pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Di hari Sabtu sore, Maharani dan Baskara sudah bergelut dengan penuhnya jalanan ibu kota menuju menara mandiri dimana acara pernikahan di gelar. Sepanjang perjalanan itu, Maharani terus membicarakan bagaimana sahabatnya itu bertemu dengan suaminya dan 5 bulan kemudian dia langsung dilamar. Bagaimana cepatnya hubungan mereka dan bagaimana mereka bisa yakin dengan keputusan mereka.
Di dalam gedung yang sudah ramai dengan tamu, Maharani bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang sudah datang lebih dahulu. Di sana, Maharani mengenalkan kekasihnya kepada kedua sahabatnya itu.
“You look so pretty,” ucap Anggun saat melihat Maharani yang terlihat sangat cantik malam itu dengan balutan shoulder off mini dress navy dengan jimmy choo high heels dan savette symmetry pochette berwarna denim.
Di saat mereka asik berbincang, Maharani bertemu tatap dengan seseorang yang dia kenal. Seseorang dari masa lalunya.
“Rani?” panggil pria berjalan cepat itu menghampiri Maharani dan 2 wanita yang dia kenal sebagai sahabat Maharani. “Ini yang nikah Adel temen kuliah lo?” tanyanya mendapati beberapa wajah yang dia kenal semasa kuliah. Pria itu menyapa kedua sahabat Maharani yang juga dia kenal.
“Iya. Lo diundang Adel?” tanya Maharani.
“Bukan. Gue sama suaminya Adel, Mas Haris, satu kantor. Gak nyangka ternyata dia Adel temen lo. Jadi ketemu lagi kita.”
Maharani memberikan senyum simple-nya, “apa kabar, Cak?”
“As you can see,” katanya sambil mengangkat bahu dan senyuman simple.
“Ah, Kak, kenalin ini temen aku jaman kuliah dulu. Caka, kenalin, pacar gue, Baskara.”
Kedua pria itu berjabat tangan dan saling memperkenalkan nama mereka.
“FE juga?” tanya Baskara kembali meletakkan tangan kanannya di pinggang Maharani.
“Oh bukan. Beda fakultas. Gua IT, Bang,” jawabnya dan mendapat respon anggukkan kepala dari yang bertanya. “Lo gimana kabarnya, Ran?”
“Alhamdulillah, sehat. Sendiri?”
“He-eh nih.” jawabnya sambil terkekeh, “Lo makin cantik ya, Ran.”
“Mulutnya si Caka bisa bener,” ledek Anggun.
“Well, thank you. Dulu aku kenal sama Caka gegara temen aku juga, Kak. Terus dikenalin sama si Caka pas kita-kita dulu ngumpul.”
“Kamu nih social butterfly juga ya ternyata,” katanya dengan tangan yang semakin erat merangkul pinggang ramping Maharani.
“Banyak yang naksir juga dulu dia, Bang.”
“Gak kaget,” jawab Baskara santai sambil tertawa.
“Tapi banyak juga yang mundur karena tau dia Adhitama.”
“It’s their loss,” jawab Maharani acuh mengangkat bahunya dan terkekeh.
“Yes. How can you step back when you can love this girl and also loved by her,” katanya menatap lembut Maharani.
“You’re lucky to have him, Ran.”
“I am, Cak.”
“Anyway, gua ke sana dulu ya,” Caka menunjuk sekumpulan orang di sisi lain tempat mereka berdiri, “temen kantor gue,” tambahnya dan berpamitan. Melangkahkan kakinya menjauh.
“So, is he one of man that have crush on you?” tanya Baskara santai dengan senyum jenaka dan wajah tengil saat mereka pulang dari acara resepsi pernikahan malam itu.
“Hhhmmm, gimana yaaa,” Maharani tertawa, “kayaknya lebih ke mantan sih, Kak,” jawab Maharani membuat Baskara sedikit kaget. “Kenapa? Kakak cemburu?” godanya menaik turunkan alisanya dengan senyum jenaka tergambar di wajahnya.
“Enggak,” jawab Baskara santai namun sang kekasih memberikan wajah cemberut atas jawabannya. “Cemburu sih sebenernya. Segini,” dia mendekatkan jempol dan telunjuknya.
Maharani mengulurkan tangan kanannya dan mengelus pipi Baskara dengan senyum hangatnya, “kalo cemburu gak apa-apa, Kak. Bilang aja. Kamu gak harus melulu bersikap dewasa dan cool gitu. Aku suka semua sisi kamu. Bahkan kalo kamu tadi ngerengek cemburu,” ucapnya. Baskara meraih tangan Maharani dan menggenggam tangan itu.
“Cemburu dikit aja tadi,” ucapnya dengan sudut bibirnya yang tertarik ke bawah.
Maharani terkekeh, “kaget loh aku ketemu dia di sana.”
“Kangen gak sama mas mantannya?” tanya Baskara santai sambil tersenyum.
“Enggaklah. Ngapain kangen sama mantan,” jawabnya ringan dengan kekehan.
“Siapa tau dia mantan terindah kamu.”
“Aku sama dia dulu gak lama lagian kak. Cuma berapa ya? 5 bulan? Aku juga gak inget. Habis aku bawa ke rumah dulu buat aku kenalin ke Ayah sama Ibu, dia langsung jaga jarak sama aku. Kayak yang dia bilang tadi, dia tau aku one of The Adhitama. Anak dari Andi Adhitama yang merupakan CEO dari ADT Group. Terus setelah itu, kami jarang ketemuan. Selain karena beda fakultas, ya ada aja alesan dia. Sibuk, ada tugas, UAS. Bisa diitung jari dalam sebulan. Terus putus abis UAS. Kamu mau tau gak alesan dia apa?”
“Kenapa? Karena kamu terlalu cantik?” goda Baskara yang membuat Maharani memukul pangkal lengan pria itu. Salah tingkah tipis-tipis karena mulut manis sang kekasih.
“Dia bilang dia aku terlalu baik, terus dia gak bisa ngasih aku hadiah mahal, gak bisa bayarin belanjaan aku, atau ngajak makan di tempat makan mahal. Cuma ngajak makan pecel ayam pinggir jalan. Pada saat itu, semua yang dia bilang terdengar alasan belaka. Kayak, klasik banget alesannya.”
“Kalo Maharani yang sekarang denger kayak gitu, bakal mikir gimana?”
“Then, he’s not for me. Gak pake drama galau abis di putusin.”
Baskara mengelus punggung tangan kanan Maharani yang sedari tadi masih di genggam.
“Kalo gitu aku gak jadi cemburu,” ucapnya membuat Maharani bingung.
“Kenapa tiba-tiba?” tanya Maharani dengan senyumnya yang tak pudar menatap senyuman teduh kekasihnya.
“Ya ternyata dia gak se-oke itu buat aku cemburuin,” ucapnya santai menghadirkan gelak tawa.
...♥...
