Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.
Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.
Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.
Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!
Tingkatan kultivasi :
Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang
Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang
Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang
Purification Dao 1-7 Tahapan bintang
Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang
Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang
Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang
Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir
Origin Dao Awal - menengah - akhir
Heavenly Dao
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 15
Langit di atas kota Liyang masih dipenuhi riak energi yang belum sepenuhnya menghilang. Pertarungan antara dua kubu besar ini berlangsung begitu dahsyat selama satu jam penuh.
Tubuh tujuh tetua Sekte Bintang Darah tampak berlumuran darah, jubah hitam mereka yang megah kini compang-camping dan berlumuran debu serta luka.
Mereka berdiri berjajar, menghadapi keempat penguasa kota yang tetap tegak meski sama-sama terluka parah. Di sisi lain, Acheng berdiri di antara puing-puing, tatapannya tajam seperti bilah pedang yang siap menebas kapan saja.
Tetua Zhang, yang menjadi pemimpin di antara mereka, mengamati situasi dengan seksama. Darah menetes dari sudut bibirnya, menunjukkan bahwa luka dalam yang ia derita tidak main-main. Ia menyadari bahwa jika pertempuran ini terus berlangsung, mereka mungkin tidak akan bisa kembali hidup-hidup.
“Cukup,” ucap Tetua Zhang sambil mengangkat tangan, menghentikan keenam tetua lainnya. Suaranya terdengar tegas, tetapi lelah.
Tetua Gan, yang berdiri di sebelahnya, mendesis, “Tetua Zhang! Kita tidak bisa mundur seperti ini. Kehormatan Sekte Bintang Darah—”
Tetua Zhang memotongnya dengan tatapan tajam. “Diam, Gan! Kehormatan sekte kita tidak akan berarti jika kita semua mati di sini. Kita akan kembali. Dan ketika kita kembali, itu adalah hari kehancuran mereka.”
Keempat penguasa kota mengangkat senjata mereka lagi, bersiap jika tetua-tetua itu mencoba serangan terakhir. Acheng, meskipun jelas kelelahan, masih memancarkan aura membunuh yang begitu kuat, membuat atmosfer seolah tercekik.
Tetua Zhang menatap ke arah mereka semua, lalu berbicara dengan suara lantang, “Ingat ini baik-baik! Kalian semua akan merasakan pembalasan kami. Ini belum selesai. Ketika kami kembali, kami akan menghancurkan kalian hingga tidak ada satupun dari kalian yang masih hidup di dunia ini!”
Pemimpin Lung, salah satu penguasa kota, tertawa kecil dengan nada mengejek. “Kalian? Kembali? Jika kalian benar-benar berani, kami akan menunggu. Tapi aku ragu kalian memiliki keberanian untuk menghadapi kami lagi!”
Tetua Zhang tidak merespons ejekan itu. Ia hanya menatap Acheng dengan penuh kebencian, matanya menyipit seolah mencoba mengingat wajah pria muda yang telah mencuri harta berharga milik sekte mereka.
“Bocah,” katanya dengan nada mengancam. “Kau tidak akan bisa bersembunyi selamanya. Hati Naga Iblis yang telah kau serap itu akan di bayar oleh nyawamu sendiri, dan siapa pun yang mencoba melindungimu akan aku pastikan mereka ikut mati bersamamu.”
Acheng hanya tersenyum tipis, tatapannya penuh dengan penghinaan. “Cobalah. Aku akan menunggumu di manapun kau mau.”
Kemudian, tanpa banyak kata, Tetua Zhang melesat ke udara dengan kecepatan tinggi. Keenam tetua lainnya mengikuti dengan enggan, beberapa dari mereka masih terlihat marah karena keputusan untuk mundur.
Saat mereka melesat pergi, salah satu tetua bergumam, “Ini penghinaan. Kita harus membalas ini!”
Tetua Zhang mendengus kesal. “Kita tidak bisa menang melawan mereka dalam kondisi ini. Bersiaplah. Ketika kita kembali, kita akan membawa seluruh kekuatan sekte.”
Di kejauhan, bayangan tujuh tetua itu perlahan menghilang di langit malam, meninggalkan kota Liyang yang hancur dan penuh luka.
Keempat penguasa kota menurunkan senjata mereka perlahan, wajah mereka menunjukkan campuran antara kelegaan dan rasa frustrasi.
Setelah satu jam pertarungan sengit yang telah terjadi. Acheng berdiri dengan napas tersengal-sengal di atas reruntuhan. Pakaian hitamnya robek di beberapa tempat, menampilkan luka dalam yang berusaha pulih dengan lambat.
Tangan kanannya yang masih menggenggam Belati Dewa Bintang tampak bergetar ringan, menandakan kelelahan yang luar biasa. Meskipun regenerasi yang berasal dari Hati Naga Iblis miliknya masih bekerja, kecepatannya melambat drastis. Luka-lukanya tetap terlihat basah oleh darah segar, menunjukkan bahwa regenerasinya telah mencapai batas.
"Regenerasi ini…" Acheng bergumam, menatap darah yang menetes dari lukanya ke tanah. "Jadi ini kelemahannya. Energi Dao yang aku miliki adalah media untuk regenerasi."
Sambil terbatuk, Acheng memuntahkan seteguk darah segar. Wajahnya terlihat lebih pucat dari sebelumnya. Dengan tangan gemetar, ia mengeluarkan sebuah pil berwarna merah dari cincin penyimpanannya. Pil itu berpendar samar, memancarkan aroma herbal yang tajam. Tanpa ragu, ia langsung menelannya.
Pil itu segera melepaskan energi hangat ke seluruh tubuhnya, memulihkan sebagian kecil energi Dao yang habis terkuras. Luka-luka ringan di tubuhnya mulai menutup dengan perlahan, namun luka yang lebih dalam masih tetap membutuhkan waktu untuk pulih.
Tidak jauh dari situ, keempat penguasa kota Liyang juga terlihat meminum pil pemulihan mereka masing-masing. Patriark klan Hun menatap reruntuhan kota dengan ekspresi serius. "Kerusakan ini… Sekte Bintang Darah benar-benar kelewatan."
Pemimpin klan Lung, dengan pedangnya yang bersandar di bahu, memandang ke arah Acheng yang berdiri di tengah puing-puing. Matanya yang dingin tampak penuh dengan rasa penasaran. "Siapa sebenarnya dia? Tujuh tetua Sekte Bintang Darah datang dengan kekuatan penuh, dan pria itu masih bisa bertahan."
Patriark klan Meng mengangguk. "Dia jelas bukan orang biasa. Dengan aura yang dia pancarkan, dia berada di ranah Dao Ancestor Bintang 1, sama seperti kita. Tapi caranya bertarung… dia lebih seperti seorang pendekar yang terbiasa menghadapi kematian."
Pemimpin klan Li, yang wajahnya dingin namun menawan, berbicara dengan nada datar. "Jika dia memiliki masalah dengan Sekte Bintang Darah, maka dia mungkin adalah musuh sekte itu. Tetapi apa yang membuat sekte itu begitu terobsesi untuk membunuhnya?"
Keempat penguasa kota saling bertukar pandang, rasa penasaran dan kewaspadaan terlihat jelas di mata mereka.
Sementara itu, Acheng berdiri dengan kepala menunduk, seolah tidak peduli pada tatapan orang-orang di sekitarnya. Setelah beberapa saat, ia mengangkat kepalanya, memandang ke langit malam yang kini mulai cerah kembali. Dalam pikirannya, wajah-wajah tujuh tetua Sekte Bintang Darah yang melarikan diri tadi terus berputar.
“Mereka akan kembali,” Acheng berbisik pelan pada dirinya sendiri, suaranya terdengar serak dan penuh keteguhan. "Tapi saat mereka kembali, aku akan membalas perlakuan mereka. Bahkan jika aku harus mengorbankan seluruh diriku, aku akan memastikan mereka tidak akan pernah ada lagi di dunia ini."
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.