunakan kata teman untuk bisa lebih dekat. Padahal tujuan utamanya bukan hanya itu, tapi lebih dalam lagi.
Sontak saja Anne jadi gelisah sendiri, mempertanyakan apakah semua yang dia dengar ini nyata. Benarkah Jackson ingin berteman dengan wanita sepertinya? Wanita yang sedikit pun tidak kompeten.
Anne merasa ragu pada dirinya sendiri, bahwa mereka tak akan bisa jadi teman.
"Angkat wajahmu An, cobalah untuk belajar menatapku," pinta Jackson.
Anne sangat gelisah, ragu pula untuk menuruti keinginan tersebut. Apalagi kini jarak mereka hanya sekitar dua jengkal tangannya.
"Aku tidak tahu kenapa kamu terlihat begitu penakut, bahkan bukan hanya padaku tapi juga pada semua orang," ucap Jackson. "Kenapa An? kamu tidak bisa bersikap seperti itu terus, orang-orang akan mudah menindasmu jika seperti ini."
Anne membenarkan, namun dia bahkan tak mampu melawan rasa takut yang menguasai jiwanya. Kini saja begitu berat untuk mengangkat wajah dan menatap Jackson.
"Coba tatap aku, sebentar saja," pinta Jackson.
Setelahnya dia hanya diam, memberikan waktu sebanyak-banyaknya pada Anne untuk mengumpulkan keberanian.
Entah berapa menit kemudian akhirnya Anne mulai mengangkat wajahnya secara perlahan, sampai sorot matanya yang bergetar bersitatap dengan sorot mata tengah milik Jackson.
"Tidak apa-apa An, semuanya akan baik-baik saja, lihat aku," ucap Jackson.
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
lanjut
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
😀😀❤❤😉😉
good job Anne