Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Tepat Sasaran
Jasper yang masih gengsi untuk meminta maaf, bangun lebih dulu dan meninggalkan kamar putrinya. Dia bersiap-siap untuk pergi ke kantor, dan pada saat dia menuju meja makan, dia melihat Marteen ada di ruang tamu. Kening Jasper mengernyit, untuk apa pria itu datang sepagi ini?
"Selamat pagi, Jas," sapa Sharon yang langsung memeluk lengan Jasper, tapi Jasper tak membalas dan segera melepaskannya, tatapannya sama sekali tak terputus pada Marteen.
"Ada apa? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Jasper dengan tampang tak suka. Sementara Sharon langsung mencebikkan bibirnya.
Marteen tersenyum seraya bangkit dari duduknya, juga meraih paper bag yang dia taruh di meja, "aku ingin melihat keponakanku yang cantik, sekaligus memberikan ini." katanya.
Tak hanya Jasper, Sharon juga tampak penasaran dengan apa yang Marteen bawa.
"Apa itu?" tanya Sharon lebih dulu. Karena sepertinya itu bukan mainan atau barang untuk Leticia.
"Tante Lidya bilang Belcia ada di sini, dia tidak sempat pulang ke rumah dan mengganti pakaian, jadi aku belikan dia beberapa potong dress rumahan. Kasihan 'kan dia juga pasti lelah," jawab Marteen seraya melangkah melewati Jasper yang bergeming. Pria itu menghampiri Maria yang ingin masuk ke kamar Leticia.
"Untuk Belcia," kata Marteen seraya menyerahkan paper bag tersebut.
Maria yang semula kebingungan, langsung menerimanya dan menganggukkan kepala.
"Baik, Tuan."
Sedangkan otak Jasper mulai berkelana. Kenapa Marteen bisa sebaik itu pada Belcia, bukankah mereka baru saling mengenal? Apakah itu hanya sekedar permintaan Lidya? Sepertinya bukan, dia yakin Marteen memiliki sebuah tujuan.
"Apa-apaan Marteen ini, kenapa dia malah baik pada pembunuh kakaknya!" gerutu Sharon dengan suara keras, supaya Jasper mendengar bahwa dia ada di pihak pria itu. Namun, Jasper malah berdecih pelan dan melanjutkan langkahnya ke meja makan tanpa bicara.
Akhirnya pagi ini Marteen ikut sarapan bersama di rumah keluarga Smith. Belcia juga ada di sana, karena Leticia masih tidur dan dijaga oleh Maria. Belcia berusaha untuk tidak canggung, karena dia sudah bertekad apapun yang dilakukan Jasper atau Sharon, harus dia lawan.
"Bajunya sangat pas di tubuhmu," seru Marteen memberikan komentar di sela-sela mereka makan, membuat semua orang mengalihkan perhatian padanya dan juga Belcia.
"Benar, selera Marteen bagus," puji Lidya ikut menimpali.
"Ah iya terima kasih, Marteen, nanti biar aku ganti uangnya," balas Belcia, merasa tak enakan dengan pemberian ini, apalagi dia dan Marteen belum seakrab itu.
"Tidak perlu, aku ikhlas memberikannya. Kamu kan sudah membantu mengurus keponakanku, jadi sudah seharusnya aku juga bersikap baik," ujar Marteen sambil tersenyum.
Kalimat itu terasa biasa saja, tapi entah kenapa terdengar seperti sindiran yang berdengung terus-menerus di telinga Jasper. Hingga tiba-tiba pria itu berhenti mengunyah, karena selera makannya hilang.
"Aku akan pergi ke kantor sekarang," pungkasnya seraya bangkit dari duduk, sementara makanan di piring masih sangat banyak.
"Habiskan dulu, Jas!" seru Lidya, mengingat semalam pria itu juga tidak makan. Dia takut Jasper malah jatuh sakit.
Akan tetapi pria itu tak mengindahkan perkataan ibunya. Dia justru masuk ke kamar Leticia untuk pamit, sementara itu Sharon langsung mengambil kesempatan untuk meraih jas dan tas milik Jasper. Wanita itu menyusul dengan langkah cepat.
Belcia melirik Marteen yang acuh tak acuh, pria itu justru makan dengan tenang, seakan sikap Jasper hanyalah angin lalu.
****
"Aku ingin bicara sebentar," ucap Marteen, mencekal tangan Belcia sebelum wanita itu pergi meninggalkan meja makan. Ini adalah salah satu tujuannya datang.
Kening Belcia mengernyit.
"Bicara tentang apa?" tanyanya.
"Ikut aku."
Marteen mengajak Belcia ke taman belakang. Di sana ada kursi di bawah pohon, tempat yang biasa Maureen jadikan untuk menghabiskan sore bersama keluarga kecilnya.
"Kamu tidak ada masalah dengan ayah Leticia kan? Kamu terdengar seperti menyindirnya," ujar Belcia yang turut merasakan hal tersebut.
Mendengar itu, Marteen terkekeh kecil. Ternyata ucapannya tepat sasaran. Namun, dia dan Jasper tidak memiliki masalah sedikit pun, dia melakukan itu hanya karena ingin Jasper menghargai kebaikan orang lain, seperti yang dilakukan Belcia saat ini.
"Kakakku adalah orang baik, Bel. Dia mencintai suaminya, anaknya dengan sangat tulus. Mungkin itu yang membuat Kak Jasper sangat kehilangan dan akhirnya menjatuhkan kebenciannya pada orang yang salah," papar Marteen yang membuat Belcia terhenyak.
Mata wanita itu langsung terbelalak lebar menatap Marteen.
"Maksudmu?"
"Aku sudah tahu. Kamu adalah istri dari orang yang menabrak Kakakku," jawab Marteen, dia telah menelusuri kehidupan Belcia dengan Ronan. Dia juga tahu bahwa anak wanita itu meninggal, makanya dia bisa mendonorkan ASI untuk Leticia.
Wajah Belcia langsung pias, kedua tangannya mencengkram pinggiran baju.
"Tapi tenang saja, aku bukan Kak Jasper yang mudah membenci seseorang. Lagi pula bukan kamu pelakunya. Aku malah turut berduka, karena kecelakaan itu juga membuatmu kehilangan bayi," lanjut Marteen dengan raut prihatin.
Belcia yang sudah berkaca-kaca membuang napas dengan kasar.
"Aku juga tidak bisa menyalahkannya. Karena seperti yang kamu bilang, kehilangan orang yang sangat dicintai itu menyakitkan, apalagi mereka dipisahkan oleh kematian," balas Belcia, dia cukup lega karena Marteen bisa mengerti posisinya.
"Untuk itu bertahanlah di sisi Leticia, obati rindumu dengan melihatnya, jika kamu kesulitan untuk menghadapi Kak Jasper, bilang padaku. Aku akan ada di pihakmu," ujar Marteen dengan tatapan tulus.
Untuk menghargai kebaikan Marteen, Belcia langsung menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis. Dan pemandangan itu disaksikan oleh Jasper yang masih ada di kamar putrinya, saat ini Jasper berdiri di depan jendela dengan tatapan muak.
"Padahal dia masih punya suami, tapi sudah gatal pada pria lain."
setelah dia tau kronologi kecelakaan itu.jaspeer jdi kerasukn jin baik/Facepalm/
kamu tembulu yaaaa....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣