NovelToon NovelToon
CARA YANG SALAH

CARA YANG SALAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Playboy / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: syahri musdalipah tarigan

**(anak kecil di larang mampir)**

Di tengah kepedihan yang membungkus hidupnya, Nadra mulai menjalani hari-hari barunya. Tak disangka, di balik luka, ia justru dipertemukan dengan tiga pria yang perlahan mengisi ruang kosong dalam hidupnya.

Arven, teman kerja yang selalu ada dan diam-diam mencintainya. Agra, pria dewasa berusia 40 tahun yang bersikap lembut, dewasa, dan penuh perhatian. Seorang duda yang rupanya menyimpan trauma masa lalu.

Dan Nayaka, adik Agra, pria dewasa dengan kepribadian yang unik dan sulit ditebak. Kadang terlihat seperti anak-anak, tapi menyimpan luka dan rasa yang dalam.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Nadra dan ketiga pria itu berubah menjadi lingkaran rumit perasaan. Mereka saling bersaing, saling cemburu, saling menjaga namun, hati Nadra hanya condong pada satu orang: Agra.

Keputusan Nadra mengejutkan semuanya. Terutama bagi Nayaka, yang merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya, kakaknya sendiri dan wanita yang ia cintai diam-diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahri musdalipah tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Ayam Lamongan

Di dalam mobil yang melaju perlahan, sunyi mendominasi. Hanya suara mesin yang terdengar samar. Sesekali, Agra melirik ke arah Nadra yang duduk diam di sebelahnya. Wajah gadis itu tampak lesu, matanya menatap kosong ke luar jendela.

Agra meraih napas, lalu memecah keheningan.

"Nadra, sebenarnya aku lapar," ucapnya ringan, mencoba membuka percakapan.

Nadra menoleh, sedikit bingung. Ia memutar posisi duduknya agar lebih menghadap Agra. "Lapar?" tanyanya heran.

Agra mengangguk kecil. "Iya, tadi aku baru pulang dan belum sempat makan apa-apa. Kira-kira, ada nggak warung atau tempat makan yang masih buka malam-malam begini?"

Nadra tampak berpikir sejenak. "Ada, sih," sahutnya pelan.

"Oh ya? Apa itu?" tanya Agra, masih dengan nada tenang.

"Warung ayam Lamongan masih buka. Pecel lele juga masih ada," jawab Nadra.

Namun kalimatnya menggantung. Matanya melirik cepat ke arah Agra. Gaya berpakaiannya begitu rapi, wangi, elegan, terlalu mewah untuk warung tenda kaki lima.

Agra menyadari arah pandang Nadra, lalu tersenyum kecil. "Aku sudah terbiasa makan kayak gitu, kok," katanya cepat, berbohong tanpa terlihat canggung. "Ayo, kita ke sana."

Senyum Nadra perlahan mengembang. "Yoklah, kebetulan aku juga lapar," sahutnya dengan nada sedikit lebih ceria.

Agra mengangguk, lalu memutar kemudi. Mobil mereka pun melaju pelan menembus malam, menuju warung sederhana yang akan menjadi tempat singgah bagi dua hati yang masih belajar menyembuhkan diri.

🫣🫣🫣

Kini Nadra dan Agra duduk berhadapan di bawah tenda kaki lima warung ayam Lamongan. Aroma wangi dari nasi uduk, ayam goreng, lele, serta teh manis hangat mengisi udara malam yang lembab. Kipas angin kecil di sudut warung berputar lambat, mengusir asap dari wajan yang terus menyala.

Nadra menatap nasi dan lauk hangat di hadapannya tanpa menyentuh sendok garpu. Matanya kosong, tapi hatinya penuh. Ingatan itu datang seperti angin yang mengetuk pelan.

Ia kembali ke malam itu, malam sederhana bersama Ibunya. Saat dirinya masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Malam saat mereka baru saja pulang membeli keperluan sekolah, melewati tenda ayam Lamongan yang ramai.

~Kenangan manis bersama Ibu~

"Ibu, ayam itu enak, ya?" tanya Nadra polos, menatap rak kaca berisi ayam goreng yang tampak lezat.

Ibunya tersenyum, lembut namun berat. "Nanti, kalau Ibu dapat kerjaan yang bagus, Ibu pasti belikan ayam Lamongan buat Nadra."

"Serius, Bu?" mata kecil Nadra berbinar.

"Iya. Ibu janji." Senyum Ibunya tetap hangat, meski dalam hatinya ada kesedihan yang tak pernah disuarakan.

Nadra ingat betul saat itu ia menggenggam tangan Ibunya erat. "Kalau gitu, aku doain Ibu dapat kerjaan yang bagus."

"Amin," jawab Ibunya pelan.

∆ Kembali ke kenyataan ∆

Seketika itu juga, mata Nadra mulai berkaca-kaca. Ingatan itu terasa begitu nyata, begitu dekat, dan begitu menyakitkan. Di hadapannya sekarang, ayam goreng yang pernah hanya jadi mimpi, kini tersaji begitu saja. Tapi orang yang dulu berjanji sudah tidak ada.

"Nadra," suara lembut Agra memanggil, membuyarkan lamunannya.

Gadis itu mengangkat kepala pelan. Matanya basah, pipinya memerah. Air mata tak tertahan menetes.

Agra memandangnya, khawatir. "Kamu kenapa? Apa makanannya terlalu panas? Atau kamu nggak suka tempatnya?"

Nadra menggeleng, lalu menyeka air matanya cepat-cepat. "Enggak, bukan itu." Suaranya bergetar. "Aku cuma ingat Ibu."

Agra diam sejenak, lalu berkata lembut, "Kamu masih punya banyak hari untuk terus mengenang beliau, dan untuk membuat hidupmu tetap berarti. Bahkan jika itu hanya dimulai dari sepiring nasi hangat."

Nadra mengangguk pelan. "Dulu, kami cuma bisa lihat dari luar. Tapi sekarang, aku bisa duduk di sini. Tapi tanpa Ibu."

Agra tidak menjawab. Ia hanya mengambil satu potong ayam, lalu meletakkannya di piring Nadra.

"Makanlah. Mungkin ini cuma ayam Lamongan. Tapi untuk seseorang yang kuat sepertimu ini adalah bagian dari janji yang sudah ditepati."

"Terima kasih, Om."

Agra membalas dengan senyuman hangat. "Sama-sama, Nadra. Selamat makan."

...----------------...

Selesai makan malam, Agra kembali menyetir mobilnya perlahan di jalanan kota yang mulai sepi. Lampu jalan menyoroti sebagian wajah Nadra yang bersandar tenang di kursi penumpang. Kaca jendela memantulkan bayangan samar dirinya, gadis yang mencoba kuat di usia yang terlalu muda.

Keheningan sempat menyelimuti sepanjang jalan, hingga akhirnya Nadra membuka percakapan lebih dulu.

"Om, terima kasih atas makanannya tadi. Aku benar-benar suka."

Agra menoleh singkat, tersenyum. "Sama-sama, Nadra," balasnya tenang, pandangan kembali ke arah jalan.

Lalu hening kembali. Namun kali ini Agra yang memecah keheningan.

"Nadra, maaf ya, aku baru bisa datang sekarang. Beberapa minggu lalu, kerjaanku benar-benar padat. Banyak urusan yang nggak bisa ditinggal."

Nadra cepat menjawab, mencoba menenangkan. "Nggak apa-apa, kok, Om. Kebetulan beberapa minggu itu, aku juga lagi pingin sendiri. Jadi nggak ada yang dirugikan."

Agra mengangguk pelan. "Mumpung kamu udah mulai kerja lagi, dan sekarang udah mulai keluar rumah, aku kepikiran mau ajak kamu jalan-jalan. Ke mana pun kamu suka. Hitung-hitung buat ganti suasana."

Tapi alih-alih senang, Nadra malah memalingkan wajah, menatap Agra dengan tatapan sinis.

Agra meliriknya heran. "Kenapa? Ucapanku salah, ya?"

Nadra mendesah pelan. Lalu tanpa memandang, ia berkata dengan nada dingin, "Wah, pasti om mau minta imbalan, ya? Iya, kan? Semua orang dewasa memang kayak gitu, ya?"

Ucapannya menusuk, namun tidak membuat Agra marah. Ia justru terkekeh ringan. "Heh." Suaranya penuh tawa kecil yang tertahan.

Nadra bingung, menoleh cepat. "Kenapa malah ketawa?"

Agra menoleh sejenak, mata tajamnya terlihat hangat di balik remang lampu mobil. "Lucu aja. Kamu selalu siap menyerang duluan, seolah semua orang pasti punya niat buruk."

Nadra terdiam, lalu menunduk, merasa sedikit malu.

Agra melanjutkan, lembut, "Nggak semua orang dewasa itu sama, Nadra."

Nadra mengepalkan tangan di atas pahanya. Ucapan itu seperti mencubit hatinya, mengingatkan luka yang belum kering. Tapi entah kenapa, nada suara Agra tak membuatnya ingin menghindar.

"Kalau aku ngajak kamu jalan, itu karena aku pikir kamu perlu udara segar, bukan karena aku mau balasan apa-apa," lanjut Agra. "Tapi kalau kamu belum siap, itu juga nggak masalah."

Mobil perlahan berhenti di depan rumah Nadra. Agra menarik rem tangan. Nadra masih diam, lalu pelan-pelan membuka pintu. Namun sebelum turun, ia menoleh.

"Kalau aku berubah pikiran, boleh nggak, ngajak Om jalan duluan?"

Agra tersenyum lembut, hampir seperti senyum seorang ayah yang sabar.

"Boleh banget, kamu tinggal hubungi aku. Kapan aja."

"Om, terima kasih untuk kesekian kalinya," ucapnya tulus sambil menunduk sedikit. "Aku masuk duluan ya, Om." Nadra melangkah menuju pintu rumah.

Dari balik kemudi, Agra menatap rumah itu lebih seksama. Rumah kecil dengan cat yang mulai pudar, retakan di dindingnya, dan sekelebat bayangan kenangan buruk yang pernah ia lihat di media sosial, jejak TKP yang masih jelas dalam ingatannya. Rasa tak nyaman menyelinap di dadanya.

Tiba-tiba tubuhnya bergerak sendiri. "Nadra! Nadra, tunggu sebentar!" panggil Agra, keluar dari mobil dan berlari kecil menyusul gadis itu.

Nadra,Nyang baru saja menggantungkan kunci di pintu, menoleh.

"Ada apa, Om?" tanyanya bingung, melihat wajah Agra tampak gelisah.

"Anu, begini," Agra menggaruk belakang kepalanya, jelas terlihat ragu.

"Ada apa?" Nadra menatap serius, memperhatikan gerak-gerik pria dewasa itu.

Agra menarik napas pelan, lalu berkata, "Bolehkah berjaga di depan rumahmu malam ini? Maksudku, di dalam mobil saja. Biar kamu nggak sendirian. Rumah ini terlihat sepi. Dan aku cemas."

Nadra terdiam sejenak, lalu buru-buru menggeleng.

"Jangan, Om. Nanti malah jadi omongan tetangga. Aku tahu tempat ini kecil, dan orang-orang di sekitar sini suka sekali cari bahan gunjingan."

Agra tak langsung menjawab. Ada rasa khawatir yang sulit ia sembunyikan. Akhirnya ia bertanya pelan, "Kamu ada nomor yang bisa dihubungi, Nadra?"

Nadra mengangguk. Ia membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah ponsel jadul. Ponsel dengan tombol besar, layar kecil, dan casing yang sedikit menguning.

"Ini, Om."

Agra menatap ponsel itu beberapa detik. Ada keheningan yang tak terucap. Ia tidak menyangka di zaman seperti ini, di usia Nadra yang beliau, ia tetap bertahan dengan benda sederhana seperti itu. Tidak malu, tidak gengsi. Benar-benar apa adanya.

"Nggak rusak, kan ponselnya?" tanya Agra setengah bercanda.

"Masih bisa dipakai kok. Baterainya malah tahan berhari-hari, beda sama ponsel canggih," jawab Nadra sambil tersenyum kecil.

Agra tertawa pelan. "Kamu memang beda, Nadra." Ia mengeluarkan ponselnya dan mencatat nomor itu. "Kalau ada apa-apa, langsung telepon, ya? Malam, pagi, kapan pun."

"Iya, Om. Terima kasih banyak."

Agra menatapnya sekali lagi, lalu kembali ke mobil. Nadra membuka pintu rumahnya perlahan, menoleh sebentar, memberi senyum kecil lalu menghilang di balik pintu yang usang.

Mobil Agra belum langsung melaju. Ia duduk sejenak, memandang rumah itu dari kaca depan. Ada kekosongan dalam hati Nadra yang ingin ia jaga. Bukan karena kasihan, tapi karena ia peduli.

...Bersambung.......

1
Elisabeth Ratna Susanti
top banget seruuu Thor 👍🥰
Elisabeth Ratna Susanti
maaf flu berat jadi telat mampir
Pengagum Rahasia
/Sob//Sob//Sob/
Pengagum Rahasia
Agra begitu sayang sama adeknya, ya
Syhr Syhr: Sangat sayang. Tapi kadang adeknya nyerandu
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Oh, jadi asisten ingin genit genit biar lirik Agra. Eh, rupanya Agra gak suka.
Syhr Syhr: Iya, mana level Agra sama wanita seperti itu 😁
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Apakah ada skandal?
Syhr Syhr: Tidak
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Agra sedetail itu menyiapkan semua untuk Nadra. /Scream/
Pengagum Rahasia
hahah, karyawannya kepo
Syhr Syhr: Iya, hebring
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kapoklah, Nadra merajok
Syhr Syhr: Ayo, sih Om jadi bingung 😂
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Yakin khawatir, nanti ada hal lain.
Pengagum Rahasia
Ayo, nanti marah Pak dion
Syhr Syhr: Udah kembut Nadra, pusing dia
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Abang sama adek benar benar sudah memiliki perusahaan sendiri.
Pengagum Rahasia
Kalau orang kaya memang gitu Nad, biar harta turun temurun
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
total 2 replies
Pengagum Rahasia
Haha, jelas marah. Orang baru jadian di suruh menjauh/Facepalm/
Pengagum Rahasia
Udah Om, pakek Duda lagi/Facepalm/
Syhr Syhr: Paket lengkap
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kekeh/Curse//Curse//Curse/
Pengagum Rahasia
Mantab, jujur, polos, dan tegas
Syhr Syhr: Terlalu semuanya Nadra
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Cepat kali.
Pengagum Rahasia
Agra memang bijak
Pengagum Rahasia
Agra type pria yang peka. Keren
Syhr Syhr: Jarang ada, kan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!