Althea hanya ingin melupakan masa lalu.
Tapi takdir membawanya pada seorang Marco Dirgantara ,CEO Dirgantara Corp sekaligus mafia yang disegani di Eropa.
Kisah cinta mereka tidak biasa. Penuh luka ,rahasia dan bahaya.
Bab 15 - Penyatuan yang tak Berujung
Pagi itu, langit mendung seperti mengerti apa yang sedang terjadi dalam hati Althea. Ia duduk di tepi ranjang, menatap jendela kamar yang kini menjadi bagian dari mansion mewah Marco Dirgantara.
Ranjang berukiran Italia, karpet bulu yang tebal, serta aroma maskulin khas Marco memenuhi udara kamar itu. Dan semuanya membuat Althea merasa seperti hidup di dunia yang bukan miliknya.
Ia memegang cangkir teh yang sudah dingin, namun tak juga disesap. Malam tadi adalah malam pertama mereka sebagai suami istri. Tapi yang terjadi bukan malam penuh cinta seperti dalam kisah romansa, melainkan malam sunyi penuh ketegangan, amarah, dan luka yang belum selesai.
Marco benar-benar tidak menyentuhnya.
Namun, bukan karena tidak mau, tapi karena menahan diri.
Dan itu justru membuat segalanya lebih rumit.
---
Pagi itu mereka menuju apartemen Althea untuk mengambil barang-barangnya. Marco menyetir sendiri, suasana di dalam mobil hening. Hanya suara AC dan deru mesin yang menemani. Althea duduk kaku di sampingnya, mengenakan sweater abu-abu dan jeans biru gelap, wajahnya tanpa riasan, tapi tetap memikat.
Marco sesekali melirik, namun tak berkata apa-apa. Tangannya menggenggam erat kemudi, seperti sedang menahan amarah atau mungkin... luka yang tak bisa dijelaskan.
Sesampainya di apartemen, Althea segera masuk ke dalam kamar, ia mulai merapikan dokumen dan foto-foto Ares yang terpajang di meja. Ada satu foto saat Ares berulang tahun, Althea memeluknya dengan senyum lebar. Air mata Althea menetes tanpa izin.
Marco muncul di ambang pintu, bersandar dengan tangan di saku celana.
"Kamu menangis lagi," katanya pelan.
Althea buru-buru menghapus air matanya. "Tidak. Hanya debu."
Marco melangkah masuk, menatap sekeliling. Apartemen itu penuh kenangan Althea. Aroma sabun favoritnya, tumpukan buku hukum di meja, bahkan mug pecah yang direkatkan di rak atas. Semua terasa... nyata.
"Apa kamu bahagia di sini?" tanyanya tiba-tiba.
Althea menoleh, sedikit heran. "Tidak bahagia. Tapi setidaknya aku bebas."
Jawaban itu seperti tamparan. Marco mengangguk pelan. "Kau akan tetap bebas. Tapi dalam batas yang kutentukan."
Althea mencibir. "Itu bukan kebebasan, Marco. Itu penjara dengan tirai emas."
Marco mendekat, mengambil foto Althea dan Ares dari meja. Ia menatapnya lama, lalu berkata, "Aku tidak pernah berniat menyakitimu. Tapi aku juga tidak bisa berpura-pura tidak menginginkanmu."
Althea menahan napas. "Menginginkan? Atau menguasai?"
Marco menatapnya dalam. Tatapan itu, seperti biasa, membakar dan menekan sekaligus. "Keduanya."
---
Mereka kembali ke villa saat hujan turun tipis. Di dalam mobil, Marco menyalakan radio, dan lagu klasik Perancis mengalun lembut. Tapi tak ada yang bisa menenangkan pikiran Althea.
Sesampainya di villa, suasana kembali sunyi. Pelayan membukakan pintu dan membantu menurunkan koper Althea. Sementara itu, Althea masuk ke dalam dan disambut hangatnya lampu-lampu temaram di ruang utama. Villa itu indah, seperti resort pribadi dengan kolam renang hangat dan perapian marmer.
Namun, Althea tetap merasa asing.
Ketika ia masuk ke kamar mereka, Marco sudah duduk di tepi ranjang, membuka dasinya, rambutnya sedikit basah oleh gerimis. Ia menatap Althea yang berdiri di ambang pintu.
"Kemarilah," katanya pelan.
Althea ragu. Tapi langkah kakinya seolah bergerak sendiri.
Marco meraih tangan Althea dan mendudukannya di pangkuannya. "Aku tahu kamu tidak percaya padaku sekarang. Tapi suatu hari nanti, kamu akan mengerti. Semua ini kulakukan bukan karena dendam, bukan karena ego... tapi karena kamu membuatku tak bisa lagi hidup tenang."
Althea menatap Marco, dan untuk pertama kalinya, ia melihat bayangan luka di balik mata tajam itu. Luka yang dalam.
"Aku juga tidak tenang, Marco. Tapi caramu... menyakitiku. Berkali-kali."
Marco mengusap pipinya pelan. "Aku ingin memperbaiki semuanya. Tapi kamu harus beri aku waktu."
Mata mereka saling menatap dalam ,Marco menyentuh bibir Althea dengan lembut ,kemudian menciumnya. Althea menegang ,tubuhnya bergetar ,ia berusaha untuk bangun dari pangkuan Marco ,namun sia-sia.
"Aku suamimu ! Jangan membangkang ! Ucap Marco dingin.
Althea terdiam ,dan tiba tiba Marco sudah mengangkatnya ,membaringkan tubuh indah itu di tempat tidur mereka
"Marco ,aku tidak bisa..... "
"Pasrahkan padaku Althea ,atau kau lebih suka pemaksaan ,hem?"
Tubuh Althea semakin bergetar ,ia menggeleng pelan ..
Marco mulai menyentuh tubuh indah itu dengan liar ,mencium setiap inchi dari setiap lekukan nya.
Marco melucuti pakaian tidur Althea ,dan kini terpampang dengan jelas tubuh indah nan molek tanpa cela itu ,tersuguh didepan mata Marco.
Marco mulai dikuasai gairah ,tangan nya mulai bergerilya ,bibirnya menyentuh bukit kembar Althea yang terlihat menantang ,ia sibuk meluapkan hasrat nya di sana ,membuat Althea mendesah pelan tanpa sadar.
Marco tersenyum smirk ,ia bisa melihat wajah istrinya yang penuh damba ,Marco melanjutkan pemanasan nya dengan kembali menyergap bibir ranum Althea ,menyentuh setiap jengkal leher jenjang Althea.
"Emmh Marco ,cukup hentikan.. "
"Berhenti? Tidak mungkin ,bahkan aku ingin memakan mu sampai pagi! Ucap Marco ,kemudian menyergap dan menguasai tubuh Althea dengan ganas.
Althea semakin merasakan hawa panas ,ketika Marco mulai menyentuh area sensitifnya dengan lihai ,memain kan jari besar nya disana ,mengobrak abrik isi nya membuat gelombang dahsyat itu datang.
"Aaakhhhh Marco ,cukup aku mohon. Aku tii.. dakkk ,ahhhhhhhh .." tubuh indah Althea melenting dan bergetar hebat ,nafasnya tersengal.
Marco segera memposisikan miliknya dan lagi-lagi Marco harus bekerja keras untuk memasuki Althea.
"Akhhhhhh sakit Marco! Stopppp aku mohon."
Althea menangis ketika milik Marco menerobos masuk dan terbenam sempurna di dalam sana.
"Aargghhh Althea ,kamu tidak ada tandingan nya ,ini sangat nikmat.." Ucap Marco dengan suara berat dibarengi desahan dari bibirnya.
Marco melakukan nya tanpa henti ,tanpa jeda ,seolah tidak pernah puas sebelum Althea benar-benar tak berdaya ,ia tak akan berhenti ,lagi dan lagi.
Malam itu, untuk pertama kalinya sejak mereka menikah, Althea membiarkan dirinya tertidur dalam pelukan Marco. Memasrahkan jiwa dan raganya pada Marco ,bukan karena cinta yang utuh, tapi karena lelah melawan rasa yang sudah terlalu jauh.
---
Keesokan paginya, villa itu dikejutkan oleh tamu tak diundang. Saat itu Althea ,ares adiknya dan juga Marco sedang sarapan ,namun maid di sana memberitahu pada Marco.
Patricia datang.
Dengan gaun merah menyala dan langkah angkuh, ia masuk ke ruang tamu dan melempar senyum tipis pada pelayan.
"Panggil Marco. Katakan tunangannya datang."
Saat Marco turun, wajahnya datar. "Apa yang kamu lakukan di sini, Patricia?"
Patricia menatap tajam. "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa kamu tidak memberiku kesempatan ,bahkan aku masih tunanganmu."
Marco tidak menjawab. Tapi tiba-tiba Althea muncul dari tangga atas, mengenakan kemeja Marco yang kebesaran dan celana pendek, rambutnya masih basah.
Patricia menoleh, dan wajahnya memucat.
"Dia tidur di sini? Di kamarmu?"
Karyawanmu ?
"Dia istriku, Patricia," jawab Marco dingin.
Patricia menahan napas. "Kamu tahu berapa banyak yang sudah aku korbankan untukmu?"
Marco menatap tajam. "Dan kamu tahu berapa banyak yang telah aku pertahankan demi tidak menghancurkanmu?"
Althea berjalan turun perlahan, menatap Patricia dengan tenang. "Kalau kamu sudah selesai berteriak, sebaiknya pergi. Karena kami sedang sarapan."
Patricia menatap Althea penuh amarah, lalu melangkah keluar dengan tawa getir. Tapi sebelum benar-benar keluar, ia berkata pelan pada Marco...
"Hati-hati Marco ,Kadang yang terlalu kamu cintai... justru yang paling cepat menghancurkanmu."
---
Althea berdiri di balkon, memandangi langit malam. Angin menerpa rambutnya, membawa hawa dingin yang menusuk.
Marco mendekat dari belakang dan memeluknya.
"Apa kamu masih ingin pergi dariku, Althea?"
Althea tidak menjawab.
Marco mengecup bahu telanjang itu dengan intens
Althea memejamkan mata.
"Lalu apa yang akan kau lakukan jika aku tidak pergi namun jatuh cinta pada pria lain?" bisik Althea lirih.
Marco membeku.
Pelukannya mengendur. Tapi ia tidak melepaskan.
"Maka aku akan menghancurkan semuanya. Bahkan diriku sendiri, jika itu perlu."
"Semakin kamu ingin pergi ,semakin aku akan mengikatmu ,Althea."
Dan malam pun kembali membeku dalam pertarungan rasa antara cinta, luka, dan obsesi yang tak lagi bisa dibedakan.
Marco kembali melakukan nya ,lagi dan lagi tanpa ampun. Untuk kesekian kalinya ,kamar mewah itu dipenuhi oleh suara desahan ,lenguhan dan lolongan kenikmatan mereka ,juga jeritan sakit dan permohonan Althea.
Seperti sudah kewajiban ,Althea tak sadarkan diri akibat keganasan nya ,dan Marco akan puas menatap wajah istri luar biasanya yang berpeluh ,dengan tatapan lapar ,tanpa melepaskan penyatuan nya.
"Mau mencoba pergi apalagi mencintai pria lain?! Never !!! Aku akan membuatmu selalu mengerang nikmat dibawah kuasaku ,hingga nantinya kamu yang akan merangkak memohon dipuaskan oleh ku Althea ,dan isi hati juga pikiranmu hanya aku seorang." Ucap Marco dengan tatapan tajam nya pada Althea yanv sudah terpejam.
Upload tipis-tipis lagi.. Jangan lupa votee dan dukungan nyaa kak ,Happy reading ♥️🥰